BAB sudah di revisi
Karl yang sedang menuju ke ruangan, langkahnya terhenti saat Ia melihat Jannel memasuki ruangannya. Ia menghela nafas kasar, *Dia mau ngapain lagi ke sini*? - Gumamnya kesal.
Rasanya Ia enggan menemui Jannel, Ia mengurungkan niatnya memasuki ruangan. Karl pun meninggalkan tempat tersebut namun baru beberapa langkah Ia melihat Fredelina bersama Feyrin, Karl dengan cepat memanggil nama Delina sebelum pandangan dirinya menghilang.
"Delina" panggil Karl
Delina merasa dipanggil pun menengok ke asal suara, Delina mengerutkan keningnya. Setelah memanggilnya Karl menghampiri Delina.
"Ada apa Pak Karl memanggil saya?" Tanya Delina.
Tanpa basa basi, Karl langsung membicarakan ke intinya. "Saya minta tolong bawakan barang saya ke ruangan saya" ucap Karl, sebenarnya dia tidak ingin meminta tolong kepada Delina tapi mau bagaimana lagi? Dia enggan menemui Jannel di ruangannya.
"Apa? Kenapa saya? Ruangan Pak Karl kan ada di tikungan, Pak Karl tinggal belok sudah sampai di ruangan Bapak" ucap Delina heran.
"Kau tidak mau?" Tanya Karl.
"Tentu saja! Saya ada urusan jadi saya tidak bisa bantu Bapak, saya permisi" ucap Delina. Tepat saat dirinya mau melanjutkan langkahnya, suara Karl menghentikannya.
"Kalau gitu nilai kamu saya kurangin" ucap Karl mengancam.
"Apa!? Bapak mau kurangin nilai saya hanya karna saya tidak mau menolong Bapak?" Ucap Delina tidak terima.
Karl terdiam sejenak, tak lama kemudian Ia berkata "Iya!" Ucapnya. Delina tidak terima, Ia ingin melawan perkataannya namun mengingat bahwa Karl sering memberikan tugas kepadanya setiap dirinya melawan perkataannya. Mau tidak mau dia harus menolongnya.
"Baiklah! Tapi dengan satu syarat" ucap Delina.
Karl menyatukan alisnya, *kenapa segala ada syaratnya* - gumam Karl. Karl memilih diam, dia menatap Delina dingin.
"Bapak tidak memberikan saya tugas selama satu semester ini" ucap Delina, mengingat bahwa tugas yang di berikan Karl menumpuk bahkan masih ada 4 tugas lagi yang belum dia kerjakan.
Karl memandang Delina tidak suka, Delina melihat raut wajah Karl yang tiba-tiba berubah hanya menatapnya datar.
"Tidak mau? Yasudah, saya juga tidak mau" ucap Delina.
Tepat saat dirinya membalikkan badan, Karl menyetujui. Ada senyuman kemenangan di bibir manisnya Delina, Ia merasa bebas karna tidak ada tugas yang menumpuk dari Dosen Killer ini. Melihat senyuman kemenangan dari bibir Delina, Karl hanya menghela nafasnya kasar. Ia terpaksa menuruti syaratnya hanya karna dirinya tidak ingin bertemu dengan Jannel, Karl pun memberikan barang miliknya.
"Sekalian bawakan jaket saya yang ada di ruangan saya, saya tunggu di ruangan BEM" ucap Karl.
Baru beberapa langkah, tubuh Karl berbalik dan berkata. "Jika ada yang menanyakan saya, bilang bahwa saya sedang sibuk dan tidak mau di ganggu" ucap Karl
\*\*\*
Delina melangkahkan kakinya menuju ruangan Karl, Ia melangkahkan kakinya dengan senang hati. Namun saat dirinya memasuki ruangan Karl langkahnya terhenti, Ia melihat seorang wanita dengan mini dress berwarna biru dongker dan memakai kacamata hitam sedang duduk di atas sofa. Siapa lagi kalau bukan Jannel, Jannel melepaskan kacamata hitam dan berdiri dari tempatnya. Delina mematung diambang pintu, namun dirinya tersadar kembali saat Jannel membuka suaranya.
"Siapa kau?" Tanya Jannel.
"Saya Fredelina salah satu murid dari Dosen Karl, saya di suruh oleh beliau untuk membawa barangnya ke ruangan" ucap Delina sopan.
Delina menerobos tubuh Jannel, Ia menaruh barang Karl diatas meja. Ia mencari jaket Karl, namun saat dirinya ingin mengambil jaket Karl di samping meja kerjanya langkah kaki Delina terhenti.
"Dimana Karl?" Tanya Jannel.
Delina membalikkan tubuhnya menatap Jannel, *Ini alasannya dia menyuruhku? Siapa wanita ini* - gumam Delina.
"Beliau menyampaikan pesan ke saya bahwa beliau sedang sibuk dan tidak mau di ganggu" ucapnya sopan.
Jannel melihat Delina mengambil jaket Karl, Jannel langsung merampas jaket Karl dari tangan Delina. Delina yang melihat tingkah Jannel yang tidak sopan hanya menatapnya tidak suka, *apa-apaan dia! Asal merampas saja* - gumam Delina kesal.
"Karl tidak suka barangnya di sentuh orang lain" ucap Jannel.
*Tidak suka disentuh oleh orang lain? Kalau tidak suka kenapa dia menyuruhku membawakan barangnya? Mau wanita ini apa, si*? - gumam Delina kesal.
"Maaf, tapi beliau menyuruh saya untuk membawakan jaketnya" ucap Delina dengan sopan walaupun hatinya merasa jengkel namun dia berusaha bersikap sopan terhadap orang yang ada di depannya.
"Biar saya saja, beritahu aku dimana Karl sekarang" ucap Jannel.
"Maaf Nona, tapi beliau menyuruh saya dan beliau tidak mau di ganggu jadi saya tidak mau memberitahukan kepada Nona" ucap Delina sembari mengambil jaket Karl dari tangan Jannel.
"Saya permisi" ucap Delina setelah berhasil mengambil kembali jaket Karl.
*Huh! Sungguh menyebalkan orang itu sama halnya dengan Karl* - gumam Delina.
*Karl, kenapa belakangan ini kau selalu menghindari ku* - gumam Jannel
\*\*\*
Setelah keluar dari ruangan Karl, Delina langsung menuju ke ruangan BEM. Sebelum menuju ke sana, ponsel Delina bergetar. Ia mengeluarkan ponsel tersebut dari dalam tas, terlihat satu pesan dari supir pribadi Ayahnya dan Ia segera membacanya.
*Nona, Tuan meminta saya untuk memberitahukan kepada Nona. Untuk saat ini kartu debit Nona tidak bisa di pakai selama beberapa bulan di karena kan, Bank memblokir semua kartu debit Nona untuk membayar hutang Bank - Pak Exelle*
Setelah membaca pesan dari supir pribadi Ayahnya, Delina menghela nafasnya. *Sepertinya aku harus mencari kerjaan untuk membantu Papah membayar hutang Bank* - gumam Delina.
\*\*\*
Karl yang menunggu Delina di ruangan BEM merasa bosan, dia sudah menunggunya selama 30 menit. Seharusnya Delina sudah sampai dari tadi tapi kenapa dia belum datang juga? Begitulah pikiran Karl saat ini, merasa kesal menunggu Delina tak kunjung datang. Ia pun keluar dari ruangan BEM, setelah beberapa langkah Ia melihat Delina yang mematung menatap ponselnya.
"Kenapa kau lama sekali!" Ucap Karl kesal.
Delina yang awalnya menatap ponsel kini Ia menatap Karl, Karl pun menghampiri Delina yang masih berdiri di tempatnya.
"Kau dari mana saja?" Tanya Karl.
"Maaf, tadi saya mendapatkan pesan jadi saya membacanya terlebih dahulu" ucap Delina.
Mendengar nada bicara Delina yang terdengar lesu, Karl menatap heran. Delina memberikan jaketnya.
"Ini, sudah kan? Tidak ada lagi?" Ucap Delina, suasana hati Delina tiba-tiba memburuk setelah membaca pesan singkat dari supir pribadi Ayahnya.
Karl mengiyakan, "Kalau gitu saya permisi" ucap Delina pergi dari sana. Pandangan Delina di mata Karl perlahan menjauh, Ia tadi melihat wajah Delina ada ke sedihan di sana.
*Apa dia ada masalah? Kenapa wajahnya murung gitu* - gumam Karl.
\*
\*
\*
\*
\*
\*
\*
\*
\*
LIKE DAN VOTE
My IG: VolusHan\_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments