Seperti yang sudah di sepakati hari itu, kini Cleona dan Clara sudah siap dengan pakaian olahraganya dan hendak pergi ke depan pos komplek, dimana tempat mereka janjian dengan keempat temannya yang lain, sebelum Rapa menghentikan langkah ke dua perempuan cantik itu.
“Mau pada ke mana sih subuh-subuh gini? Kerajinan banget tahu gak!”
“Dih, kita mah emang rajin kali, gak kayak lo, pemalas!” balas Clara sengit.
“Ish, Atu gitu ya sama Abang sendiri,” desis Rapa cemberut yang di balas dengan delikan malas oleh gadis cantik itu.
“Kita berangkat dulu ya, Rap, takut yang lain nunggu kelamaan." Kata Cleona menarik tangan Clara.
“Emang mau ke mana sih, Queen?” tanya Rapa cepat masih menahan kepergian kedua orang itu.
“Ke mall! Gak lihat apa ini kostum mau jogging, pake nanya segala!" ucap Cleona yang berubah kesal. Tanpa menghiraukan Rapa lagi ia menarik Clara untuk pergi, tidak peduli meski Rapa berteriak memanggil.
Berlari kecil menuju pos yang berada di depan komplek, Cleona dan Clara tidak hentinya bercerita dan sesekali tertawa, tidak lupa Cleona pun menceritakan ke mana Rapa mengajaknya pergi pada malam itu. Bukan karena sukarela, Cleona menceritakan itu, tapi karena paksaan Clara. Perempuan itu terlalu penasaran bagaimana bisa Cleona kembali luluh akan pria itu, mengingat belakangan ini Rapa yang sering kali bertingkah manis pada Cleona dan perempuan itu juga yang tidak lagi menghindar. Cleona benar-benar berdamai dengan perasaannya dan itu membuat Clara bahagia.
“Lo beneran udah terima perjodohan yang orang tua kita buat?” tanya Clara.
“Bukannya lo sendiri tahu bahwa gue sama Rapa gak pernah melayangkan penolakan?” Clara mendengus kesal mendengar jawaban dari sahabatnya itu.
“Lo berdua lama banget, sih, setengah jam tahu gak lo, kita berdiri disini!” omel Kayla dan di angguki yang lainnya.
“Elah, baru juga setengah jam, belum seharian,” balas Cleona dengan cueknya.
“Pergi sekarang yuk, nanti keburu siang, panas.” Shafa berucap seraya berlari lebih dulu diikuti Cleona dan Clara, sedangkan Alisya, Kayla dan Nirmala yang masih ingin mengomel mendengus kesal kemudian berlari menyusul ketiga temannya itu.
Jalanan pagi di hari minggu ini memang sepi oleh kendaraan, sebab orang-orang di hari minggu seperti ini lebih banyak berada di rumah atau olahraga seperti yang dilakukan Cleona dan teman-temannya ini.
Sampai di taman kota, Cleona dan Shafa lebih memilih menggunakan alat fitness yang di sediakan di taman itu, sedangkan Clara, Nirmala, Kayla dan Alisya lebih memilih untuk bersepeda, mengelilingi taman yang luas ini, bergabung dengan beberapa orang lainnya yang juga melakukan hal yang sama.
Satu jam kemudian, keenam remaja itu memilih untuk istirahat dan berburu makanan, kerena perut yang sudah keroncongan minta di isi juga lelah yang sudah di rasakan keenamnya. Setelah beberapa saat berdebat untuk menentukan akan makan apa mereka semua, akhirnya tujuan akhir jatuh pada stand bubur ayam yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini, padahal jika di pikir-pikir sejak tadi mereka sudah melewati tempat itu sebanyak tiga kali, selagi masih memperdebatkan makanan yang masing-masing dari mereka inginkan, tapi tidak mau makan dalam tempat yang terpisah.
It’s amazing how you can speak right to my heart
Without saying a world you canlight up the dark
Try as I may I can never explain
What I hear when you don’t say a thing …
Cleona yang mendengar suara ponselnya berdering, menghentikan tangannya yang hendak menyuapkan bubur ke dalam mulutnya, meletakan kembali sendok itu, kemudian menggeser tombol hijau pada layar datar itu.
“Hallo, iya kenapa? Lagi makan bubur sama teman-teman. Jangan nyusul, ih, bentar lagi juga pulang kok. Hallo … hallo …!” Cleona mendengus kesal ketika sambungan telepon di putus begitu saja oleh si penelpon.
Clara jelas tahu siapa yang menghubungi Cleona hanya dari nada dering panggilannya saja, karena itu memang di setting khusus untuk Rapa. Menurut Clara, Cleona itu kerajinan, dimana gadis cantik itu memberi nada khusus untuk setiap panggilan dari keluarga, sahabat dan teman yang baru di kenal. Cleona bilang itu untuk
memudahkannya mengetahui panggilan mana yang harus segera ia angkat dan mana hanya harus ia abaikan, termasuk nada dering untuk Rapa yang di buat beda sendiri.
“Hallo ciwi-ciwi,” sapa sura merdu seorang laki-laki yang baru saja datang menghampiri meja yang Cleona dan teman-temannya duduki. Membuat keenam remaja itu menoleh.
Nirmala, Kayla, Shafa dan Alisya menjawab sapaan itu, sedangkan Cleona justru mendengus kesal dan Clara memilih mengabaikan kedatangan kakaknya.
“Gue udah bilang jangan nyusul, ih, malah kesini!”
“Ya, gimana dong, kan waktu gue telepon emang udah ada di sini,” ucap Rapa tanpa merasa bersalah, ikut duduk di samping Cleona, menggeser Clara untuk pindah kebangku lain.
Cleona hanya membalas dengan dengusan kecil dan kembali melanjutkan makannya. Rapa mengambil satu sendok dari tempatnya dan ikut memakan dari mangkuk yang sama dengan Cleona, membuat Clara menggelengkan kepala dan Alisya serta Shafa hanya cuek saja, sudah biasa melihat kedua orang itu, berbeda dengan Nirmala serta Kayla yang melongo melihatnya, membuat keduanya semakin penasaran dengan hubungan antara teman dan kakak kelasnya itu. Cleona terlalu tertutup, dan itu menyulitkan Kayla juga Nirmala untuk tahu mengenai kedua orang yang baru beberapa minggu di kenalnya.
Penasaran tidak dapat Kayla dan Nirmala tutupi, tapi terlalu bosan juga untuk bertanya, sebab temannya itu selalu mejawab bahwa mereka bukan pasangan. Biarlah waktu yang akan menjawab rasa penasaran keduanya.
“Lo udah tahu gak suka kacang, kenapa buburnya masih pakai kacang coba?” kata Rapa pada gadis di sampingnya itu.
“Gue lupa bilang, Rap. Lagian kan bisa di singkirin juga,” ucap Cleona yang masih terus melahap buburnya.
“Iya, tapi kan sayang. Makanan itu pamali kalau di buang-buang,”
“Ya, tapi ini kan lo makan jadi, gak ada yang kebuang.”
“Aish, emang deh ngomong sama lo gak pernah ada ujungnya. Lok ga pernah mau ngalah!” dengus Rapa yang berakhir diam dan melanjutkan makan bubur milik Cleona. Kelima orang lainnya hanya menyaksikan perdebatan itu dan di akhiri dengan gelengan kepala.
“Kalau gue ngalah, mungkin lo juga udah gue relain sejak dulu, Rap.” Kata Cleona yang entah disadarinya atau tidak. Dan ucapan yang di lontarkan Cleona barusan sukses membuat keenam orang yang berada di sana menoleh.
“Queen," panggil Rapa dengan suara lirih, Cleona menoleh dan memberikan senyum tipisnya, kemudian kembali sibuk menghabiskan bubur yang masih tersisa sedikit.
Kayla dan Nirmala yang begitu penasaran tidak berani melayangkan komentar atau pertanyaan mengenai ucapan yang keduanya dengar, sedikit demi sedikit mereka mulai paham dengan hubungan yang terjalin diantara sepasang manusia itu meskipun masih terasa abu-abu, begitu juga dengan ketiga perempuan lainnya yang hanya diam tanpa ada yang berniat berkomentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Al_nindra
hissss thor ak tu suka ma kata2 mu deh,
kalimat perumpamaan nya tu loh ngena bgt
ga hbs mikir kok bisa kepkir gt 😂😂😂
2021-01-10
2
Wayan Karmini
udah ad secercah harapan 😂
2020-12-01
0
melia
kisah emak bapk nya queen sma rapa yg sering mkn sepiring brdua
2020-10-29
0