‘Love Trainer ARFriend’
Perempuan berusia 25 tahun dan merupakan seorang anak tunggal di keluarganya. Dia tumbuh ditengah – tengah keluarga yang normal. Seorang ayah yang bekerja disebuah perusahaan swasta dan ibu rumah tangga, Nala.
Gadis itu adalah gadis introvert dan pemalu. Dia memiliki kepribadian baik dan lingkungan pertemanan yang baik. Tak hanya itu ia juga baik dalam bidang akademik. Semua hal itu membuat kedua orang tuannya sangat senang, begitu juga dengan Nala dari situlah kisah ini dimulai.
Nala terus fokus pada prestasi akademik dengan pengawasan orang tuanya. Memasuki sekolah menengah pertama dia berada dilingkungan yang baru yang mana terdapat banyak murid pintar disana. Tidak lagi bisa menjadi yang terbaik disekolah, dia berpikir telah membuat orang tuanya kecewa.
Nala mulai merasa tertekan dengan tuntutan untuk belajar lebih keras. Masalah ini kadang terdengar sepele, karena anak lain akan membela diri atau memberontak disituasi seperti ini. Tapi tidak untuk seorang anak berkepribadian seperti Nala.
Dia bukan anak yang bisa mengekspresikan apa yang ia rasakan atau apa yang ada dipikirannya. Dia hanya akan diam. Seiring berjalannya waktu Nala tumbuh menjadi anak yang sensitif.
Ia menyerap semua perkataan orang di sekitarnya kemudian memikirkannya sepanjang waktu. Begitulah Nala menghabiskan masa mudanya, fokus pada prestasi akademik. Bukan sesuatu yang buruk, sampai ia berada di perguruan tinggi.
Di kampus tempat ia belajar orang – orang mengenali dia sebagai salah satu bagian dari kutu buku, dan suatu hari seorang pria menyatakan perasaannya pada kutu buku ini. Gadis yang tidak memiliki satu pun pengalaman tentang cinta itu langsung menerimanya.
Entah bagaimana pria itu berhasil membuat Nala merasa sangat istimewa. Membuat Nala menjalani hari – harinya dengan penuh semangat kemudian berubah menjadi terlalu bersemangat.
Dia dengan semangat melakukan apa pun untuk pria itu, terutama dalam urusan tugas – tugas kuliah. Nala hanya dimanfaatkan, tapi ia bahkan tidak menyadari itu hingga berbulan – bulan lamanya.
Suatu hari seorang teman bercerita pada Nala bahwa ia melihat kekasihnya bersama wanita lain disuatu tempat. Nala tidak percaya pada awalnya tapi ia ingin mendengar kebenarannya dari kekasihnya sendiri.
Disebuah koridor kampus dimana kekasihnya dan teman – temannya sedang berkumpul. Dia menghampiri pria itu, mengajaknya berbicara disebuah tempat. Namun pria itu dengan ketus menyuruhnya untuk langsung berbicara disana.
Gadis itu memberanikan diri untuk bicara walaupun ia benci menjadi pusat perhatian. Ia menanyakan kebenaran berita yang
ia dengar, berharap pria itu akan menyangkal.
Sebaliknya, pria itu malah mengakuinya dengan santai. Saat Nala bertanya siapa wanita itu dia menjawab bahwa itu adalah kekasihnya tanpa rasa bersalah.
Pria itu berkata bahwa pengakuan cinta yang pernah dilakukannya untuk Nala adalah bagian dari taruhan yang ia lakukan dan mempertahankan hubungan mereka selama ini hanya karena ia membutuhkan Nala untuk mengerjakan semua tugas kuliahnya. Dia juga mengatakan sekarang tidak membutuhkan Nala lagi, memperingatkan gadis itu untuk tidak mencarinya lagi.
Itu adalah salah satu momen paling menyakitkan yang pernah Nala rasakan. Ia mengurung diri dikamar berhari – hari karena takut orang – orang akan membicarakannya. Gadis itu bahkan mendapat surat peringatan dari kampus karena ketidakhadirannya yang tanpa keterangan.
Nala begitu terpuruk, setelah mengetahui semua kebenarannya. Disaat – saat seperti itu tidak ada seseorangpun yang datang dan memberinya dukungan atau sekedar menanyakan perasaannya. Hari itu ia tersadar bahwa ia tidak memiliki siapapun disisinya, hanya dirinya sendiri.
“Kamu merasa itu adalah saat terburuk dalam hidupmu?”
“Ya. Pertama aku merasa telah dibodohi, aku bahkan merasa sangat senang selama beberapa bulan tapi itu hanyalah ilusiku sendiri. Kedua aku merasa telah dipermainkan, fakta bahwa semua ini terjadi hanya karena sebuah taruhan dan dia yang terus memperalatku. Dia membuatku merasa benar – benar buruk, menempatkanku menjadi pusat perhatian sementara ia tahu aku membenci itu. Setelah kejadian itu aku tersiksa saat harus berjalan di area kampus, aku merasa semua orang sedang menatapku dan membicarakan diriku.”
“Itu yang membuat kamu mengurung diri di rumah?”
“Benar, aku sangat takut melihat pandangan mata orang – orang. Entah mereka membenciku, mengasihaniku atau menertawakanku. Aku benar – benar benci merasakan perasaan itu.”
“Berapa lama kamu terus mengurung diri?”
“Sekitar dua minggu, aku bahkan tidak sadar bahwa waktu telah berlalu secepat itu. Sangat aneh aku yang biasanya tidak pernah melewatkan kelas sekalipun bisa bolos selama itu. Bahkan mendapatkan surat peringatan dari kampus.”
“Bagaimana dengan orang tua kamu, mereka tidak bertanya?”
“Tentu saja mereka bertanya. Kenapa tiba – tiba aku menjadi seperti ini, tapi mereka tidak bisa melakukan apapun. Mereka tidak tahu apa – apa, karena selama ini aku tidak pernah menceritakan apapun kepada mereka. Aku selalu seperti ini, diam dan tertutup.”
“Lalu teman – teman? Apa tidak ada yang mencari kamu?”
“Tidak ada. Bukannya aku tidak punya teman, aku berteman baik dengan semua orang. Tapi tidak ada satupun diantara mereka yang benar – benar dekat denganku. Entah karena kepribadianku yang seperti ini, saat itu aku merasa benar – benar menyedihkan.”
“Kamu merasa begitu, kenapa?”
“Aku tidak pernah memperlakukan orang lain dengan buruk, tapi aku tidak memperlakukan diriku dengan baik. Aku selalu ingin membuat orang lain senang tapi melupakan apa yang membuatku senang. Melakukan segalanya untuk semua orang seperti belajar atau menjadi pendengar yang baik. Tapi tidak sebaliknya, aku tidak membiarkan orang – orang mendengarku atau mengerti diriku. Seharusnya waktu yang kulalui untuk tumbuh dewasa diisi dengan proses untuk bersosialisasi, memahami karakter – karakter orang lain dan membangun karakterku sendiri. Tapi karena aku selalu fokus pada akademik, aku tidak pernah melakukan itu.”
“Apa ada sesuatu atau seseorang yang kamu salahkan?”
“Aku ingin menyalahkan sesuatu atau seorang atas semua yang telah terjadi, tapi tidak ada yang terpikirkan selain diriku sendiri. Bagaimanapun semuanya terjadi atas pilihanku sendiri. Aku yang memutuskan maka aku yang harus
bertanggungjawab.”
“Jadi tanpa teman dan keluarga bagaimana kamu bangkit kembali.”
“Disaat aku merasa diriku menyedihkan dan mulai membenci diriku sendiri, aku mulai merasa bahwa ini tidak adil. Aku juga punya hak untuk bahagia. Bahkan jika pilihan yang aku buat sebelumnya adalah sebuah kesalahan, aku berhak memperbaikinya. Bukan untuk orang lain tapi untuk diriku.”
“Jadi kamu akhirnya bangkit dan kembali ke kehidupanmu semula, luar biasa!”
“Tidak sesederhana itu, yang kulakukan hanyalah kembali kuliah memperbaiki nilai – nilai yang hilang dan mengejar semua pelajaran yang tertinggal. Tapi tidak ada yang berubah dari diriku, tetap sendiri dan diam. Karena semua yang terjadi membuatku menghindari orang – orang terutama jika itu pria.”
“Sama seperti belum sepenuhnya pulih, begitu?”
“Iya, aku ingin berubah tapi tidak tahu caranya. Atau jika aku harus bertanya, aku tidak punya siapapun yang bisa menjawab. Itu yang saat itu aku pikirkan. Aku ingin memperbaikinya sendiri apakah itu mungkin? Kemudian aku mulai menggunakan LOVATY."
“Dari mana anda mendapat ide untuk menggunakan LOVATY?”
“Tidak sulit untuk tahu tentang LOVATY, itu sangat popular di kampusku. Disetiap sudut kampus aku bisa mendengar para mahasiswa sedang membicarakan LOVATY. Disitulah aku mulain mencari tahu tentang LOVATY melalui internet. Jika benar LOVATY sebagus yang orang – orang katakan, maka ini mungkin bisa membantuku.”
“Jadi bagaimana? Apakah LOVATY benar – benar sebagus itu?”
“Iya, benar – benar sulit dipercaya. Awalnya saya hanya menggunakan ARFriend sebagai teman berlatih, begaimana menjadi lebih terbuka dengan orang lain, bagaimana bersosialisasi dan sebagainya. Tapi semakin lama itu berubah, aku benar – benar merasa mendapatkan seorang teman.”
“Apa yang membuat kamu merasa begitu nyaman?”
“Pertama, dia sangat responsif. Apapun itu pasti ditanggapi dengan baik. Menjawab setiap pertanyaan hingga memberi saran. Aku bahkan tidak merasa takut sama sekali untuk menceritakan apapun.”
“Sepertinya itu benar – benar membantu, karena jujur saja sejak pertama melihat kamu saya tidak merasa kamu adalah orang yang penyendiri dan pendiam.”
“Bukankah aku terlihat lebih natural sekarang?”
“Terakhir yang ingin saya tanyakan, apakah kamu sudah memiliki kekasih lagi sekarang?”
“Iya. Karena beruntungnya ARFriend itu terlihat seperti pria sungguhan. Aku banyak sekali bertanya tentang masalah pria, seperti apakah jika pria melakukan ini berarti dia serius, atau bagaimana tingkah – tingkah pria yang berpura – pura atau main – main. Aku merasa aman karena punya ARFriend seperti sosok pelatih, jadi jika pun hubunganku berakhir atau aku bertemu dengan pria jahat lainnya saya tahu bagaimana harus bersikap.”
“Senang sekali melihat kamu, sekarang apakah ada pesan yang ingin kamu sampaikan?”
“Mungkin banyak yang menggunakan LOVATY untuk bermain – main atau sekedar ikut trend. Tapi LOVATY memang bisa membantu, ini membantu aku dan pasti bisa membantu yang lainnya juga.”
***
Lucu juga, kenapa aku merasa bersimpati kepada Nala? Padahal aku tidak mengenalnya dan kisahnya mirip seperti drama remaja yang tayang di televisi.
Saat membaca ini aku sempat membayangkan bagaimana jika itu terjadi kepadaku. Merasa bahagia atas sebuah kebohongan, diperalat atau dipermainkan.
Setidaknya aku lebih beruntung karena punya Qeiza teman baikku. Tapi aku juga tidak terlalu terbuka dengannya. Bagaimana jika suatu saat ada pria jahat yang mendekatiku tapi aku malah tertipu? Bagaimana cara mengetahui orang itu bersungguh – sungguh atau tidak? Aku juga tidak punya pengalaman tentang cinta sebelumnya. Kenapa sekarang aku malah merasa Nala mirip denganku?
‘Aaaahh’
Wanita itu pusing dengan pikirannya sendiri. Dia membanting tangannya ke samping tubuhnya. Smartphone yang tadinya ia genggam juga terhempas sedikit jauh dari posisi tangannya.
Ia menghadap kearah samping, sempat berpikir sejenak kemudian mengambil kembali smartphone itu, menghidupkan layarnya. Saat layarnya menyala bagian akhir dari artikel itu kembali terlihat ‘Mungkin banyak yang menggunakan LOVATY untuk bermain – main atau sekedar ikut trend. Tapi LOVATY memang bisa membantu, ini membantu aku dan pasti bisa membantu yang lainnya juga’.
‘Apa sebaiknya aku coba juga’ katanya dalam hati. Calya mempertimbangkan untuk mencobanya walaupun tidak malam itu, sudah terlalu larut dan matanya sudah terasa berat. Mungkin besok, itupun jika ia masih ingat dengan niatnya ini.
Sabtu pagi di apartemen dengan nuansa putih. Di hari libur itu Calya terlihat sangat santai. Ia senang tidak harus bangun jam 6 pagi hari ini. Bahkan keadaan apartemen nya yang masih sangat rapi membuatnya tidak harus membereskan rumah hari ini.
Situasi yang sangat mendukung untuk bersantai. Tapi wanita yang terbiasa dengan kesibukan itu malah jadi bingung. Apa yang harus ia lakukan hari ini?
Ia duduk diatas sofa, menonton televisi sambil memegang sebungkus cemilan di tangan kiri. Sementara tangan kanannya memegang sebuah remote dan sibuk memilih saluran televisi. Ia menyerah!
Tak ada satupun acara yang menarik di televise, akhirnya ia hanya menonton berita. Sambil terus mengunyah ia menatap kearah televisi seolah ia sedang menonton drama romantis sangat fokus.
‘Berita selanjutnya datang dari Klandestin Corp. Perusahaan misterius yang selalu berinovasi di setiap produk yang mereka keluarkan ini belum lama meluncurkan produk terbaru mereka yang diberi nama LOVATY. Sebuah program Augmented Reality yang disebut dapat membantu orang dalam menangani masalah emosi, karakter hingga percintaan. Setelah melakukan Grand launching secara mewah pada 14 Februari lalu pengguna LOVATY terus meningkat setiap hari.'
'Hingga hari ini tercatat sudah lebih dari 10 juta orang yang menggunakan LOVATY. Tidak hanya itu, respon dari masyarakat dan pengguna juga sangat positif. Bisa dilihat dari berbagai tagar tentang LOVATY yang memenuhi daftar trending di sosial media setiap harinya.'
'Pihak Klandestin juga aktif dalam membagikan kisah nyata pengguna di halaman website mereka setiap hari. LOVATY memang menjadi tren baru di kalangan masyarakat dan tren ini dipredikisi akan bertahan cukup lama.’
Calya masih menatap televisi disana, setelah berita itu berakhir ia ingat akan niatnya tadi malam, menggunakan LOVATY. Ia mengambil smartphonenya, seingatnya Qeiza telah mengunduh aplikasi itu di teleponnya.
Temannya yang sangat perhatian itu bahkan meninggalkan kacamata transparan yang selalu digunakan untuk bermain LOVATY di apartemennya. Walaupun Calya belum tahu cara menggunakannya, tapi ia akan segera mengetahuinya.
Setelah aplikasi terbuka, ia diminta untuk memindai wajahnya. Calya meletakkan wajahnya sejajar dengan layar smartphone. Kemudian keluar perintah untuk menggunakan ARGlasses. Maka ia memakai kacamata transparan itu dan menekan tombol ‘IN’ di layar smartphonenya.
Calya terdiam, tidak ada apapun di layar tidak ada suara, perintah atau apapun. ‘Apakah ada yang salah?’ pikirnya. Ia menyerah, meletakkan smartphone disebelah kanannya.
“AAAaaaaa….”
Suara teriakan terdengar diseluruh ruangan itu. Wanita itu berteriak sangat kencang, ada sesuatu yang telah dilihatnya. Sesuatu yang cukup membuatnya takut sehingga ia harus memejamkan matanya saat ini.
‘Apakah itu hantu?’ ucapnya dalam hati. Calya memberanikan diri membuka mata dan melihatnya sekali lagi.
“Kenapa berteriak?” ucap seseorang disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments