BAB sudah di revisi
Setelah Karl membawa Delina pergi dari sana, Delina tidak habis-habisnya menanyakan maksud dari dosen killernya berbicara seperti itu. Mendengar Delina banyak bicara, Karl memijat pangkal hidungnya merasa pusing.
"Apa kau bisa diam!" Bentak Karl.
Delina seketika membungkam mulutnya terkejut, walaupun dirinya sering bertengkar dengan Karl. Ia baru pertama kali dengar suara Karl yang meninggi, Delina seketika hatinya menciut.
*Kenapa dia membentak ku? Aku kan hanya tidak mau seluruh kampus tahu masalah ini walaupun tadi terlihat sangat sepi tapi kan tadi ada Feyrin, aku takut dia salah paham* - gumam Delina kesal.
Karl menengok ke arah Delina yang menundukkan kepalanya, Ia baru pertama kali melihat Delina menundukkan kepalanya saat berdua seperti ini. Apa tadi Ia terlalu kasar bicaranya? Tapi sepertinya tidak, Ia hanya menyuruh Delina diam tetapi kenapa dirinya sampai menundukkan kepalanya? Seperti itulah pikiran Karl sekarang.
"Maaf!" Sebuah kata maaf dari mulut Karl membuat Delina menatap ke arahnya.
"Maaf saya sudah membentak mu" lanjutnya.
Delina terdiam sejenak, lalu berkata "Aku tidak suka di bentak" ucap Delina mengalihkan pandangannya ke arah jendela mobil.
Bukankah semua wanita memang tidak suka di bentak? Itu yang keluar dari mulut Delina setelah mendengar kata maaf dari mulut Karl, Karl melihat sekilas ke arah Delina.
"Saya tahu! Semua wanita tidak suka di bentak" ucap Karl.
"Kalau Bapak sudah tahu, kenapa tadi Bapak membentak saya?" Tanya Delina kesal menatap ke arah Karl.
Pandangan mereka sempat bertemu namun dengan cepatnya Delina mengakhirinya, Karl melihat wajah Delina yang terlihat jelas sangat kesal terhadapnya. Karl menghela nafasnya, lalu berkata "Dari tadi kau banyak bicara sampai membuat ku pusing, maka dari itu saya terpaksa membentak mu untuk diam" ucap Karl datar.
Delina tidak menjawabnya, Ia lebih memilih bungkam dan menatap lurus ke arah jalanan. Merasa tidak ada jawaban dari Delina, Karl bertanya lagi.
"Kau tadi mau kemana dengan Feyrin? Aku akan mengantarkan mu" ucap Karl datar.
"Turunkan saya di depan saja" Ucap Delina.
Karl menatap sekilas ke arah Delina, tak lama kemudian mobil yang Karl bawa menepi di pinggir jalan. Delina melepaskan safety bealt dan berniat keluar dari mobil Karl, namun niatnya terurungkan saat Karl berbicara kembali.
"Berpura-pura lah menjadi istri ku saat wanita itu ada" ucap Karl tanpa melihat ke arah Delina.
"Tidak mau!"
Karl menatap dingin ke arah Delina saat dirinya menolak, Delina menatap wajah Karl yang penuh ancaman baginya.
"Apa? Apa Bapak mau mengurangi nilai saya lagi? Lalu Bapak memberikan tugas lagi untuk saya?" Ucap Delina yang sudah menebaknya.
"Bapak selalu seperti itu jika saya membantah perkataan mu" ucap Delina mengalihkan pandangannya dengan kesal.
"Saya seperti itu bukan hanya kepada mu saja, tetapi ke semua murid saya" ucap Karl dingin.
"Saya tahu!" Ucap Delina tak kalah dinginnya.
Karl memejamkan matanya sebentar, "Jika Kau sudah tahu kenapa masih suka membantah perkataan ku? Sekarang tugas mu menumpuk bukan?" Ucap Karl sama dengan nada bicara sebelumnya.
"IYA! Saya kan sudah meminta Bapak untuk tidak memberikan saya tugas selama satu semester ini" ucap Delina kesal.
"Kau memintanya tahun lalu, jadi itu sudah tidak berlaku lagi! Ah, sudahlah! Kau jadi turun atau tidak?" Tanya Karl dengan tatapan dingin.
Delina menatap Karl dengan kesal, lalu Ia keluar dari mobil Karl. Tak lama kemudian setelah Delina keluar dari mobil Karl, Karl melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
*Hah! Sungguh menyebalkan* - gumam Delina.
\*\*\*
Setelah kejadian 2 minggu lalu, Delina terus di ganggu oleh dosen killernya. Wanita itu terus menerus datang ke kampus, siapa lagi kalau bukan Jannel. Delina sudah menolaknya ratusan kali tetapi, Dosen Killer itu selalu mengancam nilainya. Tepat saat ini di ruangan Karl, Delina duduk di pangkuan Karl. Awalnya Karl terkejut saat Delina tiba-tiba duduk di pangkuannya, Delina dengan sengaja memainkan kancing kemeja Karl agar wanita yang ada di hadapannya ini memanas.
*Mau sampai kapan aku bersikap seperti ini? Ah, menjengkelkan sekali! Cepatlah pergi dari sini, sudah setengah jam kau berdiri seperti itu! Apa kaki kau tidak sakit berdiri menggunakan heels tinggi seperti itu*? - gumam Delina kesal.
Tak kunjung pergi, Delina membisikkan sesuatu di telinga Karl yang sedang sibuk mengurus nilai muridnya. Sudah seminggu lebih Jannel datang ke ruangannya secara tiba-tiba dan itu membuat Karl terpaksa meminta Delina berpura-pura, tetapi Delina baru melakukan hal layaknya seorang istri di hadapan Jannel selama 3 hari.
"Kapan dia akan pergi? Aku sudah muak melakukan hal seperti ini dan mau sampai kapan dia terus menerus datang seperti ini? Jika terus seperti ini semua orang akan curiga tahu!" Bisik Delina kesal.
Tangan Karl yang sedang sibuk dengan laptop nya kini beralih ke pinggang Delina, merasa tangan Karl beralih ke pinggang Delina dan mengelus pinggang Delina membuat dirinya membulatkan matanya.
"Sayang, kau bosan ya?" Tanya Karl.
"Haha, i-iya sayang" ucap Delina terpaksa mengucapkan kata sayang.
Jannel yang sedari tadi menatap kemesraan mereka hanya mengepal tangannya dengan kuat, Ia merasa kesal terhadap Delina yang sengaja memanasi dirinya. Jannel yang sudah tidak tahan melihat kemesraan mereka, Ia pun keluar begitu saja. Melihat Jannel keluar ruangan Karl, membuat mereka menghela nafasnya lega.
Delina pun langsung berdiri dari pangkuan Karl, Ia langsung berpamitan pergi meninggalkan ruangan Karl. Karl pun mengiyakan, Delina langsung keluar ruangan Karl setelah berpamitan kepada Karl. Tepat saat di tikungan, Delina di kejutan oleh Jannel yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Ternyata Jannel sengaja menunggu Delina keluar dari ruangan Karl.
"ASTAGA!" Ucap Delina terkejut.
Jannel menatap Delina penuh ancaman, Delina mengindik ngeri saat menatap mata Jannel. *Gila nih orang! Sampai menganggu kehidupan orang lain* - gumam Delina.
"Jauhi, Karl!" Perintah Jannel.
Lagi-lagi Delina harus berakting lagi di depan Jannel, Ia menatap ke seluruh lorong memastikan lorong tersebut sepi.
"Untuk apa menjauhi suami sendiri?" Tanya Delina.
"Suami kata mu?" Ucap Jannel mengulang kata suami di mulutnya.
"Iya! Karl suami ku, bukan kah kau tadi sudah melihatnya? Aku melakukan Karl layaknya seorang suami" ucap Delina.
Delina tahu bahwa wanita di hadapannya memanas saat mendengar perkataan barusan, terlihat di wajah Jannel yang menahan amarahnya.
"Aku tidak peduli! Kau harus menjauhi Karl sebelum aku menghabisi mu" ancam Jannel pergi begitu saja.
♡
♡
♡
♡
♡
♡
♡
Jangan lupa like dan vote jika kalian menyukai cerita ini^^ Jangan lupa follow Instagram ku @*Dmyntpuspa.02* dan @*hans\_meydina* terima kasih^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Rina Parlina
ceritanya bagus knpa yg like dikit ya
2021-07-03
0