"Delina" panggil Feyrin.
Delina yang sedang berjalan di koridor kampus menghentikan langkahnya saat Feyrin memanggil namanya, Ia pun menengok ke asal suara dan tersenyum. Feyrin sedikit lari menuju ke arah Delina, Ia pun segera merangkul tangannya di lengan Delina.
"Kau benar tidak bekerja?" Tanya Feyrin.
Delina mengiyakan, beberapa jam yang lalu Delina mendapatkan pesan dari direktur untuk hari ini dirinya di liburkan. Ia mengajak Feyrin ke sebuah mall yang pernah Feyrin janji kan beberapa bulan lalu tetapi karna Delina sibuk bekerja jadi janji yang pernah dia janjikan kepada Feyrin sering batal, maka dari itu Ia mengajak Feyrin bersenang-senang hari ini.
***
Brake sepanjang jalan memikirkan perkataan Aldric, bagaimana caranya Ia berbicara kepada anak dan istrinya nanti? Ia harus membicarakan ini kepada istrinya terlebih dahulu, Brake mengirim pesan kepada sekretarisnya untuk mengurus sebagian pekerjaan. Ia memutuskan untuk pulang lebih awal dan membicarakan masalah ini kepada istrinya, setelah memakan waktu kurang lebih satu jam dari cafe yang Ia kunjungi kini dirinya telah tiba di rumah.
Brake langsung memasuki rumahnya dan langsung menuju kamar, Ia melihat istrinya sedang membaca buku diatas tempat tidur. Melihat kehadiran suaminya Melky beranjak dari tempat tidur dan menghampiri suaminya, Ia membantu suaminya membukakan jas kerjanya.
"Tumben sekali kau pulang jam segini, apa kerjaannya sudah selesai?" Tanya Melky.
"Belum, aku menyuruh Ara untuk mempekerjakan sebagian pekerjaan ku" ucap Brake sembari mendudukan dirinya di atas sofa dekat tempat tidur.
Melihat wajah suaminya yang terlihat murung, Melky memijat pundak suaminya. "Ada apa? Kenapa wajah mu terlihat murung?" Tanya Melky.
Brake menatap istrinya, Ia mengambil tangan Melky di pundaknya dan menggenggam. " Kau ingat Tuan Aldric?" Tanya Brake.
"Tuan Aldric?" Ucap Melky mengulangi perkataan suaminya.
"Hmm."
"Maksud mu Tuan Aldric yang pernah di usir sama pemilik toko waktu itu?" Tanya Melky.
Brake mengiyakan, " Kenapa? Apa kau bertemu dengannya?" Tanya Melky lagi.
Brake mengambil napas dalam-dalam, " Iya! Tadi aku bertemu dengannya, Dia ingin membantu kita untuk melunasi hutang bank" ucap Brake.
Mendengar perkataan suaminya, Melky terlihat senang. "Benarkah?" Tanya Melky memastikannya.
"Hm, tapi dia memberi syarat untuk melunasi hutang kita" ucap Brake.
"Syarat? Syarat apa?"
"Menikahkan putri kita kepada anaknya" ucap Brake.
Melky terkejut, "APA!? Kenapa harus menikahkan putri kita?" Ucap Melky terkejut.
"Entah, apa kita harus menerima syarat itu? lagi pula Hara sudah waktunya untuk menikah" ucap Brake.
"Jadi kau ingin menjodohkan Hara dengan anaknya Tuan Aldric?" Tanya Melky.
"Kalau kau tidak menyetujuinya aku tidak akan menjodohkan" ucap Brake.
"Kalau itu pilihannya, aku akan menyetujuinya tetapi apa Hara akan setuju?" Ucap Melky.
***
"Tuan, apa itu tidak terlalu berlebihan? Apa Tuan sudah membicarakan masalah ini terhadap Tuan Karl?" Ucap sekretaris Aldric sekaligus supir pribadinya.
Aldric baru saja kembali ke kantor setelah berbicara bersama Brake, sepertinya Ia sengaja menjodohkan Karl terhadap putri Brake. Aldric tersenyum senang setelah rencananya berhasil, Aldric menyuruh sekretarisnya untuk menghubungi Karl dan suruh dia kemari.
Selang 30 menit, Karl tiba di kantor Aldric. Ia langsung menuju ruangan Aldric, setibanya disana Aldric menyuruh Karl duduk.
"Ada apa, Papih memanggil ku?" Tanya Karl.
"Tidak usah terburu-buru gitu, kau sudah tidak ada jam untuk mengajar lagi bukan?" Tanya Aldric sembari memberikan dokumen kepada Karl.
Karl yang melihat Ayahnya memberikan dokumen langsung mengerutkan keningnya tidak suka, "Pih!" Panggil Karl dengan nada tidak suka.
"Kau harus terbiasa, Nak. Hanya kamu yang bisa meneruskan bisnis Papih, Jika Kau tidak mau melanjutkan siapa lagi?" Ucap Aldric.
Karl menghela nafasnya kasar, walaupun Ia menolak seribu kali tetap saja bisnis keluarga ini harus Ia lanjutkan. Karl meraih dokumen tersebut dan membaca isi dokumen tersebut, Aldric tersenyum saat Karl serius membaca isi dokumen itu. Di pertengahan Karl membaca dokumen, Aldric memberikan sebuah foto.
Karl meliriknya sekilas namun Ia sedikit terkejut, apa maksud Papih menunjukan foto dia? - gumam Karl.
"Bagaimana menurutmu? Apa wanita itu cantik?" Tanya Aldric penasaran.
Karl mengerutkan keningnya bingung, "Biasa saja" Ucap Karl. Ini bukan seperti Aldric, Aldric tidak pernah menunjukan foto wanita kepada Karl.
"Apanya yang biasa saja? Jelas-jelas Fredelina sangat cantik" ucap Aldric.
Tahu maksud pembicaraan Aldric, Karl menutup kembali dokumen yang sempat Ia baca. "Papih mau menikah dengannya?" Tanya Karl dingin.
"Sembarangan! Tentu saja tidak, Papih ingin kau menikah dengannya" ucap Aldric.
"Apa!?"
*
*
*
*
*
*
*
*
LIKE DAN VOTE
My IG: VolusHan_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments