Pembahasan masalah pekerjaan telah usai.
" Bim, aku ke toilet dulu ya?.
" Iya,kamu butuh teman Ga?
" Tentu saja, tidak!
Bima terkekeh." Baiklah. Jangan terlalu lama di toilet. Nanti aku merindukan mu.
" Fasar gila! " Braga berlalu meninggalkan Bima dan menuju ke toilet.
Braga berjalan sembari mengecek ponselnya yang terus bergetar. Fokus Braga teralihkan oleh pesan-pesan yang masuk ke ponsel nya.
Braga berjalan menunduk membaca ponselnya. dari arah berlawanan,seorang gadis berjalan menuju ke arah Braga. Gadis itu juga tidak memperhatikan jalan. Mata tengah memperhatikan tanganya,fokus membersihkan noda di baju bagian bawah.
' Brugkkkk
Braga dan gadis itu bertabrakan. Ponsel Braga terjatuh dari tanganya. Gadis itu terlihat sangat terkejut. Dia langsung meraih ponsel yang terjatuh dilantai nya. Braga masih terdiam mematung.
" Ah... sial! layar ponselnya retak. " Batin gadis itu. Dengan ketakutan, gadis itu bangkit dan menyerahkan ponselnya dengan wajah menunduk karena takut.
" Maafkan saya pak. Saya tidak memperhatikan jalan. Sekali lagi maafkan saya.
Braga memperhatikan wajah yang menunduk itu. Braga membulatkan matanya. Gadis yang sedari tadi dia perhatikan, ada di depannya.
" Ti, tidak apa.
" Masalahnya, ponsel bapak retak. Saya tahu, ponsel bapak adalah ponsel keluaran terbaru. saya juga tau harganya pasti sangat mahal.
" Ah,, tidak ma,- kalau begitu bukankah kamu harus menggantinya?
" Apa-apa an dia! aku sudah meminta maaf. Dia terlihat sangat mudah untuk mengganti ponsel. kenapa meminta aku menggantinya. " Batin gadis muda itu.
" Maaf kan saya pak. Saat ini saya masih kuliah dan belum bekerja. Saya belum punya penghasilan. Saya tidak yakin mampu mengganti ponsel bapak.
" Kalau begitu, apa saya harus menunggu kamu lulus kuliah dan bekerja untuk mengganti ponsel saya?
" Apa?! dia benar benar meminta ganti rugi? hei tuan! anda terlihat sangat kaya. Bahkan saya mencium aroma parfum anda yang memiliki harga fantastis. Mengapa anda tega sekali? " Batin gadis itu.
" Bolehkah saya mencicilnya? mengangkat wajahnya dan menatap lawan bicaranya. Gadis itu menundukan wajahnya kembali.
" Huh! sial! wajahnya tampan sekali. Kebih baik aku berbicara tanpa melihat wajahnya.
" Baiklah! berikan nomor telephon mu.
Gadis itu mengerutkan dahinya. " Maaf pak, untuk apa anda meminta nomor telephon saya?
" Lalu bagaimana caranya saya menghubungi kamu?
" Oh iya pak.
Braga mengeluarkan ponsel cadangan dari saku celananya.
" Ini!
Gadis itu hendak menerima ponsel Braga dan mengetik nomornya.
" Jangan memberiku nomor palsu!
Jemari yang telah mengetik nomor itu berhenti. " Ah sial! bagaimana dia tahu, kalau aku mengetik nomor yang salah. " Batin gadis itu.
dia menghapus nomor yang telah ia ketik. Dan kembali mengetik nomor. lalu menyerahkan ponsel ke Braga. Braga menyunggingkan senyumnya.
" cih! apa-apa an dia?! bahkan dia memiliki ponsel cadangan. Apa dia tidak merasa terlalu kejam kepada rakyat jelata sepertiku?
Braga maaih memandangi nomor telephon di ponselnya. Lalu memandang gadis itu kembali.
" Apa ini benar? kamu tidak sedang membohongi saya kan?
Gadis itu mulai kesal. Dia mengangkat wajahnya dan menatap Braga dengan kesalnya.
" Tentu saja tidak pak. Kebetulan ponsel saya ada di tas saya. Nanti, kalau bapak masuk ke dalam, bapak boleh menghubungi saya untuk memastikan.
Braga merasa sedikit gugup.
" Kenapa dia harus menatapku? hei cepatlah menunduk lagi. Aku tidak bisa berbicara kalau kau terus menatapku. " Batin Braga.
" Baiklah.
" Kalau begitu saya permisi pak.
" Silahkan, " Keinginan Braga untuk ke toilet sudah hilang rasanya. Dia bergegas kembali ke meja yang tadi dia gunakan. Dia mencari keberadaan Bima. Dilihatnya Bima sedang berdiri di meja kasir. Padangan Braga teralihkan kepada gadis yang ia temui di lorong toilet. Gadis itu juga tengah menatapnya.
" Ah sial! kenapa aku gugup." Braga mengingat nomor ponsel gadis itu dan menghubunginya.
gadis itu menunjukan ponsel yang tengah terhubung dengan Braga di samping wajah tanpa berbicara. Braga tersenyum tipis lalu mengakhiri panggilannya. Dia mengirim pesan kepada gadis itu.
' siapa namamu?
' dara.
' baiklah. Semoga kamu tidak mengganti nomor ponselmu untuk menghindari ku.
' Hahahaha..... tentu saja tidak pak.
' Jangan memanggilku pak. Saya tidak setua yang kamu kira.
' Baiklah tuan.
' Tidak itu juga.
' Lalu saya harus memanggil apa?
' Panggil saya Braga.
" Laki-laki ini seperti sedang mengajak untuk berkenalan. Dilihat dari wajahnya, dia memang terlihat muda, apa mungkin perasaanku saja. Semoga dia tidak menuntut banyak.
' baiklah Braga.
' Senang bertemu dengan mu Dara.
Dara membulatkan matanya terkejut. menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" Apa? dia senang bertemu denganku? kenapa? atau berpura-pura meminta ganti rugi hanya akal-akalannya saja? " Batin Dara.
" Aku pasti sudah gila. Kenapa aku mengirim pesan seperti ini?" Batin Braga sembari meletakkan ponselnya.
" Ga!
" Hemmm
" Sejak kapan kamu kembali?
" Sejak tadi.
Bima kembali duduk di kursinya. Bima memperhatikan perubahan diwajah Braga.
" Pipimu kenapa merah Ga?
Braga menyentuh kedua pipinya.
" Mungkin, disini terlalu dingin.
Bima hanya menganggukan kepala.
" Bim, dari sekian banyak mahasiswa disana, siapa yang kamu kenal? " Tanya Braga sembari menunjuk menggunakan wajahnya.
Bima menatap heran. Kenapa dia ingin tahu sekali? salah satu dari mereka pasti ada yang membuatnya tertarik.
" Aku mengenal dia Ga. Tapi dia belum tentu mengenalku.
" Maksut kamu?
" Iya begitulah. Memang siapa yang membuat kamu tertarik?
" Gadis yang memakai baju warna cream. Braga berbicara tanpa memandang objeknya.
" Ah,,,, itu juga gadis yang aku maksut.
"Apa?! " Braga sedikit meninggikan nadanya.
" Hei, tidak perlu terjejut begitu. Semua laki-laki yang melihatnya pasti akan menyukainya.
benarkan?
" Benar juga. Dia terlihat sangat cantik. " Braga mengecilkan suaranya.
" Kejarlah dia kalau kamu bisa. Aku juga akan berusaha. Bersaing lah dengan sehat Ga.
" Yang biasa memiliki cara gila itu kamu Bim.
" Hahahaha. Baiklah. Kamu memang selalu benar.
Segerombol anak muda itu masih asik bercengkrama. Bima dan Braga memutuskan untuk pergi dan melanjutkan kegiatannya.
Semenjak mendapatkan nomor telephon Dara, hampir setiap hari Braga mengirim pesan. Menanyakan kesiapan Dara. dan hampir setiap hari juga darah Dara mendidih membaca pesan dari Braga. sampai suatu hari, Braga mengajaknya bertemu disalah satu kafe.
Dara telah tiba tepat waktu. Dia sudah menunggu hampir dua puluh menit.
" Ah,... lama sekali lebih baik aku pulang saja."
Dara baru ingin berdiri, Braga mengirim pesan.
' jangan pergi dulu.
" menyebalkan! mengajak bertemu di malam minggu. Sudah seperti sepasang kekasih saja. " Gerutu Dara dalam hati.
' baiklah. aku akan menunggu sepuluh menit lagi. ini adalah malam minggu. waktunya untuk bertemu kekasih ku. jadi aku tidak bisa terlalu lama.
" Baiklah,.....apa alasan ini bisa membuatku tidak menunggu lama?
' jangan meninggalkan tempat itu selangkah pun. tunggu aku datang!
Dara mendengus kesal membaca pesan dari se puluh menit berlalu. Wajah Dara semakin sebal. Tidak lama, Braga datang dengan dan langsung menghampiri Dara.
........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Andini sartika
lanjut
2021-01-11
0
Dahlia putri isyani
lanjut
2020-12-26
0
Renita handayani
kesel ak jd ny
2020-10-30
0