Cleona dan keempat temannya baru saja kembali dari ruang ganti setelah mengganti pakaian olahraganya dengan seragam. Berjalan menuju kelas Clara dan Kayla untuk menunggu kedua temannya itu istirahat bersama. Bel memang belum berbunyi, tapi guru olahraga sudah membubarkan kelas X IPS B lebih awal, karena mendapat panggilan mendadak yang mengharuskan gurunya itu pergi. Tentu saja ini menjadi kesenangan tersendiri untuk murid-murid perempuan yang benci akan peluh karena panas dan lelah, sementara anak laki-laki beberapa masih berada di lapangan bermain bola atau hanya duduk-duduk malas di pinggir lapangan.
Tak lama bel istirahat berbunyi dan satu per satu murid kelas lain berhamburan ke luar setelah guru meninggalkan kelas. Clara dan Kayla tak lama datang menghampiri dan ikut duduk bersama keempat temannya yang lain di kursi kayu yang ada depan kelas.
“Sekarang mau pada makan apa?” Kayla bertanya pada ke lima temannya itu.
“Gak tahu, bingung gue." Cleona mendesah pelan.
“Gue mau makan bakso, sosis bakar, roti bakar sama jus manga,” kata Alisya dengan wajah berbinar.
“Banyak banget, Sya?"
“Hehe, laper gue abis olahraga,” ucapnya cengengesan.
Pletak.
Satu sentilan Cleona berikan. “Cape apaan lo, Sya? Main bola aja lo cuma jadi kipper, diam doang di depan gawang. Bola datang cuma lo liatin, bisanya cuma teriak!” Alisya hanya terkekeh kecil mendengar sindiran dari sahabat satunya itu, tidak dapat mengelak karena memang itulah kenyataannya.
“Kita ke kantin dulu aja deh, nanti bisa sekalian pikirin mau makan apa,” Clara bangkit dari duduknya, menarik Cleona yang terlihat enggan beranjak.
Keenamnya berjalan beriringan, melewati koridor yang cukup ramai, beberapa orang yang mengenal keenam gadis cantik itu menyapa, atau hanya sekedar tersenyum ada juga beberapa laki-laki yang menggoda dan mengajak kenalan, sampai mereka tiba di kantin yang penuh dengan orang-orang kelaparan.
Cleona, Nirmala dan Shafa mencari meja untuk mereka berenam, sedangkan Clara, Alisya dan Kayla bertugas memesan makanan.
“Hallo cantik,”
Suara yang baru saja terdengar itu mengejutkan Cleona yang hendak menelungkupkan wajahnya di atas meja, menoleh, kemudian senyumnya terbit saat menemukan wajah tampan laki-laki kesayangannya.
“Kok mukanya lesu, kenapa? Sakit?” tanyanya dengan raut khawatir.
“Cape aja habis olahraga,” balas Cleona yang masih tidak menghilangkan senyumnya. Rapa ikut tersenyum dan mengusak rambut kekasihnya itu dengan gemas.
“Jangan mesra-mesraan depan jomlo please!" Nirmala memutar bola mata malas.
“Sirik, ya? Makanya cari pacar!” ledek Rapa terkekeh pelan, membuat Nirmala cemberut di buatnya.
“Lo sendiri, Rap?” Cleona bertanya begitu tidak menemukan teman-teman kekasihnya di sekeliling Rapa.
“Mereka di pojok lagi pada makan, sambil ngegosip,” kata Rapa seraya menunjuk pada arah dimana teman-temannya berada.
“Terus lo gak makan?” tanya Cleona lagi menaikan sebelah alisnya.
“Makanlah, tapi nyamperin lo dulu, gue kan kangen." Rapa mengedipkan sebelah matanya menggoda.
“Aw … aw … aw gue baper masa,” ini jelas bukan Cleona yang bicara, melainkan Clara yang baru saja datang dan duduk berhadapan dengan Rapa, lalu memberikan semangkuk soto pada Cleona.
“Ck, Atu ganggu aja deh,” decak Rapa kesal. Clara nyatanya masa bodo dengan kekesalan kakaknya itu, melahap soto yang di pesannya tanpa memperdulikan kedua orang yang tengah pacaran di depannya.
“Lo sana gih, makan dulu,” titah Cleona pada Rapa yang masih saja duduk di sampingnya.
“Gak makan sekali gak akan buat gue mati kali Queen, gue masih pengen disini, sama lo." Ujar Rapa yang tatapannya tidak pernah lepas dari wajah cantik Cleona.
“Abang, makan dulu, ya? Nanti juga bisa ketemu Queen di rumah,” ucap Cleona dengan nada selembut mungkin. Namun tidak sesuai dengan raut wajahnya yang seolah mengancam, menatap Rapa tajam, membuat laki-laki itu akhirnya mengalah dan menganggukan kepala. Bangkit dari duduknya, kemudian berlalu pergi menjauh dari meja yang Cleona dan teman-temannya duduki.
“Sama cowok sendiri galak amat lo, Cle." Kayla menggelengkan kepala.
“Gue bukan galak, Kay, dia kalau di biarin bakalan terus ngoceh yang ada nanti gue gak makan-makan! Ingat, gue juga manusia, kenyang karena makanan bukan gombalan.”
“Gue kira orang jatuh cinta kenyang hanya dengan gombalan, tahunya …?” tawa Shafa terdengar menyebalkan, membuat Cleona kesal pada sahabatnya itu dan menggetok kepala Shafa cukup kuat.
Saling meledek dan bercanda keenam perempuan itu lakukan, membuat tawa selalu terdengar, dan itu sukses mencuri perhatian orang-orang yang berada tak jauh dari meja mereka. Sejak tadi pun Cleona sadar ada seseorang yang memperhatikan di depan saja, tapi tidak ingin Cleona hiraukan. Ia cukup tahu siapa orang itu dan ia cukup mengerti dengan tatapan yang di berikannya.
Sejak kecil tumbuh besar bersama banyak orang tua, membuat Cleona selalu di berikan nasihat-nasihat untuk tidak menjadi perempuan lemah dan mudah di tindas. Bundanya selalu mengajarkannya untuk selalu percaya diri, Maminya mengajarkan Cleona menjadi wanita yang lembut dan murah hati, aunty-auntynya mengajarkan untuk berani menghadapi musuh dan masih banyak lagi nasihat-nasihat yang di berikan untuk menjadi bekalnya menjalani masa remaja yang papinya bilang sebagai kehidupan menyeramkan.
Sejak awal, mungkin Cleona merasa hidupnya tidak akan tenang selama sekolah disini, dan ya, ia memang sudah merasakannya apalagi dengan kedekatannya dengan Rapa yang sejak awal masuk membuat Cleona merasa terganggu. Namun sejak keputusannya berpacaran dengan Rapa, Cleona mulai berpikir untuk berlaku masa bodo pada orang-orang yang tidak menyukai dirinya dengan alasan Rapa. Cleona bertekad untuk mempertahankan cintanya, meskipun ancaman menghampiri, dari pada harus mempertahankan ketenangannya dengan resiko kehilangan Rapa.
Getaran di ponsel mengalihkan Cleona dari mangkuk sotonya yang masih tersisa setengah, senyumnya terbit ketika membaca isi dari pesan yang baru saja dikirimkan Rapa. Menoleh ke arah dimana laki-laki itu duduk, kemudian keduanya saling melontarkan senyum. Cleona kembali melihat ponselnya dan mengetikan sesuatu untuk membalas pesan dari kekasihnya itu.
“Orang jatuh cinta gitu, ya? Ponsel aja di aja senyum." Sindiran Nirmala berikan, membuat Clara, Shafa, Alisya dan Kayla menoleh.
“Sirik aja deh, jomlo!” delik Cleona tak peduli, kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah menjauhi kelima temannya, tidak memperdulikan panggilan mereka yang menanyakan ke mana dirinya akan pergi.
Cleona berjalan pelan seorang diri keluar dari area kantin, melangkah sembari menunduk, asik menatap ponsel yang berada di genggamannya. Sesekali Cleona terkekeh geli, atau hanya mengukir senyum sampai sebuah tepukan di pundaknya ia rasakan membuat gadis cantik itu menoleh.
“Kok, udah ada di sini?” tanya Cleona dengan kening berkerut.
“Dari tadi Abang udah di belakang kamu, sayang,” kata Rapa mencubit gemas pipi bulat Cleona.
“Terus ngapain dari tadi chat kalau udah ada di belakang Queen? Ish, Abang mah ngabisin kuota Queen aja,” rajuk Cleona dengan nada manja.
Rapa terkekeh geli di buatnya, mengusak rambut panjang Cleona saking gemasnya. Tidak sedikit orang melihat interaksi keduanya, tapi Cleona dan Rapa seolah tidak menyadari itu. Bisikan orang-orang tidak mereka pedulikan, dan tatapan berbagai macam tidak mereka hiraukan.
“Jam istirahat bentar lagi abis loh, Bang, kita mau ke mana sih sebenarnya?” tanya Cleona yang sejak tadi masih mengikuti Rapa melangkah menaiki tangga.
“Kita ke rooftop."
“Tapi bentar lagi bel, Que…”
“Tenang aja, Queen, habis ini jam kosong kok, karena gurunya pada rapat,” kata Rapa dengan tenang.
“Yakin? Abang gak bohong kan?”
Menguyel pipi tembam kekasihnya, Rapa mengangguk. “Mana mungkin Abang bohong sama Queen. Kalau gak percaya, nanti Queen hubungi teman-teman yang lain deh.”
Cleona akhirnya mengangguk, dan berjalan bersampingan dengan Rapa menuju rooftop, tempat dimana jarang orang kunjungi, padahal tempat ini begitu indah apa lagi dengan cuaca terang seperti ini. Angin berembus kencang, membuat suasana menjadi sejuk meskipun matahari menunjukan sinarnya.
Duduk kursi kayu yang berada di tengah lantai beton itu, Cleona menceritakan mengenai kakak kelasnya yang sempat memberikan ancaman dan selalu menatap tajam ke arahnya. Niatnya, ia hanya ingin tahu apa hubungan perempuan itu dengan Rapa, dan menanyakan kemungkinan apa saja yang pernah perempuan rubah itu lakukan pada mangsanya.
Cleona bukan beriat untuk mengadu, tapi ia hanya ingin bercerita, setidaknya jika terjadi apa-apa pada Cleona, Rapa bisa langsung tahu pelakunya. Mungkin ini terkesan menuduh, juga sikap Cleona yang terlalu parno, tapi siapa yang tahu jika apa yang tidak diharapkannya terjadi begitu saja. Cleona hanya ingin mempersiapkan diri untuk kemungkinan buruknya, bukan karena dirinya takut dan tidak bisa menghadapi musuhnya, tapi ia tidak pernah tahu akan senekat apa wanita penuh obsesi seperti kakak kelasnya itu.
“Queen gak perlu takut, ya? Ingat kalau sampai perempuan itu macam-macam sama Queen atau Ratu, langsung bilang Abang. Abang gak akan biarin siapa pun menyakiti kalian.”
Cleona mengangguk dan tersenyum mendengar perkataan Rapa, ia merasa terlindungi hanya dengan kata sederhana itu. Ya, memang tidak ada yang perlu di takutkan dari seorang pelakor selama pasangan masih mencintai kita. Bunda Lyra sendiri pernah bilang bahwa pelakor tidak akan pernah menang, dan hanya akan mendapat penyesalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Riska Wulandari
pengalaman ya bun?? 🤭🤭
seneng karakter cewek kuat gini..
2021-11-09
0
Siti Mas Ulah Ulah
hempaskan pelakor,,,hush ...hush..sana!!😡😡😡
2021-07-09
1
Siti Khodijah
binggo....wah..sesuai ID ku...👏🏿👏🏾
2021-04-18
1