Selesai makan malam mereka semua berkumpul di gazebo belakang rumah Leo, menikmati teh dan cemilan untuk menemani acara ngobrol. Cleona sebenarnya ingin langsung masuk ke kamarnya, tapi tidak diizinkan sang Papi, dan itu membuat Cleona terpaksa harus berada di tengah-tengah mereka.
Duduk di pembatas gazebo sambil memberi makan ikan yang berada di bawahnya Cleona tidak sama sekali mengeluarkan suara. Tidak terusik juga walau Rapa terus melayangkan candaan tentangnya yang sejak tadi cemberut. Hari ini iya benar-benar sedang bad mood, malas dan hanya ingin menangis, tapi Cleona bingung ingin menangisi apa dan malas karena apa. Inginnya menjerit, tapi Cleona tidak bisa melakukan itu, apa lagi di tengah keluarganya seperti ini. Yang ada maminya akan langsung membawa dirinya ke rumah sakit jiwa.
Biasanya ia hanya akan merasa kesal pada Rapa saja, tapi berbeda dengan hari ini, karena Cleona sekarang merasa malas pada semua orang termasuk Papinya sendiri yang menjadi tempatnya berkeluh kesal dan selalu memajakannya.
“Lo kenapa sih, Queen?” tanya Clara ikut duduk di samping Cleona.
Satu gelengan gadis itu berikan. “Gue juga bingung kenapa hari ini rasanya gak enak banget. Pengen marah, tapi sama siapa, pengen nangis, tapi entah karena apa. Pengennya gue itu apa sih, Tu?” kata Cleona dengan frustasi.
Bukannya menjawab, Clara malah tertawa terpikal bahkan sampai sudut matanya mengeluarkan air. Semua orang yang semula asik mengobrol menoleh pada Clara, menatap perempuan itu heran, sedangkan Cleona mendengus kesal.
“PMS lo mah Queen,” ucap Clara di sisa-sisa tawanya.
“Masa?” tanya Cleona tak percaya.
“Coba cek deh sekarang tanggal berapa,” Cleona menuruti apa yang di katakan Clara, melihat tanggal di ponsel yang baru saja dirinya rebut dari tangan Rapa, kemudian menepuk jidatnya saat dilihatnya bulatan biru di angka 15 di kalender ponsel Rapa. Tanggal dimana memang tamu bulanannya selalu datang.
“Kok, bisa gue lupa?” tanya Cleona pada dirinya sendiri. Selanjutnya ia berlarai masuk ke dalam rumah tanpa berpamitan sama sekali.
“Abang beliin Queen pembalut dong, Queen lupa kalau stok-nya abis. Yang sayap, ya, Bang, cepat!” teriakan menggelegar itu terdengar dari arah dalam rumah. Membuat semua orang menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir kenapa gadis secantik Cleona memiliki suara seperti toa mushola.
“Giliran nyuruh aja manggil Abang. Ck, dasar Nenek sihir!” gerutu Rapa, yang kemudian bangkit dari duduknya, melangkah meninggalkan para orang tua dan adiknya untuk melaksanakan tugas dari tuan putri yang menyebalkan dan galak itu.
Memang bukan pertama kalinya Rapa datang ke minimarket untuk membeli pembalut. Hampir setiap bulan karena dalam keluarganya memang lebih banyak perempuan, tapi tetap saja, walau pun sudah sering, bahkan sudah kenal dengan para kasir di minimarket yang tidak jauh dari komplek perumahannya itu tetap saja Rapa masih merasa malu.
Yang benar saja, dirinya laki-laki tulen, tampan dan mempesona harus membeli pembalut? Tapi balik lagi ke rumah, disana terdapat Cleona yang bahkan galaknya melebihi macan, Clara yang cerewetnya ngalahin burung beo membuat Rapa tidak bisa membantah apa lagi pulang tanpa pesanan kedua perempuan tersayangnya, yang selalu meminta di belikan pembalut. Dan dalam hati Rapa berharap bahwa Laura tidak akan melakukan hal yang sama seperti kakak-kakaknya itu jika sudah mendapatkan siklusnya nanti.
“Habis stok, ya, Mas?” tanya salah satu kasir yang memang sudah hapal dengan Rapa, karena sering ke sini walau hampir tiap hari datang membeli cemilan, tapi khusus di tanggal 5 atau tanggal 15 seperti sekarang ini penjaga kasir sudah hapal apa yang akan laki-laki itu beli.
“Dua ya, yang isi dua puluh," ucap Rapa yang diangguki si kasir.
Selesai menerima belanjaannya dan membayar sesuai harga yang tertera, Rapa keluar dari minimarket tersebut kemudian naik ke atas motornya dan berniat melaju sebelum sebuah panggilan di ponselnya menghentikan niat itu. Tanpa melihat siapa yang menghubungi, Rapa langsung menggeser tombol hijau pada ponselnya dan meletakan benda pipih itu ke telinganya.
“Rapa masih dimana? Kenapa lama banget? Buruan woy, gue udah banjir ini!” suara melengking dari sembrang sana membuat Rapa dengan cepat menjauhkan ponselnya dari telinga karena tidak ingin tiba-tiba pendengarannya pecah.
“Sabar dong Queen, ini gue baru selesai. Sabar ya, sayang, Abang sampai sebentar lagi,” ucap Rapa berusaha selembut mungin.
“Oke, buruan. Coklatnya gak lupa kan?” tanya Cleona dari seberang sana.
Rapa tersenyum kecil. “Gak dong. Ya sudah, Abang matiin telponnya ya,” ucap Rapa masih dengan nada lembut, kemudian mematikan sambungan telponnya sebelum nenek sihir kembali ngamuk dan merusak gendang telinganya.
Rapa heran, apa semua wanita PMS semenyebalkan dan segalak ini? Karena yang Rapa amati sejauh ini sepertinya memang iya, mengingat keganasan Clara dan Cleona saat tamu bulanannya datang maka jiwa macannya akan keluar. Dan Apakah seorang kakak laki-laki di dunia ini merasakan apa yang dirinya rasakan sekarang?
Setelah selesai mematikan mesin motornya di pekarangan rumah Leo, Rapa segera masuk dan naik ke lantai atas dimana kemungkinan besar Cleona berada. Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Rapa masuk dan tidak menemukan Cleona di kamar. Hanya ada satu kemungkinan, yaitu kamar mandi. Mengetuk sebanyak dua kali, pintu langsung di buka dan kantong kresek putih yang ada dalam tangan Rapa di ambil begitu saja tanpa permisi, kemudian pintu yang hanya terbuka sedikit itu kembali di tutup dengan kencang sampai menimbulkan suara ‘brak’ membuat Rapa terlonjak kaget.
“Orang mah bilang terima kasih kalau udah di turutin maunya, nah ini, gue malah di buat jantungan. Ck, dasar Nenek sihir.” Gumam Rapa seraya berlalu dari hadapan pintu bercat putih itu.
Tidak lama Cleona keluar dari kamar mandi, hendak berjalan menuju ranjang sebelum matanya mendapati keberadaan Rapa di sofa, tengah berbaring sambil memainkan game di ponselnya.
“Lo ngapain masih disini?” langsung Cleona bertanya saat posisinya berada dua langkah dari sofa yang di tiduri Rapa.
“Main game." Jawab laki-laki itu singkat.
Cleona mendengus kesal. “Gue juga tahu itu mah. Ngapain main di kamar gue? Keluar lo sana!” usir Cleona.
“Ck, bukannya bilang terima kasih, malah ngusir!” cibir Rapa pelan.
“Pamrih lo sekarang?”
Dengan cepat Rapa menggelengkan kepala, mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya berbentuk ‘V’ sembari cengengesan. Mengalah dan cari aman lebih baik dari pada jadi santapan macan yang sedang PMS.
Cewek PMS memang mengerikan, maka dari itu Rapa tidak ingin berurusan dengan sejenis mereka dan memilih langsung kabur dari kamar Cleona sebelum benar-benar mendapat amukan wanita PMS yang menyebalkan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Kepiting Cina
kebanjiran, tolong dong😭
2022-05-29
0
Fhitry Hindayan
judul novel lyra sma pandu ap yah
jawab yah🙏
mksih
2021-09-17
1
ranggabudsmskks
ck pusing sma namanya cla cle
2021-04-17
1