"Hallo Aunty Dev, gimana kabarnya? Betah di Singapura?” tanya Cleona seraya menyalami punggung tangan Devi, kemudian mengecup pipi wanita tiga anak itu singkat.
“Betah Queen, selama itu berada di samping Uncle kamu dan anak-anak. Tapi kalau boleh milih, Aunty lebih milih tinggal di sini deh biar bisa kumpul gini tiap hari seperti dulu,” keluh Devi sedikit cemberut. “Tapi di sana seru juga Queen, bahkan Dania aja betah tinggal disana, karena banyak cowok-cowok ganteng yang selalu datang kerumah nyari dia.”
“Enak banget Dania, Ratu mah boro-boro cowok pada datang ke rumah, di sekolah baru nyapa aja udah keburu di tebas Bang Rapa!” Clara memberikan delikan pada kakak laki-lakinya yang asik bercengkrama dengan Leo, Pandu dan Levin, mengobrolkan tentang kegiatan sekolah sampai club basket di sekolahnya yang mana ketiga laki-laki tidak lagi muda itu juga dulu pernah menjadi bagian dari tim, bahkan Leo sempat menjadi kapten di kala itu.
“Abang cuma gak mau kamu ada yang nyakitin, Tu.”
“Selalu itu alasan Abang sampai sekarang. Sendirinya gak ngaca selalu nyakitin cewek,”
“Nah maka dari itu, Tu, Abang gak mau kamu di sakitin cowok.”
Berkumpul bersama anak dari sahabat kedua orang tuanya ternyata mampu membuat mood Cleona yang semula buruk kembali membaik dan sebagian pikirannya teralihkan. Apa lagi dengan celotehan Devin yang terus menceritakan keseruannya bersama teman-teman barunya di Negara seberang.
Menjelang sore, Cleona baru sadar bahwa dirinya belum sama sekali berganti pakaian, pamit undur diri pada semua yang ada di rumah Bunda Lyra termasuk orang tuanya.
“Mau Abang antar gak Queen?” Rapa ikut berdiri, menaik turunkan alisnya pada gadis cantik yang belakangan berubah judes itu.
“Gak!” seru Cleona seraya berlalu begitu saja, meninggalkan Rapa yang cemberut di tempatnya dan di tertawakan oleh semua orang yang berada di sana.
Saat baru sampai di ruang tengah rumah kedua orang tua Rapa, Cleona menghentikan sejenak langkahnya, menatap pada dinding atas, dimana pigura cukup besar tertempel disana menampilkan foto Cleona dan Rapa yang saat itu baru saja melaksanakan kelulusan SD laki-laki tampan itu. Rapa dengan jas hitam, kemeja putih dan celana bahan serta dasi merahnya itu tersenyum lebar ke arah kamera dengan tangan yang melingkar di pinggang Cleona yang saat itu mengenakan gaun cantik berwarna merah, terlihat begitu serasi.
Senyum kecil Cleona keluarkan. Namun air mata tetap mengalir. Mengingat masa-masa itu membuat dirinya bahagia sekaligus sedih, mungkin dulu ia belum mengerti dengan maksud yang selalu di utarakan orang tuanya, tapi sekarang Cleona sudah cukup mengerti dengan semua itu, juga mengerti dengan perasaannya sendiri.
Menggelengkan kepala beberapa kali, Cleona dengan cepat menghapus air matanya dan melanjutkan langkah keluar dari rumah orang tua Rapa menuju kerumahnya yang berada tepat di sebelahnya.
Tanpa Cleona sadari sejak tadi Clara berada tidak jauh dari sana dan menyaksikan air mata yang keluar dari mata cantik itu. Meski tidak paham dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu, tapi Clara cukup tahu bahwa Cleona menjadi seperti ini ada sangkut pautnya dengan sang kakak.
“Lo ngapain disini Dek?” Sapaan Rapa itu membuat Clara terkejut bukan main, seperti layaknya maling yang tertangkap basah.
“Kepo!” jawabnya seraya berlalu pergi dari hadapan Rapa yang menaikan sebelah alisnya bingung.
Rapa menatap sekeliling, kemudian mengedikan bahunya acuh dan berlalu menuju kamarnya yang berada di lantai atas, bersebelahan dengan kamar Clara yang baru saja pintunya di tutup gadis itu.
Malam datang, Cleona yang baru saja di jemput oleh Devin menghampiri yang lainnya, yang sudah duduk di gazebo belakang rumah keluarga Rapa, semua makanan sudah terhidang di sana termasuk cumi goreng tepung kesukaannya. Dengan mata berbinar, Cleona duduk di tempat yang masih kosong, tanpa menoleh kanan-kiri, depan-belakang, langsung mencomot makanan itu dan ia simpan di pangkuannya sendiri membuat semua orang yang ada di sana menggelengkan kepala.
“Queen dan cumi goreng memang tidak terpisahkan!” cibir Clara yang ternyata berada tepat di depannya. Cleona hanya tersenyum dan melahap makanan favoritnya itu.
“Pengen deh jadi cumi goreng biar selalu di cari sama lo setiap gak ada, selalu cepat di raih saat terlihat, dan selalu lo peluk karena takut orang lain ambil,” bisik Rapa pelan tepat di telinga Cleona, membuat gadis itu terdiam, kunyahannya pun terhenti dan matanya menatap kosong pada piring dalam pangkuannya.
Cleona bangkit dari duduknya, apa yang di ucapkan Rapa barusan membuatnya tidak lagi berselera untuk makan, tapi tetap saja cumi gorengnya tidak ia tinggalkan begitu saja, karena nyatanya makanan itu pun ikut serta Cleona bawa.
“Loh Queen, kamu mau kemana? Gak makan?” tanya Lyra mengerutkan keningnya.
“Queen lagi diet Bun,” jawab Cleona sekenanya.
“Queen, gak ada main diet-diet ya, cepat makan!” tegur Leo yang tak suka anaknya melewatkan makan.
“Ih Papi, Queen gak laper! Nanti aja makannya kalau kepengen." Rengek Cleona.
“Queen mau makan sendiri apa Abang yang suapin?” Rapa ikut bersuara, bertanya dengan suara datar yang begitu jarang laki-laki itu keluarkan.
Rapa cukup sadar kenapa gadis itu tiba-tiba pergi, tentu karena ucapannya, dan ini bukan untuk pertama kalinya Cleona mendadak pergi untuk lari dari ketidak nyamanan. Rapa sendiri masih bingung hingga saat ini, hatinya selalu bertanya-tanya apa yang membuat gadis itu menjauh dan seolah menghindar di dalam keadaan apapun jika itu bersangkutan dengan dirinya.
Cleona tidak memperdulikan ucapan Rapa dan berjalan terus, masuk ke dalam rumah meninggalkan semua orang yang menatapnya heran. Rapa menggeram kesal dan bangkit dari duduknya berlari mengejar Queen yang sudah hilang di balik pintu dapur.
Luna, Lyra saling berpandangan, sebagai ibu yang bersama-sama membesarkan anaknya cukup tahu bahwa memang ada sesuatu diantara kedua anak itu, tapi disini mereka tidak ingin ikut campur, biar menjadi masalah yang akan mengantar mereka untuk mencapai kedewasaan.
“Meraka kenapa?” Devi yang sedari tadi memperhatikan bertanya.
“Biasa Aunty masalah remaja." Clara yang menjawab dengan ringan dan diangguki paham oleh Devi juga yang lainnya.
Cleona yang sadar di ikuti, langsung menghentikan langkahnya, dengan mulut yang masih mengunyah, ia berbalik dan Rapa tepat berada di belakangnya dengan jarak yang begitu dekat, membuat Cleona refleks mundur beberapa langkah.
“Kenapa ngikutin?” tanya Cleona tak suka.
“Kenapa pergi? Abang kan udah bilang kamu harus makan."
“Siapa lo nyuruh-nyuruh gu…”
“Calon suami kamu!” potong Rapa cepat, dan itu sukses membuat Cleona terdiam, tapi itu hanya beberapa saat sampai kemudian Cleona mendelik tak suka dengan pernyataan Rapa tersebut.
Cleona memutar kembali tubuhnya dan melanjutkan langkah meninggalkan Rapa tanpa mengatakan apa-apa yang membuat laki-laki itu geram sendiri di tempatnya. Rapa berjalan cepat dan menarik tangan Cleona, membawa gadis cantik itu menuju garasi dan memintanya untuk masuk ke dalam mobil.
“Gak! Gue gak mau masuk, lagian ngapain juga? Rumah gue di sebelah gak perlu lo anterin pakai mobil segala,” ujar Cleona protes.
“Ck. Geer banget sih lo, siapa juga yang mau nganterin lo pulang? Buruan deh masuk, Queen!” gemas Rapa menatap tajam perempuan di depannya itu.
“Makanya jawab, mau kemana?” Cleona tak kalah kesal, melempar cumi goreng tepung yang masih dirinya pegang pada wajah Rapa, membuat pria itu terkejut dibuatnya.
“Ke KUA!”
“Ngapain ke KUA?” heran Cleona menaikan sebelah alisnya.
“Beli pempek!" balas Rapa asal, dirinya terlalu kesal meladeni gadis banyak tanya di depannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
BINTANG PENGHACUR
banyak amat pemerannya hadeh pusing gw bacanya
2021-12-15
1
Nurwana
bang Rapa... pka dooonnng.... queen itw tdk ska klu babang Rapa digandrungi ciwek ciwek ...
2021-08-01
0
Neng Punya'e Jhomblo
aduh bang rapa jwb ny yng msk akal sikit lah..msak ke KUA bli pempek c.. mw nglawak bang..😂😂😂
2021-05-25
0