Rapa membunyikan klakson, meminta agar pak satpam membukakan gerbang untuknya, kemudian masuk ke pekarangan rumah Leo-Luna untuk menjemput sang kekasih. Rapa lebih dulu mematikan mesin mobilnya, sebelum masuk ke dalam rumah yang hampir setiap hari ia masuki itu.
“Mau ke mana kamu, Rap udah ganteng gini?”
“Jalan-jalan dong, Pi.” Jawabnya dengan wajah ceria.
“Jalan-jalan kok ke sini?” tanya Leo lagi dengan kening berkerut bingung.
“Jemput dulu bidadari, Pi,” kata Rapa masih dengan senyum terukir. “Queen udah turun belum?” lanjutnya bertanya.
“Tuh, baru turun.” Leo menunjuk kearah tangga dengan dagunya. Rapa menoleh, dan matanya langsung menemukan gadis cantik yang baru saja resmi menjadi kekasihnya.
“Kalian mau ke mana?” Luna yang baru saja kembali dari dapur bertanya begitu melihat Cleona dan Rapa sudah rapi.
“Kencan dong, Mi,” ucap Rapa cengengesan, sementara Cleona mendengus pelan. “Abang izin bawa anak gadis Mami sama Papi ya, mau di ajak jalan-jalan." Lanjut Rapa.
“Jalan ke mana?” tanya Leo dengan nada mengintrogasi.
“Pengennya ke KUA, tapi berhubung hari ini tutup jadi, ke mall aja deh kayaknya.” Cleona mencubit lengan Rapa begitu mendengar perkataan asal itu.
“Emang kamu punya uang berani ngajak Queen ke mall? Jangan lupa Bang, dia kan suka lupa diri kalau udah belanja." Cleona mendelik begitu mendengar, entah sindiran atau apa maksud sebenarnya yang di tujukan papinya itu.
“Berangkat sekarang, ayok Bang,” kata Cleona menarik tangan Rapa, keluar dari rumah tanpa pamit terlebih dulu pada kedua orang tuanya.
“Gak sabaran benget sih, Queen,” kata Rapa yang masih mengikuti langkah Cleona yang cepat.
“Bukan gak sabaran, tapi keburu kesal!”
“Gak boleh kesal gitu dong, sayang,” ucapan terakhir yang keluar dari mulut Rapa membuat semburat merah di pipi Cleona muncul, dan gadis cantik itu pun terlihat salah tingkah. Padahal bukan untuk pertama kalinya kata ‘sayang’ Rapa lontarkan, tapi entah kenapa kali ini terdengar berbeda, dan Cleona merasa berbunga.
“Muka lo kenapa merah gitu, Queen?” tanya Rapa begitu menoleh pada gadis yang sudah duduk di sampingnya itu.
Dengan cepat Cleona memalingkan wajahnya, ia benar-benar malu karena terpergok tengah blushing, kemudian meminta laki-laki itu untuk segera melajukan mobilnya tanpa menatap sang lawan bicara.
Rapa terkekeh geli melihat sang kekasih yang tengah salah tingkah. Seumur-umur mengenal gadis cantik berwajah tenang dan judes itu baru kali ini Rapa mendapati sikap Queen yang seperti ini, terlihat menggemaskan dan Rapa harus akui bahwa dirinya begitu suka.
“Nanti Queen boleh marah-marah gak kalau Abang berani sama perempuan lain?” tanya Cleona setelah beberapa saat terdiam.
Rapa tersenyum mendengar pertanyaan dari gadis cantik itu, nada suara Queen yang manja kini kembali ia dapatkan dan panggilan ‘Abang’ yang kembali terlontar dari bibir gadis itu terdengar manis di telinga Rapa. Ini yang Rapa rindukan sejak dua tahun lalu.
“Queen emang harus tegur Abang, bukan hanya nanti, tapi seharusnya dari dulu Queen tegur Abang di saat Abang dekat dengan perempuan lain, jangan malah tiba-tiba menjauh dan benci Abang. Kamu kan tahu Abang itu bukan laki-laki yang peka.”
“Iya, saking gak pekanya Abang biarin Queen tersiksa hati selama beberapa tahun ini!” dengus Cleona membuang muka dan melipat tangannya di dada. Rapa yang mendengar nada kesal itu tertawa dan mengusak rambut panjang Cleona dengan satu tangannya yang nganggur.
“Maafin Abang, sayang. Queen harus tahu dan percaya bahwa sebanyak apapun perempuan lain yang mendekati dan berusaha mencuri perhatian Abang, tidak ada satu pun perempuan yang dapat mengalahkan Queen di hati Abang.”
“Aish, Abang pintar banget gombalnya.” Cleona terkekeh geli, mencubit kecil pinggang sang kekasih, kemudian keduanya tertawa.
Bahagia rasanya jika seperti ini, Cleona pun merasakan lega di hatinya dan berharap bahwa apa yang di ucapkan Rapa hari ini tidak akan pernah berubah di kemudian hari, pasalnya Queen tahu bahwa banyak perempuan yang menggilai Rapa di sekolah bahkan mungkin di luaran sana, termasuk wanita rubah bernama Nia yang sudah dengan cepat bertindak dan memberikan ancaman pada Cleona.
Sesampainya di parkiran Mall, Rapa lebih dulu keluar dan berlari memutar membukakan pintu untuk Cleona. Memang bukan pertama kalinya Rapa melakukan hal seperti ini, tapi ini benar-benar terasa berbeda, wajah Cleona bahkan sampai menghangat dengan perlakuan sederhana, namun manis ini.
“Terima kasih,” ucap Cleona tersenyum manis.
“Tumben bilang terima kasih? Biasanya juga boro-boro,” cibir Rapa yang langsung saja mendapat geplakan di punggung dari Cleona.
“Sekarang beda tahu Bang, Queen merasa jadi Ratu beneran." Cleona terkekeh pelan, kemudian berjalan masuk ke dalam mall bersisian dengan Rapa.
“Queen kan emang Ratu yang sesungguhnya di hati Abang,” balas Rapa kembali melayangkan gombalannya.
“Abang, jangan gombalin Queen terus dong, malu tahu!” ucap Cleona menutup wajah dengan telapak tangannya.
“Hihi, biasanya juga malu-maluin,” satu lagi cubitan Cleona berikan di pinggang Rapa yang terus saja menggodanya.
Berjalan bersampingan dengan di berengi obrolan seru dan canda tawa membuat orang-orang yang berada dekat dengan mereka menatap penasaran, ada yang menatap iri, kagum dan ada juga yang menatapnya tidak suka, tapi tentu saja tidak Rapa dan Cleona hiraukan.
Lebih dulu Rapa mengajak kekasihnya itu untuk masuk ke time zone, bermain segala permaianan yang ada di sana. Rapa dan Cleona benar-benar bersenang-senang hari ini, menghabiskan waktu yang dulu sempat terbuang dan tidak keduanya nikmati.
Lelah bermain, Rapa mengajak Cleona menuju tempat makan yang masih berada di dalam mall, mengisi perut yang sudah meronta minta di isi sekaligus mengistirahatkan tubuh lelah mereka.
Tak lama makanan pesanan keduanya sampai, Cleona yang memang sudah lapar sejak tadi langsung melahap nasi dan ayam penyet sambal ijo, sedangkan Rapa yang tidak menyukai pedas seperti sang Bunda memilih makan dengan ayam bakar madu. Keduanya makan dengan lahap, menghabiskannya hingga tinggal menyisakan tulang-tulang ayam itu.
“Habis ini ke mana lagi, Queen?” tanya Rapa begitu selesai meneguk minumannya.
“Kepengen nonton Frozen 2, Bang,” kata Cleona dengan cengengesan.
“Ish, udah besar juga masih aja tontonannya anak-anak." Rapa mengacak rambut kekasihnya itu gemas.
“Papi bilang, Queen jangan cepat dewasa, Bang."
“Loh, memangnya kenapa?” heran Rapa.
“Papi takut Queen di ambil Abang.”
Rapa tertawa mendengar itu, teringat akan perkataannya dulu saat ia baru saja berusia sepuluh tahun dimana Rapa bilang bahwa dewasa nanti ia akan mengambil Queen dari laki-laki tua itu, menikahi Queen dan mengajaknya tinggal bersama di rumah impiannya dengan putri pertama dari pasangan Leo-Luna itu.
“Udah 'kan? Yuk, kita ke bioskop sekarang,” ajak Rapa yang bangkit dari duduknya mengulurkan tangan pada Cleona meminta perempuan itu untuk bangkit juga.
Rapa tentu saja menuruti keinginan Cleona untuk menonton film yang di inginkan kekasihnya itu. Meskipun yang mereka tonton adalah tayangan anak-anak, tapi tidak membuat Rapa bosan dan malas, ia justru bahagia apa lagi melihat binar ceria di mata indah gadis tercintanya. Kencan pertama dalam status yang baru tentu saja membuat keduanya bahagia, dan berharap bahwa kebahagiaan ini akan terus berlangsung selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Riska Wulandari
sweetttt..gemesssss..😘😘😘😘
2021-11-08
0
Neng Punya'e Jhomblo
adem dech bcany..😁
2021-05-25
1
Wayan Karmini
yg kayak gini pasti ada aja pelakor nia
2020-12-01
2