Aku masuk ke kamarku untuk menunggu mereka semua selesai makan. Untung aku belum terlalu lapar. Dia melihat handphone nya tergeletak di meja samping tempat tidurnya.
Sepertinya sudah saatnya untuk mencharge handphone ku yang sudah lama mati. Aku mengambil charger handphone yang ada di laci lalu mulai mencharge handphone ku. sambil menunggu aku iseng menyalakan handphone ku Seketika masuk jutaan wa message dari Alisa, missed call, dan sms juga. Alisa benar-benar mengebom handphonenya.
Aku menghela napas panjang melihat handphoneku yang tidak berhenti-henti bergetar. Aku jarang menyalakan suara handphoneku, biasanya hanya mode getar. Aku mengembalikan handphone ku di atas meja lalu merebahkan tubuhku di kasurku yang nyaman. Handphone itu berdansa ria di atas meja.
Entah kenapa pikiranku kembali menuju Bella. Gadis yang manis walau dia menangis sedih tadi dipelukanku. Wangi vanilla yang aku tidak bisa lupakan. Rambutnya yang basah tadi kena hujan. Ia tanpa sadar tersenyum. Ada perasaan aneh tiba-tiba menyusup ke hatiku.
Akhirnya handphoneku berhenti bergetar. aku meraihnya dan melihat-lihat sebentar, kebanyakan isi wa dan smsnya sama.
"Kakak dimana?" ketik Alisa.
Aku mendengus geli, kira-kira Bella seoverprotektif ini kah dengan kakaknya? Aku meletakkan kembali handphoneku yang seperti kelelahan bergetar dan kembali merebahkan kembali tubuhnya. Tapi tak lama ditaruh, handphonenya bergetar lagi, tanpa melihat, aku sudah tau itu pasti Alisa, dan menimbang nimbang, angkat atau tidak handphone ku.
Kalau Aku mengangkatnya pasti aku akan mendapatkan pidato berjam-jam, tapi jika tidak teror bom missed call, wa dan sms pasti tidak akan berakhir. Sebuah dilema yang pilihannya tidak enak dua-duanya.
Akhirnya aku memutuskan untuk mengangkat handphon ku, suara adikku langsung terdengar panik kaget dan senang sekaligus.
"Diangkat, Bi diangkat teleponnya diangkat!!!" Jerit adikku kegirangan.
Aku hanya diam membayangkan adikku itu melompat gembira dengan Bi Ijah disampingnya yang mau tahu. Terdengar suara Bi Ijah menyuruh Alisa berbicara lagi kepadaku.
"Kak Aji? Kak Aji?" jeritnya bertanya.
Aku masih tetap diam mendengarkan jeritan adiknya. Adikku yang manja itu selalu berteriak-teriak kalau bersemangat.
"Kak, kakak dimana? Semalam kenapa ga pulang, Alisa tungguin tapi kakak ga pulang-pulang? Kakak dimana, mau pulang kapan? Kak pulang dong? Kaaaak, aku ngomong kok ga dijawab siy? Kak, kakak memangnya dimana siy?!!!" rengekan Alisa histeris dari balik telepon, sepertinya pidatonya akan segera dimulai. Alisa mengambil napas lalu lanjut lagi mengulang pertanyaan yang sama.
"Kak Aji, jawab dong? Kak pulang dong, aku janji akan ngobrol sama Mama, Mama pasti bisa berubah Kak, Mama bisa berubah kok mas keputusannya, kita bicarakan baik-baik ya kak, jangan pergi seperti ini, masalah ga akan selesai mas kalau mas pergi begini. Kak janji ya pulang ya? Kakak ngga kangen sama aku? Aku sendirian mas di rumah." serunya tanpa henti, setelah berulang kali mengulang pertanyaan yang sama, akhirnya Alisa lebih kalem.
Aku memandang langit-langit rumah tetapi pikiranku ke rumah dimana adikku yang selalu kesepian ditemani Bi Ijah. Aku sedih kalau memikirkan adikku yang sendirian di rumah itu, tapi aku sudah tidak tahan lagi tinggal di sana.
"Kak?" Panggil Alisa lagi kali ini dengan nada sedih. Nadanya sedih sekali, sampai - sampai Aku tidak tega untuk tidak menjawabnya.
"Ya Al?" jawab Aji akhirnya pelan. Al, panggilan sayangku pada adik perempuan satu-satunya itu.
“Kak, ... masih belum mau pulang yah?" tanya Alisa ikut menurunkan desibel suaranya. Akhirnya Alisa berhenti bersikap histeris.
”Belum, aku butuh waktu sendiri.” jawabku, aku tidak akan kembali kedalam rumah itu lagi, pikirku dalam hati.
“Tapi kak, Alisa janji kak, aku akan bicara sama Mama kak. Kakak pulang dulu yuk, ayo kita bicara kak, jangan pergi begitu saja kak?” jerit Alisa tanpa sadar suaranya naik beberapa desibel lagi.
Tok Tok Tok, pintu diketuk tiga kali samar-samar terdengar dibalik teriakan Alisa. Sepertinya ada yang mengetuk pintu, Aku menjauhkan handphone ku dari telinga dan mencoba menutup suara jeritan Alisa dengan tanganku, mencoba mendengar.
“Alisa sebentar.” ujarnya singkat, tetapi Alisa tidak mau mendengar, dia kembali mengulang - ulang lagi perkataannya dengan histeris.
"Janji kak, janji ya kak pulang hari ini?" jeritnya lagi semakin keras
Tok Tok Tok, Tiga ketukan berulang lagi, yang berarti aku tidak salah dengar, memang ada orang yang mengetuk pintu kamarnya. Aku berdiri menghadap kearah pintu.
“Serius Alisa, coba diam sebentar!” seruku kepada Alisa. Alisa terdiam sebentar kaget karena suaraku yang lebih keras dari biasanya.
“Memang ada apa sih? kakak lagi dimana, lagi sama siapa?” tanyanya ketus setelah berhasil pulih dari keterkejutannya, suaranya kembali menggelegar.
“Aji, makan yuk” terdengar suara Bella dari luar. Ternyata Bella.
“Ada apaan siiih?” tanya Alisa mulai sebal, setelah sadar Aji sudah tidak konsen lagi dengan jeritannya. Aji menyesal menyalakan handphonenya sekarang.
“Kak, kakak jawab donk kak, kakak lagi dimana siy? kakak sama siapa?” ulang Alisa semakin menjadi-jadi sekarang, suaranya menjadi rengekan yang menjengkelkan. Aku semakin juga menyesal mengangkat teleponnya.
“Aji, kalau mau makan, datang aja yah ke ruang makan.” Aku mendengar suara Bella lagi, kali ini terasa ada ancaman didalamnya. Aku berjalan mendekati pintu kamarnya.
"Siapa itu kak?" tanya Alisa yang tidak aku gubris.
“Ajiiii.” panggil Bella lebih keras. Sepertinya Bella sudah tidak sabar. Aku segera membuka pintunya cepat - cepat agar Bella tidak marah.
Tiba-tiba Bella jatuh terjerembab menimpaku. Aku walau kaget dengan refleks menangkap Bella yang terjatuh, Handphone-ku terlempar jatuh saat ia mencoba merengkuh Bella kepelukannya agar Bella tidak jatuh ke lantai.
Semerbak wangi vanila yang kini menjadi favoritnya menyerbunya.
“Aduh.” desah Bella kesakitan dengan mengerutkan matanya.
Jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat. Aku kaget sekali Bella berada di dekapannya seperti ini. Bella membuka matanya terbelalak karena kaget menatap mataku
“Siapa itu?” tanya Alisa penuh rasa ingin tahu.
“Maaf.“ seruku dengan suara tercekat kepada Bella. Aku merasa tidak enak telah memeluk Bella untuk kedua kalinya hari ini. Badan Bella terasa hangat dipelukanku.
“Kak Aji lagi dimana, mas lagi sama siapa? Kok suaranya perempuan?” suara Alisa terdengar lagi jauh di bawah kolong tempat tidur.
Bella mencoba berdiri, aku juga segera melepaskan pelukannya tapi rambut Bella tersangkut di kancing depan kaus poloku.
“Aduh!!” jeritnya kesakitan lagi. Tangannya langsung merengkuh rambutnya yang tersangkut, Bella menarik-narik rambutnya dengan panik.
“Maaf, ujarku dengan singkat, walaupun tidak mengerti mengapa harus meminta maaf, tapi aku tidak tahu harus bicara apa lagi. Bella masih menarik-narik rambutnya dengan kasar.
“Rambutku nyangkut!” ujar Bella sepertinya sangat kesakitan sambil terus mencoba menarik rambutnya walau kesakitan.
“Kak Ajiiii!” jerit Alisa menyadarkanku yang bingung harus bagaimana. Aku segera mencoba melerai rambut Bella dari kancingnya. Jemari mereka bertemu, Bella segera menarik tangannya.
“Sabar, aku coba lepasin dulu.” seruku pelan. Bella akhirnya diam tidak lagi menarik rambutnya dengan paksa, menuruti apa kataku. Aku dengan sabar mencoba mengurai rambut Bella yang panjang itu, berusaha seminimal mungkin agar dia tidak kesakitan.
“Bella, rambutnya sudah lepas.” kata Aji setelah beberapa lama setelah berhasil melepaskan semua untaian rambut Bella yang tersangkut di kancing bajunya. Bella segera menarik tubuhnya. Tubuhku akhirnya terbebas dari Bella, anehnya aku merasa kehilangan.
“Oh, ya udah, ayo ikut makan, mama masak sayur lodeh loh!” jawab Bella cepat.
Dia segera berdiri dan berjalan keluar dari kamarku. Tapi ternyata rambut bagian belakang Bella berantakan sekali karena tadi tersangkut. Takut dipikir macam-macam aku segera bangkit untuk mengejar Bella. Tiba-tiba Alisa berteriak.
"KAK AJIIII!" Aku tersentak kaget, lalu teringat dengan handphone ku yang terjatuh tadi. Aku segera meraihnya di bawah kasur untuk mengambilnya.
“Sebentar ya, nanti kakak telepon lagi.” aku menjawab cepat Alisa yang merengek.
“Tapi mas, tadi itu siapa? jerit Alisa di balik telepon, dia masih bertanya-tanya. Aku langsung mematikan handphone ku, dan mengejar Bella.
“Bella.” panggilnya mendesak dengan suara lirih agar tidak didengar yang lain, Bella memutar badannya pelan.
“Ada apa?” jawabnya mendekat tapi malah menatap kakiku. Aku segera memutar badan Bella dengan lembut, dan merapihkan rambut belakang Bella yang kusut.
“Sebentar.” ucapku pelan masih merapihkan rambut Bella dengan jemarinya selembut mungkin, untungnya Bella hanya diam dan menurut sehingga aku bisa merapihkannya dengan cepat lalu menepuk lembut pundak Bella.
“Sudah.” aku berkata pelan dan mendorong Bella halus untuk kembali berjalan keruang makan lalu berjalan dibelakangnya mengikutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Diah Fiana
Like hadir lagi 👍
Semangaatt kakak 💪😘
Cek episode baruku yuk 😉
2021-04-15
1
sariz07
cerewet bet adeenyaaa
salam
Pasangan Terbaikku
2021-03-22
1
👑Meylani Putri Putti
hati ku juga di teror sama kamu ajii. sebagai tanda cinta aku kasi,like, rate dan vote deh
2021-02-15
2