Di depan kelas, Clara dan Cleona duduk di bangku panjang yang langsung menghadap lapangan upacara, yang saat ini tengah di jadikan tempat untuk latihan oleh anggota eskul sepak bola di jam pulang ini.
Sebenarnya bel sudah berbunyi dari dua puluh menit lalu, tapi kedua perempuan cantik itu belum juga ingkah dari sana, berbeda dengan teman-temannya yang lain, yang mungkin saja sudah berbaring nyaman di kasur masing-masing. Clara dan Cleona bukan tidak ingin pulang juga, tapi gara-gara satu laki-laki bernama Rapa lah membuat kepulangannya tertunda. Pria itu bilang bahwa harus kumpul OSIS terlebih dulu dan meminta mereka untuk menunggu.
“Tu, lo masih ingat OSIS cewek yang nyeret kita saat upacara pagi tadi?” Cleona mulai membuka pembahasan mengenai wanita menyebalkan itu. Clara yang beberapa detik mencoba mengingat akhirnya mengangguk.
“Kenapa emang?”
Cleona tentu saja menceritakan semua yang tadi pagi di ucapkan teman-teman sekelasnya mengenai keganasan perempuan itu, juga perasaan suka kakak kelasnya itu kepada Rapa dan akan menyingkirkan siapa saja yang berani mendekati laki-laki itu.
“Lo takut sama perempuan rubah itu?”
“Gue sama sekali gak takut, Tu, tapi gue memikirkan ketenangan yang gue harapkan selama sekolah disini. Belum genap seminggu aja udah punya musuh!” desah Cleona lemas.
“Lo tenang aja deh Queen, gue yakin kok Bang Rapa gak akan mungkin biarin siapa pun bikin kita terluka. Lo tahu sendiri sesayang apa dia sama kita?” Cleona mengangguk membenarkan perkataan sahabat sekaligus keluarganya itu.
Bosan hanya duduk-duduk di sana, akhirnya kedua perempuan cantik itu bangkit dan mulai melangkahkan kaki menuju kantin untuk membeli minum sekaligus juga menunggu Rapa disana, tapi langkah mereka terpaksa berhenti di tengah-tengah karena di cegat oleh orang yang baru saja selesai mereka bahas. Clara dan Cleona hanya memutar bola matanya malas dan membalikan tubuh hendak putar arah sebelum perempuan itu mencekal pergelangan tangan Cleona dan Clara erat.
“Mau pada kemana lo?” perempuan yang tak lain Nia itu bertanya dengan nada sinis.
“Pulang." Jawab Cleona dan Clara bersamaan dengan nada suara dingin dan malas.
“Siapa yang nyuruh lo pada pulang, hah!”
“Emang kita butuh persetujuan lo? Siapa lo, hello.” Cleona memutar bola matanya malas dan itu cukup membuat Nia dan ke tiga temannya mengeraskan wajah kesal.
“Berani banget lo jadi adik kelas,” ucap Liza tak suka.
“Apa ada alasan yang harus buat kita gak berani?” kini Clara yang bersuara. Tatapan sinis yang di layangkan keempat orang di depannya itu tidak sama sekali membuat nyali Cleona dan Clara ciut. Justru kedua perempuan kesayangan Rapa itu balik menantang dan membuat si lawan kebakaran jenggot saking geramnya.
“Lo gak tahu siapa kita?” Nia yang berdiri paling depan berkata dengan angkuh dan seakan berkuasa.
“Penting gue tahu siapa kalian?” pertanyaan yang di balas pertanyaan itu lah yang selalu Cleona dan Clara lakukan untuk melumpuhkan musuhnya. Keduanya bukan tidak menghormati orang yang usianya lebih tua, tapi jika kakak kelasnya modelan mereka siapa yang mau perduli?
“Awas lo berdua! Gue pastikan kalian gak akan tenang berada di sekolah ini.”
Peringatan juga ancaman itu mungkin akan terdengar mengerikan di telinga orang lain, tapi tidak bagi Clara, justru ia semakin bersemangat untuk melihat kelanjutan yang akan perempuan iblis itu lakukan, berbeda pula dengan Cleona yang justru mendesah lelah dan malas, karena dengan peringatan yang keluar dari mulut busuk perempuan itu, sama artinya dengan ketenangan yang di cita-citakannya hilang.
Setelah memberikan ancaman itu, ke empatnya pergi begitu saja dengan tatapan tajam yang seolah bisa membunuh mereka. Tak lama Rapa datang dan langsung merangkul keduanya membuat Cleona juga Clara terlonjak kaget dan refleks melayangkan pukulan pada tangan laki-laki itu yang bertengger manis di pundak mereka.
“Ngagetin tahu gak!” dengus Cleona yang langsung menepis tangan laki-laki itu, sedangkan Clara membiarkan tangan sang kakak melingkar di pundaknya.
“Lo makin cantik deh, Queen kalau cemberut gitu.”
“Ck, udah deh gak usah ada acara goda-goda segala, bosan gue dengarnya.” Protes Clara seraya menarik kakanya agar berjalan.
“Sirik aja lo, Dek mentang-mentang gak ada yang godain. Makanya cari pacar Dek!" Rapa menjawil gemas hidung mancung adiknya itu.
“Atu beneran boleh punya pacar, Bang?” tanya Clara dengan wajah berbinar.
“Boleh, tapi cowoknya harus lulus dari seleksi Abang dulu ya,”
Senyum Clara kembali memudar, dengan kasar wanita itu melepaskan rangkulan tangan Rapa dengan wajah cemberut dan kaki dihentakan seraya berkata dengan kesal, “itu mah sama aja bohong!”
Cleona tertawa dengan kekesalan sahabatnya itu, sejak dulu memang Rapa tidak pernah mengizinkan adiknya itu pacaran, Rapa bilang bahwa dia tidak ingin adiknya sakit hati karena di kecewakan. Alasan klasik memang, tapi Cleona paham kekhawatiran Rapa, dan Cleona bangga pada laki-laki itu yang benar-benar ingin menjaga adik satu-satunya itu.
Satu yang membuat Cleona iri pada Clara selama ini, karena perempuan itu memiliki seorang kakak yang perduli terhadapnya, menjaganya dan menyayanginya begitu tulus. Memang ia pun mendapatkan perlakuan itu dari Rapa, tapi tetap saja rasanya berbeda.
Clara yang bergelantung manja di tangan Rapa mengingatkan Cleona pada masa-masa dimana saat itu dirinya juga melakukan hal yang sama. Dulu, beberapa tahun yang lalu Cleona sedekat itu dengan laki-laki tampan di depannya, tapi sekarang tidak lagi sama. Bukan karena ada masalah yang membuat mereka bertengkar dan menjauh, karena Rapa hingga saat ini pun masih bersikap dan memperlakukan dirinya sama, hanya saja Cleona yang sedikit menjaga jarak. Dan itu juga lah yang membuat semua orang di keluarganya heran.
“Queen, lo ngelamun?”
Tersadar, Cleona mengerjapkan matanya dan tidak ia sadari bahwa mereka sudah sampai di parkiran, entah bagaimana caranya ia sampai di tempat ini tanpa terjatuh saat menuruni undakan tangga. Di depannya Clara dan Rapa menatap heran.
“Enggak kok,” elak Cleona tersenyum canggung. “Yuk, pulang sekarang aja, gue udah ngantuk.”
Clara dan Rapa saling menoleh seolah bertanya lewat tatapan mata, kemudian masuk ke dalam mobil menyusul Cleona yang sudah lebih dulu duduk di dalam sana dengan kepala yang di sandarkan pada kepala kursi dengan mata terpejam, membuat Clara dan Rapa semakin heran dan curiga ada yang tengah di pikirkan perempuan cantik itu.
“Kalau udah sampai tolong bangunin gue ya,” Cleona berucap tanpa mengubah posisinya. Keduanya hanya mengangguk dan mencoba memahami keadaan Cleona dan membiarkan gadis itu untuk menenangkan diri.
Keadaan mobil benar-benar sunyi, Clara maupun Rapa tidak ada yang berniat membuka suara dan memilih untuk melakukan aktivitas masing-masing dimana Rapa yang fokus menyetir dan Clara yang sibuk dengan ponselnya.
Tak berapa lama Rapa sampai di rumah dan langsung mematikan mesin mobil menoleh ke jok belakang dimana ada Cleona yang masih dalam posisi sama seperti sebelumnya, sedangkan Clara berada di samping perempuan itu.
“Queen udah sampai,”
“Cepat banget udah sampai lagi aja, rasa-rasanya gue tidur aja belum ada lima menit?” heran Cleona yang nada suaranya sudah tidak seperti beberapa menit lalu yang terlihat tidak bersemangat dan seolah ingin mati saja.
“Ck, segitu capenya lo, Queen sampai tidur di mobil aja senyenyak itu, apa lagi kalau tidur dalam pelukan gue coba.”
Pletak.
“Sembarangan aja lo kalau ngomong!”
Cleona lebih dulu keluar dari mobil di ikuti Clara dan Rapa terakhir. Ketiganya masuk bersamaan menuju dalam rumah keluarga Rapa yang saat ini terdengar cukup ramai. Mata Cleona berbinar senang begitu matanya menemukan sosok laki-laki tampan dengan kulit putih bersihnya dan rambut hitam legam yang di miliki.
“Devin!” seru Cleona dengan gembira dan lari menuju seseorang yang di panggilnya, membuat Rapa mendengus kesal dan menghentakan kakinya berjalan menuju mereka dengan cemberut.
Clara yang masih berdiri di situ hanya menggelengkan kepala seraya mencibir, “sama bocah aja cemburu. Ck, dasar!”
“Kakak Queen cintanya Devin! How are you, sis?”
“So Inggris lo bocah mentang-mentang tinggal di luar negeri. Songong!” Rapa yang sudah berada diantara kedua orang itu menoyor kepala Devin dengan seenaknya membuat laki-laki itu mengaduh sakit.
"Bang Rapa sirik aja deh,” jawabnya memutar bola mata malas.
Cleona yang merasa gemas langsung mencubit pipi Devin yang sedikit berisi, bocah berusia 10 tahun yang tak lain adalah anak ke tiga dari pasangan Levin-Devi itu memang tinggal di luar negeri tepatnya di Singapura, sejak tiga tahun lalu karena pekerjaan ayahnya yang mengharuskan mereka sekeluarga pindah ke Negara Singa itu.
Cleona mengabaikan keberadaan Rapa dan memilih mengajak Devin ke belakang, dimana para orang tua berada, sementara Rapa semakin memajukan bibirnya cemberut dan menggerutu karena lagi-lagi di abaikan oleh Cleona.
“Yang sabar, Bang.” Ucapan bernada sindiran itu Clara berikan sebelum akhirnya menyusul Cleona dan Devin ke belakang.
“Apa coba salah gue sampai buat lo seperti sekarang ini Queen?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
BINTANG PENGHACUR
ayolah Thor bikin cleo cemburu sama rapa
2021-12-15
0
Casnialovly Purple
wah Devin anaknya ada 3
2021-06-19
0
Safa Oki
aku kl baca novel d nikmati aja alur y,kl suka lanjut kl gk ya gk d bca gk koment yg aneh2
2021-03-24
2