Dengan malas, Cleona bangun dari tidurnya, mengucek mata yang masih terasa lengket untuk ia buka. Benar-benar pagi ini rasa malas itu hinggap, melekat seperti di tambah lem super dimana Cleona sulit sekali untuk bangun.
Sejak tadi Mami dan Papinya sudah bergantian membangunkannya, tapi Cleona memang benar-benar malas, inginnya ia tertidur hingga siang, tapi apalah daya, hari liburnya masih jauh dan kedua orang tuanya tidak akan pernah mengizinkan anaknya bolos apa lagi dengan alasan mengantuk. Cleona memang sudah melek, tapi tidak berniat untuk beranjak. Berat rasanya menyingkirkan batal dan kasur yang empuk dan membuatnya nyaman ini.
Salahkan Rapa yang semalam membawanya pergi dan di pulangkan begitu malam sudah larut. Rapa benar-benar membawanya berkeliling, menjelajahi segala macam kuliner malam sampai pergi ke sebuah pasar malam yang begitu ramai walau bukan di malam minggu. Segala macam permainan di sana Cleona naiki bersama Rapa yang tidak pernah mau melepaskan tautan tangan mereka.
Tidak ada lagi Rapa yang menyebalkan, tidak ada lagi Rapa yang pecicilan dan suka tebar pesona, karena yang Cleona dapat semalam adalah sikaf manis dan romantis pria itu. Kebahagiaan sederhana yang tidak akan pernah Cleona lupakan sampai kapan pun.
Cleona begitu suka saat dimana hanya dirinya yang menjadi fokus Rapa, menjadi satu-satunya yang Rapa lihat dan menjadi satu-satunya yang Rapa dengarkan ocehannya. Cleona tidak suka Rapa yang nempel sana sini, gombal sana sini dan Cleona begitu tidak suka saat dimana banyak perempuan yang mendekati Rapa dan selalu laki-laki itu ladeni.
Katakanlah Cleona terlalu posesif dan mungkin juga bisa di sebut egois, tapi bukankah semua perempuan ingin seperti itu? Melindungi sesuatu yang menjadi miliknya, apa lagi bersangkutan dengan seseorang yang special. Tapi mungkin disini Cleona harus sadar bahwa Rapa bukan miliknya, meskipun orang tua mereka sudah jelas menginginkan mereka bersatu, tapi itu mungkin nanti, karena saat ini, Rapa mau pun Cleona masih sama-sama sedang belajar mengartikan perasaan masing-masing.
Mengingat kejadian semalam membuat Cleona tanpa sadar mengembangkan senyumnya, juga pipinya yang tiba-tiba terasa menghangat dan ia yakin bahwa kini wajahnya sudah memerah.
“Ck, malah senyum-senyum sendiri. Mandi woy udah mau jam 7 ini! Lo mau kita telat ke sekolah?”
Cleona terkejut dengan sentakan tiba-tiba yang dilakukan Clara. Sahabatnya itu sudah rapi dengan seragamnya dan saat ini tengah berkacak pinggang sambil menatap Cleona dengan tatapan geli juga kesal.
“Queen, buruan siap-siap udah siang, ish! Lo kenapa jadi tiba-tiba idiot gini sih?!” dengus Clara kesal, karena Cleona tidak juga beranjak.
“Queen, kok belum siap-siap? Lo gak sekolah?”
Suara itu mengalihkan tatapan Cleona. “Iya-iya bentar, gue siap-siap dulu.”
Dengan cepat Cleona bangkit, masuk ke dalam kamar mandi dan langsung suara air keluar dari shower terdengar begitu juga jeritan Cleona yang di susul dengan sumpah separah, memaki dinginnya air pagi ini. Clara dan Rapa yang mendengar saling pandang, kemudian terkekeh geli.
“Baru sadar dia. Najis!” gumam Clara keluar dari kamar Cleona bersama Rapa dalam gandengannya.
Tak lama Cleona turun, sudah rapi dengan seragam, sepatu juga tas yang sudah dalam gendongan punggungnya. Wajah cerah gadis itu membuat kedua orang tuanya heran, tapi tidak sempat bertanya, karena Cleona langsung pergi keluar begitu selesai mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan mengecup pipi sang Adik. Bahkan sama sekali perempuan itu tidak melirik menu sarapan yang tersaji di meja makan.
Clara dan Rapa sudah menunggu di dalam mobil dan memintanya untuk segera masuk. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Rapa langsung melajukan mobilnya menuju sekolah karena waktu yang sudah mepet membuat Rapa tidak bisa bersantai-santai ria mengendarai kendaraan roda empat itu, apa lagi mengingat kemacetan yang sudah pasti akan menghambat perjalanan mereka.
Beruntung mereka sampai tepat waktu saat dimana gebang baru saja akan di tutup, membuat setidaknya, Rapa, Cleona serta Clara bersyukur dan dapat menghela napas lega. Kedua perempuan cantik itu turun lebih dulu dan langsung pergi menuju kelasnya meninggalkan Rapa yang masih berada di dalam mobil.
Bell baru saja berbunyi, murid-murid yang masih berada di luar kelas berlarian masuk begitu juga dengan Cleona dan Clara yang harus berpisah karena kelas mereka yang berbeda.
“Kenapa telat?” Nirmala langsung bertanya begitu Cleona baru saja mendaratkan bokongnya di kursi kayu itu.
“Kesiangan bangun.” Jawaban singkat itu cukup bisa Nirmala terima, alasan klasik yang memang kejadianya sering di alami hampir semua orang, apalagi para pelajar seperti mereka.
“Jahat banget lo Cle, semalam gue telponin gak di angkat-angkat juga!” Alisya cemberut, bibirnya maju beberapa centi seolah memberi tahu bahwa dia tengah merajuk.
“Gue gak bawa-bawa ponsel semalam, ketinggalan di kamar.” Jawabnya tenang, sama sekali tidak merasa bersalah. Alisya hendak memprotes, tapi urung karena guru baru saja masuk dan suasana kelas yang semula ribut berubah sunyi.
Pelajaran di mulai sebagaimana mestinya, dan semua murid X IPS B fokus ke depan, pada guru yang tengah menjelaskan meski sesekali sahutan terdengar saat guru melayangkan tanya jawab.
Sekolah disini memang tidak terlalu buruk, teman-teman yang mengasyikan, guru yang tidak membosankan (walau ada beberapa yang membosankan), juga lingkungan yang sejuk dan bersih. Sejak awal memang Cleona tidak mempermasalahkan sekolahnya, hanya saja keberadaan Rapa yang membuatnya enggan bersekolah di sini, tapi itu hanya awalnya, karena sekarang Cleona mulai menerima dan mencoba berdamai dengan hatinya juga pria itu, di tambah dengan kejadian semalam yang membuat Cleona berharap bahwa hubungannya dengan Rapa akan seterusnya seperti ini, meski hati kecilnya tidak yakin.
Bel istirahat berbunyi begitu nyaring membuat guru yang tengah menjelaskan terpaksa harus berhenti. “Hari ini dicukupkan sampai di sini. Kita lanjut di pertemuan selanjutnya. Jangan lupa tugasnya di kerjakan.”
Guru keluar di ikuti beberapa murid yang sudah menantikan saat-saat ini. Berbeda dengan Cleona yang malah menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan yang di simpan di atas meja.
“Kantik, yuk Cle,” ajak Nirmala yang sudah berdiri bersama Alisya dan Shafa.
“Gak deh, gue ngantuk pengen tidur.” Jawab Cleona tanpa menoleh sedikit pun. Dirinya benar-benar mengantuk saat ini. Walau rasa lapar menyerang, tapi rasa kantuk lebih besar dan itu membuat Cleona malas hanya untuk sekedar bangkit.
“Queen, lo tidur?” mendengar suara Clara, Cleona mendongak dan melihat gadis cantik itu berdiri di samping mejanya.
“Gue ngantuk, Tu. Lo ke kantin sama yang lain aja, ya?” dengan lesu dan wajah mengantuk Cleona berkata dan di jawab anggukan oleh sahabatnya itu yang kemudian pergi meninggalkan Cleona seorang diri di dalam kelas. Membiarkan Cleona untuk tidur sampai jam istirahat ini habis.
“Gara-gara lo, Rap Kantuk gue menyerang hingga sekarang.” Gumam pelan Cleona sebelum kembali menelungkupkan wajahnya. Tertidur. Dan berharap tidak ada yang mengganggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Wayan Karmini
😂😂turunan si lyra nihhh
2020-12-01
0
Momy Victory 🏆👑🌹
kayaknya masalahnya Queen itu....Rapa suka tebar pesona kesemua cewek dan ramah....beda kayak Pandu ayahnya datar.....
2020-11-08
5
_sxkura24
sifat rapa lebih dominan dengan sifat lyra pecicilan,suka godain tp sifat ketidak pekaan nya menurun dari pandu😥
2020-10-26
2