Cleona yang baru saja bangun dari tidur sorenya langsung keluar dari kamar dengan gelas kosong yang berada di tangannya. Sebenarnya ia masih ngantuk, tapi karena tenggorokan yang terasa kering membuat Cleona bangun untuk minum terlebih dulu, dan sialnya air minum yang biasanya tersedia di kamar harus habis, membuat Cleona terpaksa harus mengambil ke dapur karena percuma jika dilanjutkan tidur pun dirinya tidak akan bisa.
Sesampainya di dapur, Cleona melihat ibunya ada di sana, berkutat dengan alat tempurnya memasaknya. Bau harum dari masakan sang mami, membuat mata Cleona melek sepenuhnya dan rasa kantuk itu berubah jadi rasa lapar di perutnya. Habis meneguk dua gelas air putih, Cleona mendekat ke arah ibunya melihat apa yang tengah di masak wanita cantik kesayangannya itu.
“Woahh, cumi goreng!" seru Cleona dengan berbinar. Tangannya terulur menuju serok di samping wajan, dimana cumi goreng tepung yang sudah matang sedang ibunya tiriskan. Tapi, belum sempat tangannya meraih makanan kesukaannya itu dengan cepat Luna, yang tak lain adalah sang mami memukul tangan Cleona dengan sayang membuat bibir mungil Cleona mengerucut.
“Kebiasaan deh main comot aja!”
“Ish, Mami kenapa sih, aku 'kan pengen nyobain, Mi. Siapa tahu kurang garam gitu.” Cleona kembali mengulurkan tangannya ke arah cumi tepung itu, yang lagi-lagi mendapat geplakan di tangannya dari sang Mami.
“Buat makan nanti, kak!”
“Ish, dasar pelit!” kesal Cleona seraya pergi dari hadapan ibunya dengan cemberut dan langkah yang di hentakan.
Cleona berjalan menuju ruang tengah dimana papinya sedang menonton televisi bersama Laura, adiknya yang berusia 9 tahun. Duduk sedikit kasar menjatuhkan bokongnya di sofa membuat Laura dan Leo menoleh ke arah Cleona dengan kening sama-sama mengerut.
“Kak Queen kenapa, kok cemberut? Berantem lagi sama Bang Rapa?” Laura bertanya dengan sok tahunya. Mendengar nama Rapa di sebutkan membuat Cleona mendengus tak suka.
“Gak di izinin nyicip cumi goreng?” tebak Leo yang langsung mendapat anggukan dari putri pertamanya itu.
“Mami mah pelit, masa Kakak mau nyobain aja gak di izinin. Padahal Kakak udah mau ngiler lihatnya. Bunda Lyra aja gak pernah larang Kakak meskipun itu cumi masih ada di penggorengan,” dengus Cleona kesal. Leo terkekeh geli.
“Ya udah, Kak Queen ke rumah Bunda aja, minta cumi gorengnya," kata Laura dengan Polosnya.
“Emang Bunda masak cumi goreng juga?” tanya Cleona menoleh pada Laura yang berada dalam rangkulan sang Papi.
“Ya … mungkin.” Laura cengengesan saat dilihatnya wajah Cleona yang bertambah kesal dengan dengusan keras dan bibir yang bertambah manyun.
Merasa tontonannya tidak seru, Cleona bangkit dari duduknya, pergi meninggalkan kedua orang yang kembali fokus pada layar datar di depan sana tanpa mengucapkan apa pun. Kembali naik ke kamarnya berniat untuk mandi, tapi karena penyakit malasnya sedang menguasai, akhirnya Cleona malah berbaring kembali dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Penyakit tumor alias tukang molornya entah menular dari siapa karena Cleona, perempuan cantik yang banyak judesnya itu selalu langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.
Laura yang dapat titah dari sang Mami memanggil Kakaknya untuk makan malam, hanya bisa geleng kepala saat dilihatnya kamar Cleona masih dalam keadaan gelap. Beruntung saklar lampu berada di pinggir pintu jadi memudahkan Laura untuk membuat ruangan bak gua itu terang dan dapat melihat sosok kakaknya yang berada di bawah selimut tanpa sedikit pun terganggu dengan angin yang berhembus dari jendela yang masih terbuka.
Terkadang Laura bingung sendiri, dirinya yang menjadi Adik atau Cleona, karena jika di ingat Cleona lebih manja darinya walau pun kejudesannya tidak dapat di hilangkan. Cleona tidak ingin mengalah walau itu memperebutkan sebuah boneka bersama Laura apa lagi berebut cumi goreng tepung. Cleona juga suka sekali merengek jika keinginanya tidak di penuhi. Laura masih bisa mengerti jika orang tuanya bilang nanti, tapi Cleona harus saat itu juga. Namun harus di catat, bahwa itu semua adalah sifat Cleona saat berada di tengah keluarganya, karena jika sudah di luar atau bersama teman-temannya termasuk orang yang baru di kenal makan Cleona akan menampilkan kejudesan dan galaknya atau memilih untuk diam dengan wajah tenang yang di tampilkan.
Laura mengambil gayung yang sudah di isi air dari kamar mandi, kemudian berjalan mendekat ke arah ranjang sang kakak. Menarik selimut yang menutupi wajah Cleona hingga batas perut, lalu menyipratkan air yang di bawanya ke wajah sang kakak beberapa kali sampai dirinya gemas sendiri karena perempuan yang lebih tua 6 tahun itu tidak juga kunjung menunjukan pergerakan tanda akan bangun. Ingin sekali ia langsung mengguyurkan air itu kewajah cantik kakaknya, tapi Laura masuh cukup waras untuk tidak melakukan itu.
“Bangun kak Queen!” teriak Laura tepat di depan telinga Cleona dan sekali lagi mencipratkan air ke wajah perempuan itu.
“Kak Queen Bangun. Bang Rapa di apelin sundel bolong!” Lagi Laura berteriak dan kali ini lebih kencang membuat si putri tidur langsung bangun dan terduduk.
Laura mulai berhitung sambil belari keluar dari kamar Cleona dengan cepat, bahkan gayung di tangannya belum sempat ia kembalikan ketempat semula. Tepat saat hitungan kelima dan kakinya menyentuh anak tangga pertama, dari atas sebuah teriakan memanggil namanya menggema memenuhi rumah.
Laura cepat menuruni tangga, tawanya tak juga hilang saat sampai di ruang makan yang sudah di isi oleh anggota keluarganya juga tetangga sebelah rumahnya yang tak lain adalah keluarga Ayah Pandu, yang menjadi keluarga kedua bagi Laura dan Cleona.
“Ngapain kamu bawa-bawa gayung, Dek?” Rapa bertanya saat Laura duduk di kursi sebelah Maminya.
“Oh iya lupa, haha.” Laura tertawa, seraya kembali bangkit dari duduknya dan menyimpan gayung tersebut di dapur.
“Abis guyur Kak Queen, Bang. Abis kakak susah banget di bangunin," jawab Laura di tengah tawanya.
“Pantesan teriakan Nenak sihir terdengar sampai sini,” balas Rapa menggelangkan kepala.
“Dan Nenek sihir itu yang harus kamu taklukin Bang,” ucap Lyra seraya mengedipkan sebelah matanya menggoda sang anak.
“Abang bingung loh, Mi, Pi perasaan dulu dia manis banget, nurut, manja juga sama Abang, tapi beberapa tahun belakangan malah jadi beringas gitu?” heran Rapa bertanya pada orang tua Cleona.
“Nah, ini juga yang buat kita bingung dan heran. Kira-kira kamu punya salah apa sama Queen sampai buat dia kayak gitu sama kamu?” kedikan bahu Rapa berikan untuk menjawab Leo.
“Ada apa dengan Kak Queen?” Laura mengetuk-ngetukan jarinya di dagu, seolah tengah berpikir.
Semua orang yang berada di meja makan tersebut terdiam, sibuk menerka-nerka alasan seorang Cleona Queenisa seolah benci pada Rapa. Clara Ratu Yeima, adik dari Rapa baru saja hendak mengeluarkan suara, namun urung karena suara dari depan sana lebih dulu mengintrupsi. “Gak perlu sok nebak-nebak. Belum juga tebakan kalian benar.”
Suara judes itu membuat semua yang duduk di meja makan menoleh. Cleona abaikan dan langsung duduk di kursi sebelah Clara yang masih kosong. Bukan maksud hati ingin bersikap tidak sopan di depan semua orang itu, tapi saat ini mood Cleona benar-benar sedang tidak dapat dikendalikan dan ia tidak ingin malah semakin mengamuk. Semoga keluarganya bisa paham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
_sxkura24
masih berlanjut tu tradisi makan numpang sebulan disini sebulan di sana😂
2020-10-26
8
Wong Chunmu
apkah kspkatan dlu msih brlaku...sbulan mkan di rumah lipan dn sbulan di rumah lelu
2020-05-01
11
Ana Putriee Terate
tradisi numpang makan gaess
2020-03-15
15