Bel pulang berbunyi beberapa menit lalu, kelas sudah berangsur sepi, karena di tinggalkan penghuninya, hanya menyisakan Cleona, Alisya, Nirmala dan Shafa juga beberapa murid di pojok belakang sana. Sambil menunggu Clara datang menjemputnya pulang, Cleona dan teman-temannya tengah berdiskusi untuk acara weekend besok, sekaligus menjadikan acara pertama mereka sebagai teman baru.
Tak lama, Clara serta Kayla datang dan langsung bergabung, ikut ke dalam obrolan ke empat temannya yang lain.
“Malas gue kalau shoping, hangout ke mall gitu, ngabisin duit.” Tolak Cleona mengenai usulan Nirmala.
“Iya paham gue, lo kan kalau udah di dalam sana langsung lupa diri,” cibir Alisya, yang di balas kekehan kecil oleh Cleona sendiri.
“Setuju gue sama Cleo. Isi dompet kita itu, dompet pelajar bukan dompet pekerja kantoran,” kata Shafa ikut menolak. Kayla mengangguk, menyetujui ucapan yang di lontarkan Shafa.
“Ya, terus apa dong?” kesal Nirmala.
“Lari pagi aja ke taman kota, gimana?” usul Clara.
“Gue gak doyan lari, apalagi pagi-pagi, Cla." Rengek Alisya menolak usulan dari sahabat sejak SMP-nya itu.
“Iya, lo kan doyannya lari dari kenyataan,” cibir Cleona yang membuat gadis imut itu mendengus kesal.
“Yang lainnya gimana, setuju apa enggak?” tanya Clara meminta kepastiaan pada teman-temannya.
“Setuju!” seru Kayla, Nirmala dan Shafa.
“Oke, fix kita janjian di depan pos komplek perumahan gue pukul 5 pagi."
“Gak kepagian, Cla?” tanya Nirmala yang terlihat keberatan dengan waktu yang di tentukan Clara.
“Kalau siang keburu panas, Mala!” kata Cleona memutarkan bola matanya.
“Aish, ya udah, pukul 5. Bangun pagi di hari libur itu bukan gaya gue sebenarnya, tapi ya udah lah." Pasrah Nirmala, membuat kelima orang lainnya tertawa, puas melihat wajah lesu teman satunya itu.
Obrolan lain mengalir begitu saja, sesekali mengundang tawa yang membuat ke enam remaja itu terlihat begitu akrab seolah sudah berteman lama. Tawa ke enamnya terhenti begitu suara deheman terdegar dari arah pintu.
“Ngobrolin apa sih sampai ketawa-ketawa gitu?” tanya Rapa berjalan menghampiri ke enam remaja perempuan yang masih duduk di bangkunya masing-masing.
“Kepo deh lo, Rap!” delik Clara yang tidak di tanggapi laki-laki itu.
“Ngobrolnya udah selesai belum? Gue mau ajak Queen sama Ratu pulang soalnya?” Rapa bertanya pada teman-teman dari adiknya.
“Bawa pulang aja, Kak, kita juga udah mau pulang kok,” kata Kayla yang kemudian bangkit dari duduknya diikuti yang lain.
“Ya udah deh yuk, kita barengan aja ke gerbangnya.” Ajak Clara merangkul Alisya dan membawa sahabatnya itu berjalan lebih dulu di susul Shafa, Kayla dan Nirmala, sementara Rapa dan Cleona berjalan paling belakang, entah mereka memang sengaja tidak mengajak Cleona atau memang karena Cleona sendiri yang menginginkan berjalan bersampingan dengan laki-laki tampan itu? Entah lah, karena yang harus kalian ketahui bahwa Cleona juga Rapa sama-sama merindukan momen ini, momen yang sejak kecil bahkan sering mereka lakukan, tapi harus hilang dengan berubahnya sikap Cleona beberapa tahun lalu.
Obrolan nyatanya kembali berlanjut diiringi dengan canda serta tawa, sampai tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di parkiran dan sudah saatnya untuk berpisah. Rapa membukakan pintu untuk ke dua perempuan tersayangnya, kemudian dirinya sendiri masuk dan duduk di kursi balik kemudi. Memang jika di pikir-pikir, Rapa sudah seperti supir bagi kedua perempuan cantik itu, tapi meskipun begitu, Rapa tidak sedikitpun keberatan dengan ini, walau kadang selalu di buat kesal dan sebal.
“Bang McD dulu dong, Atu lapar." Kata Clara dengan wajah memelas dan tangan yang memegangi perut.
Rapa menoleh kebelakang yang kebetulan saat ini tengah berada di lampu merah. “Queen lapar juga?”
“Gak terlalu sih, tapi boleh lah,” jawabnya menyetujui. Rapa mengangguk dan tersenyum, kembali menatap ke depan karena lampu yang semula merah sudah berganti hijau.
“Gue lihat-lihat kalian kok udah balik dekat lagi, ya? Lo juga gak menghindar lagi Queen? Udah pada baikan?”
“Menurut lo?” Rapa yang tengah menyetir menatap dari spion depan.
“Kok bisa? Jadiannya udah?” kembali Clara bertanya. Menatap kedua orang itu bergantian. Rapa dan Cleona sama-sama menggelengkan kepala.
“Emang jadian perlu, ya?” tanya Rapa dengan satu alis terangkat.
“Ya, menurut gue sih perlu, tapi terserah kalian juga sih. Dengan hubungan kalian membaik aja gue udah bahagia bengat dan bersyukur, apa lagi kalau sampai perjodohan yang Bunda dan Mami buat berhasil,” kata Clara mengutarakan rasa bahagianya.
Cleona tidak menjawab, hanya tersenyum kecil dan menatap sekilas pada Rapa yang masih fokus pada kemudinya. Sesampainya di McD, Rapa memarkirkan mobilnya terlebih dulu kemudian masuk dan memesan makanan yang diinginkan kedua perempuan tersayangnya, sementara Clara dan Cleona mencari tempat untuk duduk mereka.
“Bukannya kemarin lo sama Bang Rapa masih belum baik? Ah, ralat, maksudnya lo yang masih menghindar, kok sekarang bisa seakrab ini?”
“Hanya sedang berusaha berdamai sama dia dan perasaan gue, Tu,” jawab Cleona tersenyum kecil. “Lo sendiri tahu bagaimana perasaan gue sama dia sejak dulu, dan lo juga tahu bagaimana sifat dan sikap Kakak lo.”
Clara mengangguk paham dengan penjelasan singkat sahabat sejak oroknya itu. Tak lama, Rapa datang bersama pesanan mereka. Makan dengan di iringi obrolan dan canda tawa, membuat Cleona menyadari bahwa sudah lama mereka bertiga tidak makan sehangat dan seramai ini. Ternyata berdamai dengan pesaraan sendiri bisa membuat hati yang belakangan gelisah menjadi membaik dan seolah terasa ringan.
Sejak kecil dekat dan tiba-tiba menjauh itu memang terasa aneh dan tentu saja menjadi pertanyaan semua orang yang mengenal mereka, tapi tentu saja sikap Cleona yang memilih menghindar beberapa tahun lalu di dasari sebuah alasan. Selalu ada alasan di balik sebuah perubahan. Dan alasan Cleona menjauh adalah karena cemburu, ia marah dan benci pada Rapa yang selalu dekat dengan perempuan mana pun, Cleona cemburu setiap Rapa baik pada perempuan lain, perhatian pada perempuan lain dan senang apa bila ada perempuan yang suka terhadapnya. Ya, Cleona tahu bahwa alasan marahnya terlalu kekanakan, tapi coba pikir siapa yang tidak akan cemburu melihat laki-laki yang di sukainya seperti itu? Apa lagi Cleona tahu bahwa dirinya dengan pria itu sudah di jodohkan oleh orang tua mereka.
Cleona menjauh bukan karena ingin benar-benar Rapa pergi menjauhinya, Cleona hanya ingin bersikap seolah tidak perduli dengan sikap keseharian laki-laki itu, karena Cleona tidak ingin merasakan sakit hati begitu melihat pria itu dengan perempuan lain.
Dua tahun berusaha menjauh dan bersikap tidak perduli nyatanya malah membuat hatinya semakin tersiksa, membuat perasaannya semakin terluka apa lagi melihat ketidak pekaannya laki-laki itu. Rapa tetaplah Rapa, laki-laki dengan sejuta pesona dan keramahannya yang malah membuat wanita di luaran sana salah paham dan dengan tidak sengaja selalu melukai perasaan Cleona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Riska Wulandari
nahh bener kan..
d obrolin dong Queen,,biar Rapa juga paham..
2021-11-08
0
Shella pricillia Putri kosim
pandu junior...kg peka
2021-01-07
1
Wayan Karmini
dmai aja sma perasaan
2020-12-01
1