Begitu bel pulang berbunyi, Rapa dan Cleona baru saja turun dari atap sekolah, menuju kelas masing-masing. Sepanjang waktu mengobrol, bercanda dan mengenang masa kecil membuat Cleona tidak melenyapkan senyumnya. Ia bahagia, juga menyesali waktu yang terbuang sia-sia hanya karena rasa cemburunya pada Rapa yang selalu berada dekat dengan perempuan lain.
Namun sekarang, Cleona bertekad untuk tidak lagi bertindak bodoh seperti dulu, kini laki-laki itu sudah menjadi miliknya, tidak ada alasan lagi untuk dirinya hanya berdiam diri dan meratapi kecemburuan seorang diri.
“Dari mana aja lo, Cle?” Shafa yang hendak berdiri dari duduknya bertanya saat melihat Cleona yang baru saja masuk ke kelas.
“Dari atap,” jawab Cleona dengan singkat, lalu duduk di bangkunya.
“Ngapain?” tanya Alisya dengan kening berkerut.
“Ya, nagapain lagi kalau bukan pacaran,” ucap Nirmala dengan nada menyindir.
“Beneran Cle?” kembali Alisya bertanya dengan antusias, mencondongkan tubuhnya agar dekat dengan Cleona yang duduk tenang di bangkunya.
“Gue masih ingat beberapa minggu lalu, saat kita masih MOS, gue sempat nanya hubungan dia sama Kak Rapa .…” Nirmala mengingat ucapan Cleona tempo hari.
“Pasti, Cleo jawab bahwa Kak Rapa bukan siapa-siapa. Cowok brengsek kayak gitu bukan tipe gue.” Shafa memutar bola matanya malas. Nirmala menjentikan jarinya, sementara Cleona hanya tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu, mengakui bahwa semua yang di katakan Shafa itu adalah kebenaran.
Memang Shafa sudah hapal betul dengan itu, karena sejak SMP Cleona memang sering mengatakannya di saat siapapun bertanya mengenai hubungannya dengan Rapa. Sejak dua tahun lalu, Cleona sering menyangkal perasaannya dan mengatakan bahwa tidak ada hubungan apa pun diantara dirinya dan Rapa, karena saat itu Rapa masih lah laki-laki kegantengan yang suka tebar pesona dan brengsek di mata Cleona. Berbeda dengan sekarang, sebab kini, Cleona tidak lagi bingung menjawab siapa saja yang bertanya mengenai hubungannya dengan Rapa, bahkan mungkin Cleona akan selalu menegaskan pada siapapun bahwa Rapa adalah miliknya, Rapanya dan cintanya.
“Jadi benar, Cleo, lo pacaran sama kak Rapa?” Nirmala bertanya untuk memastikan. Satu anggukan menjadi jawaban yang Cleona berikan.
“Ish, jangan cuma ngangguk, Cle, gue pengen jawaban yang pasti!”
“Iya, Nirmala cantik, gue pacaran sama Rapa, kenapa? Lo mau gebet?” Cleona berkata dengan penuh penegasan di setiap katanya.
“Dih, siapa juga yang mau gebet dia, sorry cowok humoris kayak dia bukan tipe gue. Gue lebih suka Kak Akbar, yang imut dan kal..."
Ketiga pasang mata itu langsung menatap Nirmala yang kini menutup mulutnya, gerakan matanya terlihat salah tingkah dan sudah dapat dipastikan bahwa gadis cantik itu keceplosan bicara.
“Lo suka kak Akbar!” sentak Alisya dengan tatapan tak percaya juga kilatan marah.
“Eng- enggak kok, salah dengar lo, Sya,” kilah Nirmala gelagapan.
Mata Alisya memicing curiga. “Yakin, lo?”
“Yakin kok, lo kali yang suka kak Akbar, Sya?" kata Nirmala yang dengan cepat mengalihkan.
“Gu…”
“Hai guys, cabut sekarang, yuk? Kita ke café kak Chiko, baru buka hari ini,” ke empat gadis yang masih duduk di bangkunya masing-masing itu menoleh kearah pintu dimana Clara, dan beberapa orang yang mereka kenal berdiri di sana.
Rapa menerobos masuk menyingkirkan Clara dan Nino yang berdiri di ambang pintu, menghalangi jalannya. Beberapa dengusan dapat dirinya dengar, tapi tidak sama sekali Rapa pedulikan, fokusnya hanya pada Cleona yang masih duduk dengan senyum mengembang di sudut bibirnya.
“Hallo bidadarinya Abang Rapa, gak ketemu beberapa menit, kok, penglihatan Abang jadi aneh gini, ya?”
“Aneh kenapa Bang,” jawab Cleona dengan kening berkerut bingung.
“Abang lihat Queen jadi makin cantik. Mata Abangnya yang bermasalah, apa karena cinta Abang yang terlalu besar, ya?”
Lemparan sepatu juga balpoin tepat mengenai Rapa, yang membuat laki-laki tampan itu mengaduh dan langsung menoleh kearah belakang dimana teman-temannya berada, mendengus kesal dan melayangkan ancaman bagi siapa saja yang melamparnya.
“Gas terus, Rap jangan kasih kendor.”
“Awas jangan sampai kehabisan bensin sebelum lo pacarin.”
“Jangan cuma di baperin doang lo, Rap kalau ujung-ujungnya lo tinggalin, mending kasih gue, di jamin Cleona bahagia dan kenyang dengan cinta dari gue.”
“Cewek gue gak akan kenyang cuma lo kasih cinta, karena sebesar apapun cinta lo tetap aja Queen masih butuh nasi untuk ngisi perutnya,” Rapa mendelik tajam pada Daniel. “Dan satu lagi, Queen milik gue, dia pacar gue dan calon ibu dari anak-anak gue jadi, lebih baik lo pada menyingkir sebelum gue tebas tuh kepala!” lanjutnya dengan galak dan penuh penegasan.
Cleona hanya terkekeh mendengar sahutan juga kekesalan Rapa atas candaan teman-temannya dan bangkit dari duduknya, mengaitkan tangannya di tangan kanan Rapa kemudian menarik kekasihnya itu untuk pergi meninggalkan kelas.
“Dasar posesif!" ujar Clara yang bergelayut di tangan Rapa sebelah kiri.
♥♥♥
Sesampaiya di café milik Chiko yang baru saja di buka hari ini, Rapa tidak sama sekali melepaskan gengaman tangannya dari Cleona, menemani perempuan cantik itu melihat-lihat sekeliling café yang baru buka ini.
Sebenarnya tadi Cleona sudah berniat akan berkeliling bersama Clara dan teman-temannya, tapi Rapa lebih dulu menarik Cleona hingga terpisah dari teman-temannya. Duduk di sofa yang berada di lantai tiga café ini, Celona masih memperhatikan ruangan yang cukup luas itu. Tidak banyak barang yang ada di tempat ini, hanya sebuah sofa panjang, tempat tidur king size, televisi lengkap dengan stik PS, DVD, berbagai macam miniature yang di susun rapi di atas nakas, kulkas dan ada juga lemari pakaian. Rapa bilang bahwa ini adalah ruangan pribadi Chiko, tempat untuk laki-laki itu beristirahat atau berkumpul dengan teman-temannya.
Ruangan ini cukup nyaman, Cleona suka dengan desaian yang sederhana dan cat yang terkesan maskulin. Tidak terlalu banyak perabotan, hingga membuat ruangan ini terlihat luas apa lagi dengan barang-barang yang tersusuk rapi, dan terlihat sesuai dengan tempatnya.
“Kita ngapain disini, Bang? Yang lain kan pada di bawah,” kata Cleona begitu selesai mengamati sekeliling.
“Gak apa-apa, Abang pengen berduaan aja sama Quee, kangen.” Ucapnya dengan nada manja.
Satu cubitan kecil Cleona berikan pada pinggang kekasihnya itu. “Ke bawah yuk, gak baik berdua-duaan dalam ruangan, nanti ada setan yang lewat. Hii serem!” Cleona bergidik takut, raut wajahnya yang lucu membuat Rapa tidak tahan untuk tidak mencubitnya.
“Sakit tahu, Bang di cubitin terus pipi Queennya, nanti kalau makin tembam kan gak cantik lagi Queennya.” Cemberut Cleona seraya menekan-nekan pipinya ke dalam.
“Abis Abang gemes sama Queen, saking gemasnya pengen banget Abang karungin terus lempar ke sungai."
“Jahat deh, masa Queen di lempar ke sungai, nanti Queen hanyut loh, emang Abang sanggup di tinggal Queen?”
“Hanyutnya kan ke hati Abang jadi, mana mungkin Abang kehilangan kamu…”
“Berhenti gombal lo, Rap! Cewek lo gak akan kenyang karena baper."
Suara itu mengalihkan Rapa dan Cleona. Mendengus kesal, Rapa melemparkan bantal sofa ke arah Dava yang berdiri di ambang pintu. Selalu saja ada yang mengganggu momen dimana Rapa hanya ingin berdua dengan kekasihnya itu. Tidak tahu kah mereka, bahwa Rapa hanya ingin membayar waktu dua tahun kebelangan, dimana dirinya dan Cleona begitu jarang berinteraksi. Ah, tapi percuma saja, orang-orang yang belum merasakan cinta tidak akan mengerti mengenai perasaannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Wayan Karmini
ada aj yg ganggu 😂😂
2020-12-01
0
melia
rapa rapa ,,, muka bpk nya sifat mak ya 😅😅
2020-10-29
2
Fitri Fiti
akh,,,bener nih si Rafa mirip banget sama Ema nya lyra
2020-05-06
10