“Permisi mba Calya, barusan tim Account Executive telepon minta tim penanggung jawab proyek Niskala untuk pergi keruangan Bapak Damian sekarang,” Davidya yang baru saja menerima telepon langsung menyampaikan pesan tersebut kepada atasannya.
“Oke, terimakasih!” Calya segera bangkit dari tempat duduknya, memanggil Qeiza dan Kenzo untuk ikut bersamanya.
Dalam perjalanannya menuju AE Department dua diantaranya mulai merasa gugup “Apa ada masalah dengan proyek Niskala? Kenapa kita dipanggil?”
Kenzo mulai khawatir bahwa ini adalah pertanda buruk.
“Sepertinya semuanya lancar, iya nga Cal?” Qeiza memastikan ingatannya tidak salah.
Calya mengangguk, “Lihat aja dulu, belum tentu juga ada masalah kan,” ucapnya berusaha menenangkan.
Sebenarnya dalam hatinya Calya juga cukup gugup, baginya sejak mereka menangani proyek Niskala tidak ada yang berjalan dengan mudah. Niskala memiliki standar tinggi dan sangat detail pada setiap tahap pekerjaan yang telah mereka lakukan.
Baginya tidak heran jika kali ini mereka dipanggil karena ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauan pihak Niskala. Namun sebagai ketua tim, dia tidak ingin menambah kekhawatiran anggotanya. Itulah sebabnya dia berusaha untuk terlihat tetap tenang.
Mereka tiba di depan ruangan Damian. Pria itu tersenyum ramah dan mempersilahkan mereka untuk duduk.
“Mau minum apa?” tanyanya kepada ketiga orang tersebut.
“Apa saja, terima kasih,” jawab Qeiza dengan sopan.
“Kalau tidak keberatan bisa kita langsung saja. Anda tahukan kami masih punya pekerjaan yang menumpuk,” ucapan Calya mungkin terdengar ketus tapi sebenarnya dia hanya penasaran.
“Jadi kenapa kami dipanggil kesini, apa ada yang salah dengan proyek Niskala?” jika orang asing yang mendengar ucapan Calya mungkin akan menganggap wanita itu sombong atau kurang ajar, tapi itu berbeda bagi yang sudah mengenalnya.
“Seperti biasa, tidak pernah buang – buang waktu. Anda memang pantas menjadi Creative Director!” tentu saja ini bukan pertama kalinya bagi Damian, dia paham dan bisa dibilang terbiasa dengan sikap Calya yang terus terang.
“So, alasan saya memanggil kalian bertiga adalah untuk menyampaikan dua kabar,” pria itu mulai membicarakan tujuan utamanya.
Ketiga orang yang dipanggil itu semakin terlihat serius.
“Tenang saja ini kabar baik,” Damian tidak tega melihat raut wajah yang tampak tegang tersebut.
“Jadi ini bukan tentang pihak Niskala yang menyampaikan keluhan atau semacamnya kan?” Kenzo ingin benar – benar memastikan bahwa pikiran buruknya bukan topik utama pembicaraan ini.
“Bukan! Sama sekali bukan!” jawaban Damian membuat Kenzo tenang, dia menghela napas nya. Kedua wanita itu juga terlihat lega, meskipun rasa penasaran mereka malah bertambah besar.
“Jadi apa kabar baiknya?” Qeiza tidak bisa menahan rasa penasarannya.
“Ya, kabar baik yang pertama adalah kalian telah menangani proyek Niskala dengan sangat baik. Selamat!”
Dengan semangat Damian menyampaikan kabar baik pertama kepada ketiga orang itu, namun sepertinya tidak langsung membuat mereka mempercayainya. Terutama Calya, “Benarkah?”.
Baginya jika memang proyek Niskala telah berjalan dengan baik, memanggil mereka kesini hanya untuk memberi selamat terasa sedikit berlebihan.
“Tentu saja! Ini kabar yang langsung saya terima dari pihak Niskala sendiri. Mereka bilang ide kalian telah menarik minat pasar lebih dari yang mereka perkirakan.”
Ketiga orang itu menganggukan kepala
”Lalu kabar baik keduanya?” Qeiza bertanya kembali.
“Kabar baik yang kedua tentu saja berkaitan dengan yang pertama. Karena proyek sebelumnya sukses, pihak Niskala ingin memperpanjang kerjasama dengan kita untuk promosi produk lainnya,” kabar baik kedua benar – benar berada diluar dugaan ketiga orang itu, senyuman mulai terlihat di wajah Qeiza dan Kenzo.
“Tapi…” senyuman yang tadi mulai terlihat seketika hilang, “Tapi apa?”.
Damian terlihat lebih serius sekarang, membuat ketiga orang tersebut kembali khawatir.
“Mereka ingin tim yang sama kembali menangani proyek ini yang artinya kalian kembali bertanggungjawab. Saya harap kalian bisa mempertahankan kerja keras kalian, karena klien telah memiliki harapan yang tinggi kali ini.”
Kalimat kali ini jelas bukan sekedar basa – basi, itu sesuatu yang harus mereka ingat dan mereka paham itu.
Ketiga orang itu kini dalam perjalanan pulang menuju departemen mereka. Dua terlihat senang sementara satu lainnya masih memasang raut wajah tanpa ekspresi.
Tidak bisa diprediksi apa yang sedang dipikirkannya. Bahkan sesampainya di ruangan ketika Kenzo dan Qeiza sibuk membagikan kabar gembira kepada rekan lainnya, Calya hanya duduk di kursinya dan membuat dirinya sibuk dengan sesuatu yang entah apa. Jemarinya berada diatas keyboard dan matanya tertuju pada layar laptop, namun sebenarnya tak ada apapun disana.
Apakah kata – kata Damian membuatnya khawatir? Untuk seseorang yang telah memikul jabatan Creative Director selama dua tahun, bukankah proyek ini bisa diibaratkan sebagai potongan puzzle kecil? Tidak ada alasan bagi seorang Calya untuk terlalu khawatir tentang itu. Lalu apa sebenarnya yang mengganggu pikirannya saat ini?
***
Seperti dejavu, mungkin itu yang dirasakan oleh Calya saat ini. Dia ingat saat pertama kali mengetahui bahwa mereka akan menangani proyek Niskala, betapa senangnya dia saat itu.
Kemudian dengan semua hal yang dialaminya selama menangi proyek tersebut, perasaannya perlahan berubah. Semua tuntutan dari perusahaan tersebut, membuatnya sering merasa kesal. Sementara proses pengerjaannya yang panjang cukup membuatnya lelah. Sekarang saat dia tahu mereka harus menangani proyek Niskala lagi, alih – alih senang dia merasa sedikit kesal.
Fakta bahwa dia harus menjalani semua proses situ sekali lagi, terlebih disaat – saat dia sangat ingin memiliki banyak waktu luang seperti sekarang.
“Permisi ibu Calya. Jadi kapan kita mulai rapat untuk proyek terbaru Niskala?” Kenzo tiba – tiba menghampiri Calya, menyadarkan wanita itu dari lamunannya.
“What’s wrong with you dude? Kita tahu kau sedang senang, jangan buat itu terlihat jelas,” Rezvan bereaksi atas gaya bicara Kenzo yang dibuat – buat.
“Lalu kenapa? Bukan hanya aku yang sedang senang saat ini!” kedua pria itu mulai bersikap aneh di depan Calya.
Sering terjadi saat mereka sedang merasa senang, bertingkah seperti anak kecil.
“Bisakah kalian berhenti! Seriously these immature man!” Qeiza datang dan berusaha menghentikan mereka sebelum bertingkah lebih aneh.
“Jadi, apa rencana kita Cal?” Qeiza bertanya kembali, namun sebelum Calya menjawab Rezvan sudah terlebih dahulu memotongnya.
“Kau ini! How could you looking down to our Creative director! Tentu saja Calya sudah memikirkan sebuah rencana! Benar
kan ibu Calya?” kalimat Rezvan membuat Kenzo mulai mencibir, “Look who’s the one overreact now!”.
Rezvan mulai tak terima “Hey I’m just saying fact, you’re the one that overreact!”
“you!”
“you!”.
Qeiza menepuk jidat melihat tingkah kedua temannya, dia menatap Calya dan wanita itu hanya bisa mengangkat kedua bahu tanda bahwa dia juga tak mengerti. Saat sudah mulai emosi Qeiza yang berdiri ditengah – tengah kedua pria itu langsung mencubit lengan keduanya.
Mereka berdua berteriak saat merasakan sakit, akhirnya Qeiza berhasil membuat keduanya diam. Rezvan dan Kenzo menatap kearah Calya sambil mengelus permukaan kulit mereka yang terasa sakit.
“Bisa aku bicara sekarang?” akhirnya Calya mulai berbicara, teman – temannya mengangguk.
“Pertama aku juga ingin bilang selamat dan terimakasih atas kerjasama kalian sehingga proyek kemarin berjalan dengan lancar,” mendengar kalimat tersebut ketiga orang didepan Calya langsung tersenyum senang.
“Kedua, seperti kata Damian kita harus bekerja lebih keras untuk proyek selanjutnya. Jadi aku ingin kalian untuk lebih
serius dan berhenti melakukan hal yang aneh – aneh,” Kenzo dan Rezvan mulai memasang raut wajah orang yang sedang menyesal, sementara Qeiza hanya bisa menggelengkan kepala.
“Dan untuk rencana selanjutnya akan dibahas setelah kita dapat informasi lebih lanjut dari Account Executive. Kalian boleh kembali bekerja!”
Rezvan dan Kenzo terlihat kaget, mereka pikir akan mendengar arahan langsung tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya bukannya perintah untuk kembali kemeja kerja. Qeiza langsung mengambil sikap mendorong tubuh kedua pria itu menjauh dari meja Calya.
Calya tersenyum, dia senang melihat teman – temannya terlihat begitu bersemangat. Membuatnya kembali tersadar dengan jabatan dan tanggungjawab yang dia miliki dikantor itu.
‘I’ve done this for years, aku pasti bisa menyelesaikannya dengan baik kali ini juga! Akan segera kuselesaikan walaupun harus bekerja lembur lagi untuk sementara waktu.
Ya, tidak masalah! Setelah ini selesai aku akan mengambil cuti dan beristirahat. Benar sekali, aku belum pernah mengambil cuti sebelumnya kan!’
Calya sibuk didalam pikirannya dengan semua kata untuk menyemangati diri sendiri. Wanita itu benar – benar telah menetapkan pikirannya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments