Malam semakin larut bahkan hampir mendekati pagi. Braga masih terus memandangi istrinya. Mengusap pelan rambutnya. karena teringat akan ada meeting penting saat pagi, akhirnya Braga memutuskan untuk tidur dan memeluk tubuh istrinya yang tengah membelakangi Braga.
Pagi telah datang. Matahari mulai menghangatkan bumi. Sebagian sinarnya masuk kekamar Braga dan Bara melalui jendela. Braga telah memasang alarm jadi dia sudah bangun lebih awal.
Suara ketukan pintu terdengar. Dara menggeliatkan tubuhnya. dilihatnya Braga sudah tidak ada. Dikamar mandi juga tak terdengar suara air. Terdengar lagi suara ketukan.
" Masuk" Bibi mengantarkan semangkuk bubur dan teh hangat.
"Bi, Mas Braga ada dibawah? Tanya Dara.
"Oh,.. Aden sudah berangkat Non, sekitar setengah jam yang lalu.
"Iya Bi. Makasih ya Bi.
"Iya Non, saya permisi dulu. Dara tersenyum dan mengangguk.
Dara duduk di tempat tidur dan menyenderkan tubuhnya. Ia tidak percaya, bahkan suaminya tega meninggalkan dia dalam keadaan sakit.
" Kamu tega sekali Mas, dulu, aku adalah prioritas kamu Mas. Tapi sekarang, aku sudah tidak ada artinya lagi." Air mata Dara menetes.
makanan yang diantar bibi pagi ini, juga tak tersentuh sama sekali oleh Dara. Rasa lapar Dara seperti pergi entah kemana. Dia tidak menginginkan sesuatu masuk ke tubuhnya.
tidak lama kemudian, dering ponsel Dara berbunyi. Dara melirik ponselnya. sama sekali tidak berniat menjawab panggilannya. Dara kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. Beberapa jam kemudian Dara terbangun. Dia merasa tubuhnya sudah mulai membaik. Dara menjadi sangat lapar. akhirnya dia memutuskan untuk makan.
satu minggu berlalu. Semenjak kejadian itu, Dara menjadi lebih pendiam. Braga masih sama. Dia sering pulang tengah malam dan jarang pulang. Dara tidak pernah mau bertanya langsung pada Braga. Dia selalu menghubungi Indah. Sekretaris Braga. Yang Dara tahu, Braga tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Hari ini, adalah hari ulang tahun Dara yang ke 25 tahun. Tidak ada suami disampingnya. setahun yang lalu, jika Dara ulang tahun, suaminya akan full time bersamanya. Dara menatap ke kaca dan memandangi wajahnya.
" Apakah sekarang aku sudah tidak berarti? apakah sekarang dia bosan denganku? apakah dia lelah mencintaiku dengan kekuranganku? apakah sebentar lagi aku kan ditinggalkan sendiri? " Jutaan pertanyaan kini sedang menghujani hatinya. Dia ingin sekali bertanya pada suaminya. Tapi tidak punya keberanian.
Satu pesan chat masuk. Dara meraih ponselnya. pesan itu dari Braga. " Nanti sore aku jemput sayang. Kamu siap siap ya." Dara sedikit lega. Setidaknya Braga masih mengingat hari ulang tahunya.
Waktu mulai berlalu. Dara menyiapkan dirinya. dia memakai dress berwarna silver yang baru dia beli. Dress polos berlengan pendek. setelah memastikan dirinya telah siap. Dara berjalan menuruni anak tangga dan menunggu Braga di bawah. Saat baru sampai dapur, bel pintu berbunyi. Menandakan datangnya seorang tamu. Dengan cepat bibi dirumah membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. Dara melewati ruang tamu dan terkejut dengan tamu yang tengah berjalan menuju kursi. Dia seperti mengenal wanita itu. sejenak dara mengingat. Dia mengingat wanita itu. Ya wanita itu adalah wanita yang dikenalkan Mama mertuanya pada Braga saat hari ulang tahun pernikahannya kemarin. Dara mencoba menghampiri Hana dan terkejut dengan sosok bayi mungil digendongan nya. jantung Dara berdegup kencang. Telapak tangan dan kakinya menjadi dingin. Bibir nya sedikit bergetar. Bagaimana tidak. Bayi yang tengah di gendongnya sedikit mirip dengan suaminya.
Dara ingin bertanya tapi, belum sempat Dara membuka mulut. Mama sudah datang menghampiri Hana dan memeluk Hana serta menggendong bayi yang ada dipelukan Hana.
Bukan hanya itu. Kata kata Mama mertua justru lebih membuat jantung Dara seakan perih.
" Aduh,, cucu oma sudah datang." Mama menciumi bayi itu di hadapan Dara.
jantung dara seakan ditusuk ribuan belati. Air matanya tiba tiba terjatuh tak tertahankan.
"Cucu? anak laki-laki dirumah ini hanya Braga. tidak mungkin itu anak dari Maria kan? " Dara seakan kehilangan kekuatan untuk sedikit bertanya. rasanya sudah tidak mungkin lagi. Dara mematung dengan air mata serta hati yang saat ini tengah koyak.
" Apa Braga benar benar menghianati ku? apa karena bayi ini Braga sering tidak pulang ke rumah? apa Braga benar-benar tidak mencintai ke kurangan nya lagi? " Dara terus dihakimi oleh jutaan pertanyaan dihatinya.
Tidak berapa lama, langkah kaki terdengar masuk kedalam rumah. Braga masuk ke dalam. Bunga mawar berwarna putih yang ia tengah genggam terjatuh dilantai. Jantung braga tengah berdegup sangat kencang. Dia melihat istrinya yang berdiri dengan linangan air mata menatap Mama dan Hana yang tengah asik menggoda bayi.
Hana dan Mama menyadari kedatangan Braga. Hana berjalan setengah berlari menghampiri braga yang kini tengah memandangi dara.
" Sayang, maaf aku datang tanpa pemberitahuan. Aku sudah sangat merindukan mu." Hana memeluk tubuh Braga.
Dara semakin tidak bisa menahan air matanya. Tubuhnya seperti kehilangan nyawa. Sementara Braga dengan wajah terkejutnya langsung mendorong tubuh Hana. Braga mendekati Dara dan memegang kedua lengan Dara.
" Sayang, aku akan menjelaskan ini semua. Aku mohon. Kamu dengar dulu penjelasan ku ya?."
Dara tidak sanggup lagi harus menyaksikan pemandangan yang membuat hati nya makin hancur. Dara menepis kedua tangan Braga yang tengah memegang lengannya. Dengan kaki gemetar, Dara melangkahkan kaki menuju kamarnya. Braga mengusap wajahnya dengan kasar. Matanya menatap tajam ke arah Mama dan Hana.
"Kenapa kalian melakukan ini?"
Mama dan Hana tidak bergeming.
"Kalian ingin menghancurkan kami? bukankah aku sudah melakukan apa yang kalian inginkan? "
Mama menghembuskan nafas kasarnya. menyerahkan bayi ke gendongan Hana dan mendekati Braga.
" Ga. Mau sampai kapan menutupi ini? lagi pula kasihan bayi kalian. Kalau mereka tinggal disini, Mama bisa ikut membantu merawat Ameera.( nama bayi )"
"Ma, kenapa Mama selalu mencoba memisahkan Braga dan Dara. aApa Mama tau? Braga tidak bisa hidup tanpa Dara. Braga sudah melakukan apa yang mama mau. kenapa Mama selalu menyiksa Braga Ma?." Braga bertanya hingga meneteskan air mata.
Ada rasa sedih dihati Mama melihat anaknya menangis. Mama menyentuh lengan Braga dengan lembut. " Braga, Mama hanya ingin,-
Ucapan Mama berhenti saat Braga menepis tangan Mama. Braga meninggalkan Mama serta Hana dan menuju kekamar untuk menyusul Dara. Beberapa kali Mama memanggil Braga. Tapi Braga tidak memperdulikan. Braga sampai si depan pintu kamar. Jantung Braga berdegup sangat cepat. tanganya sudah berada di handle pintu. Tapi Braga belum membukanya. dia sedang menyiapkan hatinya. Jawaban apa yang akan dia ucapkan agar istrinya mengerti dan memaafkannya. Perlahan Braga membuka pintu kamar. Dilihatnya dara tengah duduk dipinggiran tempat tidur. Wajahnya sembab tapi matanya sudah tidak meneteskan air mata.
Braga mendekati Dara. Dia duduk disamping Dara dan terus memandang wajah Dara. Dia menggenggam tangan Dara.
"Sayang, bisakah kita bicara? apa bisa kamu mendengar penjelasan ku terlebih dulu?
sayang, maaf.. maafkan aku. aku tau kamu pasti sangat hancur. Kamu pasti sangat marah. Tapi aku juga tidak melakukanya dengan suka cita."
Dara menatap wajah Braga dengan pandangan yang sulit diartikan. Braga semakin mengeratkan genggamannya.
...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
erike Erike
mampus mkn tu cinta
2023-02-13
0
Sulati Cus
alesan klasik tdk melakukan dg suka cita tp menghasilkan sakit hati ku
2022-11-29
0
afilla
boleh ngga akuh aplot di pesbuk?????ini novel bagus banget
2021-08-25
1