“Lo gak mau bukain pintu buat gue juga, Bang?” Clara berucap begitu sang Kakak membukakan pintu mobil untuk Cleona.
“Manja lo, Dek biasanya juga keluar sendiri,” dengus Rapa memutar bola matanya malas.
“Sialan emang lo, mentang-mentang Queen udah jadi pacar lo, adik sendiri lo lupain. Awas lo, gue bakalan hasut Queen supaya putusin lo!” kesal Clara turun dari mobil dan menutup pintu mobil dengan sedikit di banting.
Cleona yang mendengar dan melihat perdebatan kakak beradik itu tertawa. Sudah biasa sejak kecil dulu, pasti selalu ada drama seperti ini. Clara selalu merasa di abaikan jika Rapa sudah bersama Cleona. Padahal siapa pun tahu bahwa Rapa tidak pernah pilih kasih. Laki-laki itu menyayangi adiknya, bahkan sangat. Hanya saja seperti ini lah cara Rapa dan Clara mengutarakan rasa itu, melalui perdebatan dan adu pendapat keduanya mengakrabkan diri.
Mungkin orang yang baru menganal akan menganggap bahwa mereka berdua tidak akur, tapi Cleona jelas sudah paham akan karakter keduanya. Clara dan Rapa memang selalu bertengkar, tapi setelahnya mereka akan saling berpelukan dan tertawa bersama.
“Emang lo rela gue sama cabe-cabean, Dek?” tanya Rapa begitu mereka berjalan bersama menuju kediaman Lyra-Pandu.
“Dih, amit-amit! Awas aja lo, Bang kalau berani, gue gak akan segan-segan dorong lo ke sumur!” ancam Clara menatap tajam pada kakaknya yang bergidik ngeri di samping Cleona.
“Emang Abang mau sama cabe-cabean?” tanya Cleona.
“Dih, mana mau Abang sama mereka, yang Abang mau 'kan cuma Queen seorang.” Jawab Rapa mengedipkan matanya genit.
“Berani banget kamu, Bang godain anak Mami. Udah siap tanggung jawab?” Luna yang kembali dari dapur menghampiri ketiga remaja itu. Clara tidak lupa menyalami punggung tangan ibu keduanya itu, begitu juga dengan Rapa, kemudian Cleona yang langsung bergelanjut manja di tangan ibunya.
“Abang mah siap, Mi, tapi Papi sama Mami siap apa enggak di tinggal Queen?” Rapa menaik turunkan satu alisnya sampai satu cubitan cukup keras Luna berikan.
“Queen gak akan pernah ninggalin Papi sama Maminya, paling juga Abang yang di tinggal nanti,” ibu dua anak itu menjulurkan lidahnya, kemudian menarik Cleona menuju dapur.
“Mana mungkin, Queen ninggalin Abang coba, Queen kan cinta Abang,” ucap Rapa sedikit berteriak, karena jarak dirinya dan Luna serta Cleona sudah cukup jauh.
“Queen lebih cinta Mami-Papi, Bang, Maaf!” teriakan Cleona membuat Rapa cemberut dan melangkah menaiki undakan tangga yang akan mengantarnya ke kamar.
Clara sudah lebih dulu naik, karena gadis cantik itu terlalu malas jika sudah mendapati drama yang di perankan kakak satu-satunya.
Di meja makan Cleona duduk, memperhatikan Mami dan Bundanya yang sedang masak untuk makan malam nanti, jam memang baru menunjukan pukul 17.00, para suami pun belum pulang, tapi mereka memang selalu masak lebih awal agar nanti begitu para suami pulang dari kantor bisa langsung mengurus laki-lakinya masing-masing.
Cleona selalu suka dimana kedua orang tuanya tengah bermesraan, saling memberi gombalan atau becanda, membuat suasana menjadi hangat dah harmonis. Ia selalu berharap bahwa kelak ia juga akan menjalani rumah tangga seperti kedua orang tuanya, menjadi perempuan hebat seperti Bunda dan Maminya.
Satu pukulan Cleona daratkan di kepalanya, merutuki diri yang sudah berani membayangkan semua itu di usianya yang masih sangat muda ini. Ia memang tahu bahwa Bunda-Ayahnya menikah saat masih berada di bangku SMA dan Mami-Papinya menikah ketika masa kuliah, tapi Cleona sudah mengatakan kepada mereka bahwa dirinya tidak ingin menikah di usia itu, ia ingin menyelesaikan kuliahnya dan bekerja terlebih dulu sebelum menikah, dengan harapan bahwa Rapa masih bersedia menunggu.
Satu lagi pukulan Cleona daratkan di kepalanya, kesal karena terus saja membayangkan soal masa depan yang sepertinya masih jauh dirinya gapai.
“Kamu kenapa Queen? Kok, kepalanya di pukul-pukul, pusing?” Bunda Lyra bertanya, satu alisnya terangkat dan menatap Cleona dengan mata memicing.
“Queen gak apa-apa kok, Bunda, hehe.” Jawabnya cengengesan, menggaruk tengkuknya salah tingkah. Lyra menggelengkan kepala, kemudian melenggang pergi dari hadapan Cleona yang masih duduk di meja makan.
“Mami, Priela mana?” Cleona bertanya begitu menyadari bahwa adik tercintanya itu belum terlihat sejak tadi.
“Adik kamu main di kamar Abang sejak tadi,” jawab Luna tanpa mengalihkan matanya dari penggorengan.
“Kok, di kamar Abang? Ngapain?” kening Cleona naik sebelah. Luna mengedikan bahunya, tanda bahwa ia tidak tahu.
Bangkit dari duduknya, Cleona melangkah meninggalkan dapur. Dalam hati ia terus menggerutu dan bertanya-tanya tantang apa yang tengah di lakukannya di kamar Rapa. Cleona tahu bahwa Laura dekat dengan Rapa, tapi kenapa harus kamar Rapa? Kenapa tidak kamar Clara yang lebih banyak bonekanya? Mengingat itu kembali membuat Cleona kesal dan ingin sekali menyeret adiknya.
Cleona yang hendak menaiki undakan tangga dengan tujuan menghampiri adiknya di kamar Rapa, tiba-tiba terhenti begitu mendengar suara pintu terbuka dan kembali tertutup, kemudian di susul dengan suara tawa yang begitu sangat Cleona kenal. Melipat tangan di dada, Cleona bersandar pada pembatas tangga, menunggu orang itu turun. Hatinya tidak henti menggerutu dan kekesalan dalam hati tidak dapat dirinya sembunyikan.
“Kak Queen ngapain berdiri disini?” Laura Priela Arsyatami, yang lebih akrab di panggil Priela oleh keluarga itu bertanya.
“Kenapa emang? Gak boleh?” ketus Cleona. Gadis cantik dengan wajah di tekuknya itu melangkah menjauh, membuat Laura dan Rapa saling tatap dan menaikan satu alisnya masing-masing, bingung dengan sikap ketus Cleona yang pergi begitu saja dengan kaki yang sedikit di hentakan.
Rapa pergi menyusul Cleona setelah mengusak rambut adik kecilnya itu. Jujur saja, Rapa tidak ingin lagi mendapati wajah judes kekasihnya, tidak ingin lagi mendapat penolakan dan kebencian wanita cantik itu. Mengejar, Rapa mendapati Cleona berjalan sambil terus menggerutu memaki dan menyumpah serapahi Rapa dengan bersungut-sungut. Rapa yang masih bingung dengan yang terjadi kepada kekasihnya itu terus mengikuti dari belakang hingga Cleona masuk ke dalam rumahnya tanpa menyadari Rapa yang sejak tadi mengikutinya.
“Udah cape menggerutu, Queen?” kata Rapa yang berdiri tak jauh di belakang Cleona. gadis cantik itu menoleh, kemudian mendengus dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Rapa dengan kebingungan.
“Queen, kok Abang di tinggal?” teriak Rapa kembali mengikuti gadis cantik itu yang sekarang sudah menaiki undakan tangga.
“Jangan ngikutin gue, pergi aja lo sana sama Priela!” sentak Cleona keras, membuat Rapa yang sudah berada dekat dengan perempuan cantik itu terkejut, karena Cleona yang berbalik tiba-tiba.
Rapa diam di tempatnya, mencerna apa yang di ucapkan kekasihnya itu, sedangkan Cleona kembali melanjutkan langkah menuju kamar. Sampai sebuah bantingan pintu terdengar dan kembali mengejutkan Rapa, menyadarkan laki-laki itu bahwa sang pujaan hati tidak lagi berada di depannya.
Senyum kecil terbit di sudut bibir Rapa, kemudian berubah dengan kekehan geli sebelum akhirnya menggelengkan kepala seraya bergumam, “Sama adik sendiri cemburu, Queen-Queen, kamu itu lucu tahu gak? Gemesin, bikin Abang makin cinta.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Lin Frie
kekanak2an
2021-04-20
0
Drabia Sephia
Queen adalah aku
cemburuan😂
2021-02-11
2
Helios Zanqueen
author.. kalo bole tau ini kelanjutan dari judul apa ya??
2020-11-29
0