Di hari pertama Cleona sudah menjadi perhatian banyak orang. Bagaiman tidak, karena saat ini dirinya tengah berjalan bersisian dengan Rapa, salah satu OSIS idola kaum perempuan dan bahkan laki-laki itu sudah menjadi incaran para murid kelas X yang baru masuk ini.
Sebenarnya, Cleona sudah mengusir mahluk, yang sayangnya harus ia akui tampan itu, tapi memang dasarnya Rapa yang keras kepala dan tidak tahu malu, terus mengekor walau pengusiran sering kali Cleona layangkan.
“Cle, sebenarnya Kak Rapa siapa lo?” Nirmala yang berjalan di sisi kiri Cleona berbisik.
“Bukan siapa-siapa.”
“Masa? Tapi, kok, gue ngerasa ada apa-apa ya diantara kalian? Apa yang tadi Kak Rapa bilang kalau lo calon istrinya itu benar?” Nirmala terus bertanya, karena bagaimana pun ia penasaran dengan teman barunya itu.
“Ish, dia bukan siapa-siapa gue, Mala! Lagian lo percaya gitu aja sama ucapannya, laki-laki itu cuma bisanya mainin perasaan perempuan, bikin terbang lalu setelahnya dia jatuhin. Cowok berengsek kayak gitu bukan tipe gue.”
“Gue, kan, bukan cowok brengsek Queen,” Rapa yang mendengar ucapan perempuan di sampingnya pun buka suara.
Cleona hanya memutar bola matanya malas, enggan menjawab. Mempercepat langkah, Cleona menarik Nirmala menuju kantin karena rasa lapar sudah begitu dirinya rasakan.
Rapa mengejar dan langsung duduk begitu menemukan keduanya. Tentu saja mereka menjadi sorotan orang-orang yang ada di kantin, dan itu membuat Cleona tidak nyaman.
“Rap, please, pergi dari sini, atau cari meja lain. Gue gak mau jadi perhatian banyak orang. Gue gak suka,” Cleona berucap sedikit memohon pada laki-laki yang duduk di sampingnya itu.
“Tapi, Qu …”
“Please!”
Rapa menghela napasnya pasrah kemudian bangkit dari duduknya, mengusap lembut rambut Cleona kemudian pergi dari hadapan perempuan itu. Menuruti keinginan Queen-nya. Bernapas lega, Cleona akhirnha bisa makan dengan tenang tanpa tatapan penasaran orang-orang.
Selesai menghabiskan bakso dan es jeruknya, Cleona dan Nirmala bergegas meninggalkan kantin, karena bell masuk akan berbunyi sekitar sepuluh menit lagi. Perlahan langkah Cleona terhenti, begitu matanya menangkap sepasang manusia yang tengah mengobrol dan becanda di depan sana, suara tawa terdengar jelas di pendengaran Cleona, meski berusaha tidak peduli pun, tetap saja ada sebagian hatinya merasakan perih, dan itu membuat Cleona semakin membenci laki-laki itu.
Menghela napas sejenak, Cleona menampilkan wajah kalemnya seperti biasa melewati kedua orang yang masih tertawa itu tanpa mau menoleh sedikit pun. Berusaha tak peduli dan pura-pura tidak melihat. Meskipun saat tepat berada di depan mereka detak jantungnya seolah terhenti untuk beberapa saat.
Baru dua langkah melewati mereka, Cleona tiba-tiba menghentikan langkah, karena sebuah tangan menahannya. Dengan malas, Cleona menoleh dan mendapati Rapa tenyum manis kearahnya.
“Nanti pulang sama gue,”
“Gue di jemput papi,” jawab Cleona dengan cepat.
“Queen sayang, ingat kan, papi bilang apa beberapa hari yang lalu? Queen pulangnya di antar Rapa. Harus bareng Rapa, gak boleh naik bis atau pun di antar orang lain.” Rapa mengingatkan Cleona dengan pesan Leo beberapa waktu lalu.
Mendengus kesal dan menghentakan kakinya, Wajah Cleona berubah cemberut, dan itu sukses membuat Rapa gemas. Terpaksa, akhirnya Cleona mengangguk, meski dalam hati terus merutuki ayahnya.
Nirmala dan Mirna yang menyaksikan itu masih juga bingung dengan hubungan kedua orang di depannya.
Rapa melepaskan genggamannya pada tangan Cleona dan menyuruhnya untuk kembali ke kelas setelah mengusak rambut panjang Cleona yang membuat gadis itu mencak-mencak kesal, karena rambutnya menjadi berantakan, sedangkan Rapa hanya terkekeh geli.
Sepanjang sisa perjalanan, Nirmala terus menanyakan tentang hubungan diantara Cleona dan Rapa. Namun tetap saja teman barunya itu tidak juga memberi tahu, dan hanya mengatakan bahwa diantara mereka tidak ada hubungan apa-apa. Nirmala akhirnya memilih mengangguk, meskipun tidak percaya, tapi ia yakin akan ada saat dimana dirinya tahu.
Di kelas ternyata sudah di isi banyak orang, membuat keadaan riuh tak terkendali. Nirmala dan Cleona duduk di bangkunya masing-masing, mengobrol ringan sampai ketiga kakak Pembina datang dan waktu di isi dengan game yang sudah di siapkan OSIS. Permainan sederhana seperti pagi, siang, malam, dan yang salah akan mendapat hukuman. Ini para OSIS jadikan untuk membuat calon murid baru ini merasa percaya diri, dapat berinteraksi dengan baik dan juga melatih kekompakan.
Permainan di mulai, dan sejauh ini masih aman, tapi tidak saat OSIS menyebutkan secara acak dan tiba-tiba. Membuat satu persatu terkena hukuman, ada yang menyanyi, dance, membuat puisi, penyatakan perasaan dan masih banyak lagi hukuman lain yang begitu menghibur.
Cleona yang sejak pagi malas-malasan masuk ke sekolah, kini tertawa lepas karena merasa terhibur dengan kekonyolan teman-teman sekelasnya. Sampai tidak sadar bahwa permainan kembali di mulai dan Cleona tidak bertepuk tangan saat OSIS menyebutan pagi, siang, malam.
“Queen!”
Cleona mendengus kesal, berdiri dari duduknya dan maju ke depan dengan terpaksa, memberi tatapan membunuh pada Rapa yang tengah menampilkan senyum mengejeknya. Cleona tahu bahwa ini ulah laki-laki itu agar dirinya mendapat hukuman.
“Apa nih hukuman yang cocok buat Cleona?” Mirna bertanya pada semua orang yang ada di ruangan ini.
“Nyatain perasaan aja gimana, Queen?” Rapa memberi usul, menaik turunkan sebelah alisnya sambil menatap Cleona yang berwajah masam.
Senyum terbit di bibir Cleona, tapi tentu itu adalah senyum jahil yang di tunjukan untuk laki-laki tinggi tampan itu. “Yakin Rap mau lihat gue nyatain perasaan?”
“Yakin dong, asal nyatainnya sama gue,” jawab Rapa seraya mengedipkan sebelah matanya membuat Cleona memutar bola mata malas.
“Tapi sayang, pernyataan gue bukan buat lo,” balas Cleona.
“Terus buat siapa?” penasaran Rapa bertanya.
“Yakin pengen tahu?” Rapa mengangguk. “Gak akan cemburu?” Rapa terdiam dan itu membuat Cleona mengukir senyum kemenangan.
“Jangan deh, mending lo nyanyi, bentar, gue ambil gitar dulu.” Rapa berlari dari kelas tersebut membuat semua menatap kepergian laki-laki itu.
Mirna, perempuan itu menatap tidak suka pada Cleona. Namun tentu saja Cleona abaikan, toh, sejak dulu ia sudah sering mendapatkan tatapan seperti itu dari teman-teman SMP-nya. Permainan terus berlanjut sambil menunggu Rapa dan hukuman Cleona berjalan.
Tak lama, Rapa kembali dengan gitar di tangannya, masuk dan meminta Cleona untuk kembali ke depan agar hukumannya kembali di lanjutkan.
Rapa menarik satu kursi untuk dirinya yang akan memainkan gitar, sedangkan Cleona tetap berdiri di samping Rapa. Semua orang menunggu dengan penasaran tentang apa yang akan Cleona nyanyikan. Namun hampir semua perempuan yang ada di kelas itu malah terfokus pada Rapa yang terlihat semakin tampan saat memetik senar gitar di pangkuannya. Dan itu cukup membuat Cleona mengeluarkan kembali dengusannya yang entah sudah berapa banyak untuk hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Riska Wulandari
Sebenarnya Queen tuh sebel ke Rapa gegara cemburu kali ya liat Rapa akrab sama semua orang..
2021-11-08
0
Sita Aryanti
cleona jual mhl
2021-03-14
0
Wayan Karmini
ais, rapa nya bar bar 😂
2020-12-01
2