Pagi ini Cleona sudah siap dengan seragam sekolahnya, menghampiri kedua orang tua juga adiknya yang sudah berada di meja makan, menikmati sarapan mereka masing-masing.
“Pagi Pi, Mi, Ela,” sapa Cleona seraya mengecup pipi anggota keluarganya sebelum duduk di kursi sebelah Laura yang jika di rumah lebih akrab di panggil Priela, nama tengahnya.
“Pagi juga kakak.” Jawab ketiganya serempak.
Masih dalam raut judes seperti kemarin yang salah satunya di akibatkan PMS, Cleona mulai mengisi piringnya dengan nasi goreng buatan sang mami, melahapnya dengan tenang tanpa memperdulikan Laura yang sudah rapi dalam balutan seragam putih merahnya berceloteh mengenai sekolahnya, teman-temannya juga guru dan pelajaran yang selalu di tanggapi antusias oleh Leo dan Luna.
Dulu saat berada di usia Laura pun, Cleona selalu melakukan hal yang sama dengan adiknya, menceritakan apa saja keseruan bahkan hal tak menyenangkan sekalipun di sekolahnya.Semua ia ceritakan tanpa ada satu pun yang terlewat, tapi setelah beranjak remaja tidak semua hal Cleona ceritakan apa lagi mengenai perasaannya. Hanya yang sekiranya perlu saja yang Cleona ceritakan selebihnya cukup menjadi cerita pribadinya.
“Queen berangkat yuk!" suara Clara terdengar dari arah luar, cukup nyaring karena Cleona tahu bahwa tetangganya itu berteriak.
Cleona meneguk habis susu vanilla dalam gelas di depannya. “Mi, Pi kakak berangkat ya,” Leo mengangguk, mengecup kening anak pertamanya begitu juga yang dilakukan Luna.
Setelah mencium punggung tangan kedua orang tuanya, Cleona beralih pada adiknya mencium kening Laura, kemudian mengacak rambut adiknya itu dengan gemas sebelum akhirnya berlari bersamaan dengan teriakan kesal Laura yang marah karena tatanan rambut yang semula rapi itu harus kembali berantakan.
Saat sampai di depan, nyatanya bukan hanya Clara saja yang berada di sana melainkan Rapa pun disana duduk di mobil milik ibunya. Melayangkan senyum manis juga kedipan mata genit yang membuat Cleona sebal, dan ingin sekali muntah di wajah tampan itu.
Clara juga sebenarnya satu sekolah dengan Rapa, adiknya itu baru saja masuk, sama seperti Cleona. Namun tidak mengikuti kegiatan MOS karena kesehatannya saat itu yang tidak memungkinkan untuk masuk sekolah.
Cleona dan Clara masuk ke dalam mobil dan duduk di jok belakang membiarkan Rapa seorang diri di depan, meskipun laki-laki itu sempat protes, tapi meraka tidak sama sekali perduli dan itu membuat Rapa menghela napas pasrah menjadi supir kedua perempuan kesayangannya.
“Oh iya, lo tahu gak gue di kelas mana Queen?” tanya Clara saat mereka sudah berada di tengah perjalanan menuju sekolah.
“Hehe, gue gak tahu, Tu. Lupa buat nyari nama lo di setiap kelas,” cengengesan dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Cleona lakukan, sedangkan Clara yang lebih akrab di panggil Ratu oleh kelurganya itu mendengus kesal.
“Bang, gue di kelas mana?” Clara beralih bertanya pada kakaknya. “Jangan bilang lo juga gak tahu?” selidik Clara memicing curiga.
“Kelas lo sama Queen sebelahan, Dek,” jawab Rapa yang diangguki bahagia oleh Clara.
Tak lama mobil yang di kendarai Rapa memasuki area sekolah yang sudah mulai ramai oleh siswa-siswinya. Setelah mobil terparkir sempurna, barulah Cleona dan Clara turun dan langsung berjalan meninggalkan Rapa tanpa sepatah kata pun.
“Ck, dasar gak pada tahu terima kasih. Udah di supirin malah ninggalin, bukannya nunggu atau sekedar bilang terima kasih kek, untung aja gue sayang sama lo pada!” gerutu Rapa, turun dari mobil milik ibunya dulu, karena Pandu sendiri belum membelikan mobil khusus untuknya.
Nyatanya mereka berdua, Clara dan Cleona menjadi perhatian banyak orang sepanjang koridor. Keduanya yang memang memiliki sikaf cuek memilih mengabaikan, sedikit risi memang, tapi mau bagaimana lagi? Resiko cewek cantik memang seperti ini, jadi Cleona mau pun Clara harus membiasakan diri.
“Cleona!” teriak suara cempreng dari arah belakang menghentikan langkah kedua perempuan itu. Menghela napas pelan, kemudian Cleona menengok ke arah belakang. Di depan sana, Nirmala berlari menghampiri. Dengan napas ngos-ngosan, perempuan cantik itu berdiri di tengah-tengah antara Clara dan Cleona.
“Gila cape banget gue,” keluh Nirmala seraya menyeka keringat di pelipisnya.
“Gak ada yang nyuruh lo lari btw,” ucap Cleona cuek seperti biasa.
“Ya, emang gak ada yang nyuruh, tapi kan lo teman gue jadi, boleh lah berangkat ke kelas barengan?” balas Nirmala seraya menaik turunkan alisnya.
Sadar dengan keberadaan orang lain di sampingnya, Nirmala menoleh mengamati Clara dengan kening berkerut. Mengerti dengan itu, Cleona mengenalkan Clara pada Nirmala sebagai sahabat dekat dirinya.
“Kok gue baru lihat lo, Cla?” tanya Nirmala.
“Waktu MOS gue emang gak masuk, sakit.” Jawab Clara seadanya. Nirmala kembali mengangguk paham.
“Nama kalian hampir mirip, Cleona, Clara? Kayak adek kakak,” ucap Nirmala seraya tertawa, sedangkan Cleona dan Clara hanya tersenyum kecil.
Clara lebih dulu ikut ke kelas Cleona sampai perempuan cantik itu bersama temannya menyimpan tas sebelum akhirnya kembali keluar dan hendak menuju ke kelas sebelah dimana kelas X IPS C berada sebelum suara cempreng yang begitu mereka kenal menghentikan langkah Clara, Cleona juga Nirmala.
“Cla, lo udah sembuh?” tanya kedua perempuan cantik dengan suara cempreng yang baru datang itu. Clara hanya membalas dengan anggukan.
“Kangen gue sama lo, Cla!" Alisya memeluk erat tubuh sahabat satunya itu. Membuat Cleona memutar bola mata dan berjalan lebih dulu bersama Shafa dan Nirmala, sedangkan Clara masih tertahan oleh pelukan dari sahabat sejak SMP-nya itu.
“Gak lepas, gue dorong lo sampe jatoh,” ucap Clara mengancam, gadis polos di depannya itu terkekeh tak berdosa, tapi tetap melepaskan pelukannya. Sementara Clara masuk ke dalam kelasnya. Cleona, Shafa, Nirmala dan Alisya menunggu di luar.
Tak lama, perempuan cantik itu keluar dan menghampiri ke empat orang yang menjadi sahabatnya, kemudian berjalan menuju lapangan dimana upacara hari senin akan di laksanakan.
Clara yang tentunya baru masuk hari ini belum mengenal siapa saja teman sekelasnya, karena saat masuk pun keadaan kelas cukup sepi. Hanya beberapa orang yang masih di sana, sisanya Clara yakin sudah lebih dulu ke lapangan. Sengaja ia berbaris bersisian dengan Cleona agar setidaknya bisa mengobrol dan upacara yang sudah pasti membosankan ini dirinya lalui.
“Tu, lo tahu Abang lo jadi OSIS?” Cleona berbisik pada sahabat terdekatnya itu.
“Dia sih penah bilang, tapi jelas aja gue gak percaya. Emang beneran dia OSIS?” Clara balik bertanya. Anggukan pelan Cleona berikan. “Cowok pecicilan model dia jadi OSIS?” tanya Clara tak percaya. Tapi, mau bagaimana lagi fakta itu memang harus di akui.
Cleona hendak kembali membuka suara, tapi sebuah tangan lebih dulu mencengkaram pergelengan tangannya dengan begitu kuat dan menarik dirinya serta Clara ke arah belakang. Cleona paling tidak suka ada orang yang menyentuh dirinya dengan kasar menepis, namun tangan yang mencengkramnya terlalu kuat dan tidak membiarkannya terlepas.
“Kalian tahu kan ini sedang upacara? Tahu aturan saat upacara dilarang mengobrol? Tolong dong hargai guru yang di depan sana,” ucap suara perempuan yang menyeret Cleona dan Clara ke arah belakang.
“Lo cukup bilang aja, gak perlu main seret. Lihat nih tangan gue sampai merah gini!” ujar Clara kesal sembari memperlihatkan pergelangan tangannya yang memerah.
“Tahu lo, mentang-mentang OSIS dan kakak kelas, main seret seenaknya. Masuk ke dalam kekerasan ini asal lo tahu!” delik Cleona yang juga mengurut-urut tangannya yang memerah dan terasa sakit.
“Kenapa kalian yang nyolot? Gue hanya melaksanakan tugas, siapa suruh kalian ngobrol di saat upacara seperti ini?” kata perempuan bername tag Nia Mariani itu dengan wajah judes dan nada suara tengil.
“Kita cuma berbisik, gak ngobrol keras dan ganggu orang lain juga. Lo pikir cuma kita yang ngobrol? Noh banyak, kenapa kita berdua yang lo seret? Dan lo juga gak perlu munafik, lo juga suka ngobrol saat upacara kalau gabung sama teman-teman lo yang lainnya. Berhubung di sini aja lo sendirian makanya gak ada teman gosip!” ucap Clara telak. OSIS bernama Nia tersebut menggeram, tidak mampu membalas ucapan adik kelas tidak tahu sopan santun itu.
Beberapa detik kemudian senyum kakak OSIS itu mengembang dan melambaikan tangannya ke arah belakang Clara dan Cleona. Kedua perempuan cantik itu memutar bola mata malas, tahu bahwa OSIS di depannya itu memanggil bala bantuan. Sangat menyebalkan.
“Kenapa Ni?” tanya suara laki-laki dari arah belakang. Clara menoleh ke arah suara tersebut, memutar bola matanya malas saat tahu siapa orang yang Si Nia-Nia itu panggil.
“Ini adik kelas belagu, di tegur ngobrol malah nyolot,” adunya mendelik tajam pada Cleona dan Clara.
“Heh, lo kalau mau ngadu yang benar dong. Kapan lo negur? Bukannya lo langsung nyeret kita kesini? Gak lihat lo tangan kita sampai merah gini? Masih jadi OSIS aja udah berani ngadu yang bohong, gimana jadi gubernur nanti lo! Dasar OSIS menyebalkan!” kata Cleona menatap tajam kakak OSIS-nya itu, juga memperlihatkan tangan putihnya yang tergerat merah gara-gara cengkraman kuat perempuan itu.
Tangan Cleona langsung di tangkap oleh seseorang yang semula di panggil oleh Nia, yang tak lain dan tak bukan orang itu adalah Rapa. Cepat Cleona menghentakan tangannya agar genggaman Rapa terlepas.
“Gak usah pegang-pegang!”
“Queen, gue antar ke UKS ya? Ada salep untuk hilangin memar lo itu di sana , biar sekalian gue obatin." Kata Rapa dengan nada khawatir.
Clara yang melihat ke khawatiran kakaknya yang berlebihan terhadap Cleona itu hanya memutarkan bola matanya, sementara Nia, si OSIS bermuka dua itu menatap Rapa dan Cleona dengan kening berkerut. Nyatanya banyak anak-anak yang baris di belakang memperhatikan mereka berempat, saling berbisik dan menatap penasaran.
“Lo kenal mereka, Rap?” tanya perempuan bernama Nia tersebut.
“Kenal, mereka a …” Cleona dan Clara dengan cepat melayangkan tatapan tajam tanda protes pada Rapa yang hendak mengatakan status mereka.
“Udah, sekarang kalian berdua ke UKS deh obatin memar di tangannya,” ucap Rapa yang tidak melanjutkan perkataan sebelumnya.
“Gak perlu!”
“Queen, Tu, please!” mohon Rapa. Clara dan Cleona mendengus, tapi tak urung pergi dari sana. Clara bahkan sengaja menyenggol pundak Nia cukup keras sambil membisikan kata, “lo salah cari mangsa. Karena gue gak selemah yang lo kira.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Noli loliii
seneng nih lihat kejudesan dan kecuekan double C 🤭🤭
2022-04-04
1
Wayan Karmini
makan tuh macan
2020-12-01
0
Momy Victory 🏆👑🌹
Ratuuu titisan Lyra bundanya tuh,berani macan betina.
2020-11-08
6