Terperangkap dan tertangkap

Mama meninggalkan rumah dengan cepat, kunci mobil ditangan, list belanjaan sudah ada di tas. Aman kah Bella ditinggal dengan Aji? Tetapi Bella juga biasanya hanya di kamar saja, Aji terlihat seperti anak yang baik-baik, dia sopan walau cenderung pendiam.

Kemarin malam saat Roni pulang kerja,  tiba-tiba saja membawa teman untuk menginap, katanya teman SMA nya, dulu seingat mama, Roni memang banyak teman.

Tapi sepertinya yang bernama Aji ini baru pertama kali main ke rumah. Kemarin, Aji seperti linglung dan bingung, Mama membayangkan jika Roni seperti itu, jauh dari rumah, kebingungan, sungguh kasihan sekali anak ini. Sepertinya Aji kabur dari rumah, atau malah diusir dari rumah? Mama bertanya-tanya dalam hati.

Roni berumur 27 tahun, berati Aji seumuran, seharusnya dia sudah bekerja seperti Roni, tapi kalau mama perhatikan sepertinya Aji tidak berkerja.

Roni hanya bercerita kalau Aji perlu bermalam dalam beberapa hari, untung kamar depan sudah di rapihkan. Mama masuk kedalam mobilnya dan mulai konsentrasi menyetir.

Cuaca sangat cerah, baguslah cuciannya akan kering semua, Ia baru mengganti seprai di ruang depan dan mencuci selimutnya untuk kedatangan Aji.

Mama termasuk mahir dalam menyetir, mama sudah menyetir sejak masa mudanya. Dalam waktu singkat mama sudah sampai ke pasar. Dengan cepat ia sudah membeli semua barang-barang yang ada di daftarnya tadi.

Tiba-tiba terdengar bunyi petir, dan hujan turun dengan cepat. Mama tidak bisa kembali ke mobilnya yang diparkir diluar. Dengan kesal dia masuk ke salah satu kedai kopi susu sambil menunggu hujan reda.

Dia masuk sambil menepiskan rambutnya yang terjatuh di keningnya. Plastik belanjaan penuh ditangan kanan kirinya. Kedai kopi itu cukup penuh, sepertinya banyak yang terperangkap tidak bisa pulang seperti mama. Mama memperhatikan sekelilingnya, tidak ada meja kosong. Tiba-tiba ada yang memanggil.

“Ibu Rudi, ibu Rudi kan?” panggil sekelompok ibu-ibu di pojok ruangan. Aduh itu ibu Sabine, mama mencoba menghindar, pura-pura tidak lihat. Tetapi malang, Ibu Sabine malah berdiri menghampirinya.

“Bu Rudi, waduuh sudah lama ga ketemu ya buk.” tegur nya dengan keramahan yang berlebihan. Matanya berbinar-binar karena menemukan bahan gossip baru. Di meja belakang ada ibu Toni dan  Ibu Rangga. Trio gosip di komplek mereka. Mama sekarang benar-benar tertangkap tanpa persiapan.

“Hujan deras ya bu?" tanya  bu sabine basa basi.

"Jaman sekarang cuaca ga bisa di tebak ya bu, tadi terik sekarang hujan badai, sini duduk bareng sama kami, capek kan tuuh berdiri bawa belanjaan segitu banyak.” lanjutnya lagi melirik ke belanjaan di tangan mama sambil mendorong halus tapi pasti, mama ke mejanya.

“Hayuk, bu duduk dulu, ngopi dulu yuk, hujannya seperti nya awet lho bu.” sapa ibu Toni tersenyum lebar.

“Duduk sini bu.” ajak bu Rangga menepuk kursi disampingnya, Ibu Sabine duduk didepannya persis. Dengan pasrah mama duduk dan meletakkan belanjaan di lantai, tangannya memang agak pegal, belanjaannya tadi cukup banyak.

“Mba, tolong ya teman saya mau pesan” Bu Sabine memanggil pelayan dengan suara yang cukup keras, membuat beberapa orang di dalam café memperhatikan dia. Menyadari banyak yang memperhatikan, Bu Sabine semakin menjadi-jadi.

“Cepat ya mba, kasihan nih sudah haus” pekiknya memandang mama dengan penuh arti.

Mama tersenyum kecut, sangat menyesal sekarang masuk ke kedai kopi ini. Di pasar ini ada banyak kedai kopi dan restoran, kenapa dia tadi harus melangkah ke kedai kopi yang ini, pikir mama sambil mendesah panjang tanpa dia sadari.

“Ada apa Bu Rudi? Capek yah, begitulah anak jaman sekarang yah, mamanya kok dibiarin sendirian, anak suka lupa yak kalo kita semakin tua ya bu.” ujar Bu Toni sok tau. Mama menoleh ke arah Bu Toni cepat sekali sampai lehernya agak sakit.

“Waduh Bu Toni bisa aja gosipnya” balasnya dengan agak ketus. Bu Toni melihat mama agak emosi malah makin semangat.

“Jangan malu lah bu, sama kita-kita ini, anak -anak kalau sudah makin besar memang suka lupa sama orang tua.“ kemarin ya saya minta tolong buat Janice untuk membukakan pintu garasi aja ga mau lho bu, malah sibuk tiktokan tu anak. " balas Bu Rangga membenarkan bu Toni, yang mengangguk - angguk dengan semangat. Mama baru saja mau membalas tapi pelayan datang.

“Maaf, mau pesan apa?” katanya sopan.

“Waduh lama sekali ya baru datang” tegur Bu Sabine ketus. Gadis malang itu kaget tiba-tiba dimarahi.

“Maaf bu, saya kemari secepat mungkin.“ jawabnya pelan membela diri.

“Eh masi ngejawab lagi. Temen saya mau pesan tau!” balas Bu Sabine tidak mau kalah. Gadis itu menunduk diam. Mata orang-orang yang duduk sekitar mereka mulai memperhatikan lagi.

“Saya mau es kopi saja nak” kata mama dengan ramah. Gadis itu tersenyum terima kasih ke mama.

“Baik akan saya siapkan segera” ucapnya kembali ke belakang.

“Tuh seperti itu deh anak jaman sekarang, sudah ga ada sopan santunnya. Berani balas omongan orang tua” dengus Bu Sabine membenarkan tindakannya, teman-temannya ikut-ikutan mengangguk.

Mama melihat arah luar, kenapa sih masih hujan, rasanya jadi ingin hujan-hujanan saja tadi, pikirnya dengan merana.

“Bu Rudi, gini lho, kita punya arisan kita-kita, sedikit ajah, tapi yang penting kumpul lho, kan enak lho sambil nabung kita bisa bisa kumpul-kumpul begini, enak kan bisa ‘me-time’ begini. Jarang lho mommies seperti kita bisa kumpul-kumpul, tapi wajib bu biar ga gila kita di rumah, ya kan ibu-ibu.“ seru Bu Sabine panjang lebar tanpa mengambil napas.

“Iya bu Rudi, ga usah gede-gede, kecil-kecilan ajah cuma jadi alasan kita kumpul ajah, lima juta bisa kan ya Bu ibu?" ajak Bu Rangga.

“Eh eh, maaf ya bu ibu, sepertinya kalau cuma lima juta saja ga seru lah ya, moso siy totalnya hanya dua puluh juta saja. Tambahin Lah, atau ajak lagi biar banyak, siapa ya? ada ide?” timpal bu Toni melempar poni dengan jarinya seraya memperlihatkan cincinnya yang berkilauan.

“Bu Toni jangan begitu dong, kan ga semuanya bisa kek Bu Toni, bulanannya gede dari si bapak. Kalo suami saya mah cuma bisa kasih pas-pasan, lima juta dah berat loh buat saya bu” protes Bu Rangga dengan wajah dikerucutkan.

“Lihat tuh, cincinnya baru lagi loh Bu Rudi” sambung Bu Rangga mengambil jari bu Toni yang kegirangan memperlihatkan cincin berkilauan itu ke mama. Mama rasanya mau teriak saya tidak peduli, lalu lari ke pintu keluar. Tapi yang dia lakukan hanya mengangguk, karena si gadis pelayan sudah datang membawa es kopinya, syukurlah.

“Lama sekali datangnya. Service café ini kurang ya” ujar bu Sabine, ketika si Gadis menaruh es kopi mama.

“Keknya lebih oke café yang diujung sana tuh, lain kali kita ke sana saja yuk.” ajak Bu Sabine berbisik ke bu Toni dengan suara keras agar gadis itu mendengar. Gadis itu pura-pura tidak dengar hanya tersenyum sedih kearah mama.

“Silahkan diminum ibu” ujarnya segera pergi. Mama mengangguk meminta maaf.

Mama segera meminum es kopinya, rasanya segar mendinginkan tubuhnya, dengan duduk sebentar disitu badannya langsung terasa panas.

“Jadi gimana nih, mau berapa kita arisannya? Kalau lima juta sudah oke, orangnya aja kita tambah, ada yang bisa diajak ga?” Ajak bu Rangga masih semangat. Mama sebenarnya tidak mau ikutan tapi bingung mencari alasan.

“Waduh arisan ya? saya sudah ikut banyak arisan.” tolaknya secara halus lalu menyeruput kopinya yang manis. Matanya melirik hujan yang masih deras.

“Wah, jangan gitu dong bu, kita kan dah lama nih ga kumpul-kumpul sejak anak-anak lulus-lulusan. Walau rumah kita berdekatan, tapi susah kalau ga ada alasan buat kumpul, pasti nanti ada aja alasan biar ga jadi ketemu.” balas bu Rangga tidak terima penolakan mama.

“Iya bu, kan cuma lima juta saja, apalah artinya buat Bu Rudi, ye kaaan.“ timpal Bu Sabine sambil menepuk pundak mama, yang lain langsung tertawa dibuat-buat. Hujan cepatlah selesai, baru sebentar duduk disini, mama merasa lelahnya sudah seharian.

“Bu Putra aja gimana, dia kan orangnya asik juga tuh!” ajak Bu Rangga tiba-tiba. Mama terkesiap mendengar nama itu. Ia segera menyeruput es kopinya pura-pura tidak dengar.

“Bu Putra kan tinggal di sebelah Ibu Rudi persis kan ya bu." Bu Sabine bertanya dengan mata berbinar-binar. mama masih sibuk dengan es kopinya, dia dengan sengaja berlambat-lambat meminumnya.

"Coba di kontek-kontek bu, kan dulu ibu dekat dengan Bu Putra?” desis Bu Sabine memandangi mama menunggu jawaban.

"Eh Iya bener,  bukanya dulu calon besan tuh?" balas Bu Toni tersenyum penuh arti sambil menyikut Bu Rangga yang tertawa kecil. Mama memandangnya dengan kesal tidak siap menjawab.

“Eh, mereka kan sudah pindah.” dia menjawab singkat lalu menyeruput lagi kopinya tanpa sadar menghabiskan kopinya.

“Waduh, Bu Rudi haus sekali ya, mau pesan lagi bu? tanya Bu Toni lambat-lambat. Mama menggeleng cepat. Hujan mulai mereda seharusnya ataupun jika belum mama sudah tidak tahan lagi, dia harus segera pergi.

“Saya harus pergi, ada yang saya lupa beli nih, haduh bagaimana siy saya nih makin pelupa saja, padahal saya kemari buat beli itu eh malah itu yang kelupaan. Tolong ya, saya titip bayar.” serunya cepat sambil melempar uang lima puluh ribuan ke meja, lalu segera mengambil belanjaannya di lantai.

“Wah jangan pergi dulu bu Rudi kita belum fix nih tentang arisannya. Lima juta ibu oke kan?” panggil bu Rangga memohon. Bu Sabine tersenyum sinis.

"Mau beli apa lagi siy, itu belanjaannya dah banyak, nanti bawanya susah lho ibu, titip sini saja, nanti balik kesini, saya jagain, amaaan" ujar Bu Toni melihat ke arah belanjaan mama. Bu Sabine mengangguk-angguk semangat.

“Atau mau diturunkan bu jadi satu juta aja, biar ga berasa keluarin nya, anggap aja makan siang? Bu Sabine berkata dengan cepat tangannya menahan tangan mama.

“Aduh saya bener-bener harus pergi nih, nanti takut saya lupa lagi.” alasan mama memaksa melepaskan tangannya dari jepitan tangan Bu Sabine, tapi Bu Sabine malah mencekram tangganya lebih kuat lagi sambil terus memandang mama.

"Saya ga mo ngerepotin, saya bawa aja belanjaannya, ga apa-apa, nanti langsung taruh di mobil." gumamnya sambil menarik lagi tangannya.

“Jadi mau ya bu, satu juta saja deh, nanti saya invite WA grup nya yah. Jangan lupa ya bu. Nanti saya ajak yang lain juga deh biar banyakan.” ujarnya masih memandangi mama.

Mama dengan berat hati terpaksa mengangguk. Ia sekarang ingin kabur secepat mungkin dari situ. Bu Sabine tersenyum senang lalu melambaikan tangannya yang bercat merah tua.

“Iyah, nanti undang aja ya.” serunya cepat, berpikir untuk mengganti nomor hapenya, separuh berlari menuju pintu keluar. Mama lega sekali begitu menghirup udara luar.

Ternyata masih hujan deras dengan petir yang menggelegar, tapi mama lega, akhirnya lepas juga dari sarang ular. Ia melirik kedalam dimana ibu-ibu tadi masih duduk. Ibu- Ibu itu melambaikan tangan nya dengan penuh semangat.

“Nanti saya japri ya bu.“ jerit Bu Sabine yang terdengar jelas, padahal pintu kedai kopi itu sudah tertutup. Mama segera sengaja masuk ke dalam pasar lagi agar tidak dipikir bohong, lebih baik dia berjalan-jalan saja didalam sampai hujan reda.

Terpopuler

Comments

Bayangan Ilusi

Bayangan Ilusi

Haduuh.. ibu² dimana² memang kek gitu ya..😆

2021-04-12

1

Diah Fiana

Diah Fiana

like hadir lagi👍
semangat kak 😉

2021-04-06

1

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

lanjuuuttt kak

salam ASIYAH AKHIR ZAMAN 💃💃💃💃

2021-03-21

1

lihat semua
Episodes
1 New Chapter
2 Melarikan diri atau diselamatkan?
3 Kakak yang jahil
4 Siapakah dia?
5 Saat terasa nyaman
6 Ditelan Bumi
7 Kecerobohan yang membuat geli
8 Terperangkap dan tertangkap
9 Adik yang kehilangan
10 Mengulang Waktu
11 Dipeluk
12 Mama yang sudah tua
13 Si Pelupa
14 Hanya menolong
15 Sayur Lodeh dan Telor Dadar
16 Teman yang penasaran
17 Jangan Sampai Melakukan Kesalahan Lagi
18 Jantung yang berdebar-debar
19 Pria yang menyesal
20 Kekesalan Alisa
21 Mantan Yang Terindah
22 Perasaan yang baru
23 Ada Rahasia
24 Ice Cream Membawa Hujan
25 Dia yang Bingung
26 Si Playboy
27 Mama yang memperhatikan
28 Pria yang Mulai Berharap
29 Kemarahan atau Penyesalan
30 Makan Malam Keluarga
31 Pagi yang cerah
32 Prasetyo Aji
33 Seseorang yang Berbeda
34 Kecupan yang Manis
35 Terulang kembali
36 Tiba-tiba rapih
37 Kesendirian
38 Bos yang menakutkan?
39 Menyadari ketika terlambat
40 Mengunjungi masa lalu
41 Ketika Dia Pergi
42 Kekecewaan yang mendalam
43 Penderitaan di Masa Lalu.
44 Meminta maaf
45 Matahari Terbit Dari Barat.
46 Ketika Mimpi Menjadi Kenyataan
47 Tiba-tiba Hening
48 Seorang Suami
49 Makan Mie
50 Diusir
51 Kenapa Ma?
52 Bella Si Pemarah
53 Seseorang yang Asing
54 Aku Semua Yang Kamu Butuhkan
55 Resmi
56 Jangan Nakal Ya
57 Berdua di Rumah
58 Maafkan Aku
59 Dimana Aji?
60 Kesalahan Fatal
61 Berbagai mimpi
62 Kesalahan kedua
63 Tolong Urus Aku
64 Hati yang bergemuruh
65 Dinding yang runtuh
66 Permintaan Maaf
67 Menjadi Musuh
68 Akhirnya Aku Mengingat Mu
69 Aku Ada Disini
70 Kenyataan Yang Menyakitkan Hati
71 Dejavu
72 Aku Aji
73 Pak Suami
74 Ingatan yang Kembali
75 Mengagumimu
76 Kunjungan pertama
77 Mencoba mengingatnya
78 Obsesi
79 Berdua lagi di Rumah
80 Rangkaian Memori
81 Mencari koin
82 Cemburu
83 Hari Sabtu
84 Nasi goreng Kak Roni
85 Dilarang senyum
86 Malam Minggu
87 Malam Yang Tidak Akan Aku lupakan
88 Aku Sebenarnya Kecewa
89 Aku Benci Hari Senin
90 Bertemu dokter
91 Kepedihan ku
92 Andai saja
93 Kenapa?
94 Alisa Pratiwi
95 Hidup dalam Aquarium
96 Menikah Dengan Mu
97 Kini Aku bersamamu.
98 Kemana Kak Aji?
99 Aku ikut
100 PTSD
101 Di Bengkel
102 Sop Iga
103 Bertengkar
104 Mengikuti Mu
105 Janji Ingkar Mati
106 Sangkar Emas
107 Memulai Sesuatu Yang Salah
108 Schuberg Indonesia
109 Aku Menyukai Mu
110 Terima Kasih
111 Selamat Tinggal
112 Aku Yang Beruntung
113 Kedua Gadis Kembar
114 Wanita Bermata Kucing
115 Aku Takut
116 Kresek Kresek
117 Diujung Kantuk
118 Hanya Pengganti
119 Tembok Yang Terpasang
120 Dia Tidak Perlu Tahu
121 I Love You
122 Kakak Ipar
123 Berada Dalam Mimpi
124 Aku Pasti Gila
125 Terpukau
126 Terharu
127 Gaun Yang di Tukar
128 Roni Tolong Aku
129 Dia Tunangan Ku
130 Wanita yang Pernah Dicintai nya?
131 21 Juni
132 Terakhir Kali
133 Dia Yang Telah Pergi
134 Oslo, Norwegia
135 Aku pasti bermimpi
136 Aku Harus Melupakanmu
137 Berselingkuh
138 Setelah Tiga Bulan
139 Chopin Etude Op 10 no. 3
140 Adik Ipar Ku Yang Malang
141 Obsesi Mama
142 Bekerja Magang
143 Ketika Rindu Melanda
144 +47
145 Bertemu Kembali
146 Pergi Ke Sana
147 Pergi Menemuinya
148 Disaat Pandangan Bertemu
149 Mencari Kekasihku
150 Akhirnya Aku mendapatkan Mu
151 Ada Yang Cemburu
152 Diam Dan Dengarkan Aku
153 Badai Salju
154 Terlalu Bahagia
155 Visa 90 hari
156 Harus Pulang
157 Selimut
158 Bukan Pacar Yang Baik
159 Hari Terakhir
160 Aku Akan Pulang
161 Kembali ke Jakarta
162 Mari Kita Berteman
163 Melakukan Kewajibanku
164 Pergi Saja Kamu!
165 Kami Akan Menikah
166 Kata pertama Pa...pa
167 Nanti Bosan
168 Sepanjang Jalan Kenangan
169 Aku Marah
170 Saling Jujur
171 Bella Nakal
172 Mencoba Peruntungan
173 Aji Yang Berubah
174 Semua Salahku
175 Keluarga Pak Prasetyo Aji
176 Kehilangan Ingatan
177 Kirim Undangan
178 Si Pahlawan Tampan
179 Menjadi Artis Dadakan
180 Aku Was Was
181 Terpesona, Aku Terpesona
182 Acara Yang Aku Paling Tunggu
183 Hari Bahagia
184 Malam Pertama
185 Bahagia bersamamu
186 Malam Entah Keberapa
Episodes

Updated 186 Episodes

1
New Chapter
2
Melarikan diri atau diselamatkan?
3
Kakak yang jahil
4
Siapakah dia?
5
Saat terasa nyaman
6
Ditelan Bumi
7
Kecerobohan yang membuat geli
8
Terperangkap dan tertangkap
9
Adik yang kehilangan
10
Mengulang Waktu
11
Dipeluk
12
Mama yang sudah tua
13
Si Pelupa
14
Hanya menolong
15
Sayur Lodeh dan Telor Dadar
16
Teman yang penasaran
17
Jangan Sampai Melakukan Kesalahan Lagi
18
Jantung yang berdebar-debar
19
Pria yang menyesal
20
Kekesalan Alisa
21
Mantan Yang Terindah
22
Perasaan yang baru
23
Ada Rahasia
24
Ice Cream Membawa Hujan
25
Dia yang Bingung
26
Si Playboy
27
Mama yang memperhatikan
28
Pria yang Mulai Berharap
29
Kemarahan atau Penyesalan
30
Makan Malam Keluarga
31
Pagi yang cerah
32
Prasetyo Aji
33
Seseorang yang Berbeda
34
Kecupan yang Manis
35
Terulang kembali
36
Tiba-tiba rapih
37
Kesendirian
38
Bos yang menakutkan?
39
Menyadari ketika terlambat
40
Mengunjungi masa lalu
41
Ketika Dia Pergi
42
Kekecewaan yang mendalam
43
Penderitaan di Masa Lalu.
44
Meminta maaf
45
Matahari Terbit Dari Barat.
46
Ketika Mimpi Menjadi Kenyataan
47
Tiba-tiba Hening
48
Seorang Suami
49
Makan Mie
50
Diusir
51
Kenapa Ma?
52
Bella Si Pemarah
53
Seseorang yang Asing
54
Aku Semua Yang Kamu Butuhkan
55
Resmi
56
Jangan Nakal Ya
57
Berdua di Rumah
58
Maafkan Aku
59
Dimana Aji?
60
Kesalahan Fatal
61
Berbagai mimpi
62
Kesalahan kedua
63
Tolong Urus Aku
64
Hati yang bergemuruh
65
Dinding yang runtuh
66
Permintaan Maaf
67
Menjadi Musuh
68
Akhirnya Aku Mengingat Mu
69
Aku Ada Disini
70
Kenyataan Yang Menyakitkan Hati
71
Dejavu
72
Aku Aji
73
Pak Suami
74
Ingatan yang Kembali
75
Mengagumimu
76
Kunjungan pertama
77
Mencoba mengingatnya
78
Obsesi
79
Berdua lagi di Rumah
80
Rangkaian Memori
81
Mencari koin
82
Cemburu
83
Hari Sabtu
84
Nasi goreng Kak Roni
85
Dilarang senyum
86
Malam Minggu
87
Malam Yang Tidak Akan Aku lupakan
88
Aku Sebenarnya Kecewa
89
Aku Benci Hari Senin
90
Bertemu dokter
91
Kepedihan ku
92
Andai saja
93
Kenapa?
94
Alisa Pratiwi
95
Hidup dalam Aquarium
96
Menikah Dengan Mu
97
Kini Aku bersamamu.
98
Kemana Kak Aji?
99
Aku ikut
100
PTSD
101
Di Bengkel
102
Sop Iga
103
Bertengkar
104
Mengikuti Mu
105
Janji Ingkar Mati
106
Sangkar Emas
107
Memulai Sesuatu Yang Salah
108
Schuberg Indonesia
109
Aku Menyukai Mu
110
Terima Kasih
111
Selamat Tinggal
112
Aku Yang Beruntung
113
Kedua Gadis Kembar
114
Wanita Bermata Kucing
115
Aku Takut
116
Kresek Kresek
117
Diujung Kantuk
118
Hanya Pengganti
119
Tembok Yang Terpasang
120
Dia Tidak Perlu Tahu
121
I Love You
122
Kakak Ipar
123
Berada Dalam Mimpi
124
Aku Pasti Gila
125
Terpukau
126
Terharu
127
Gaun Yang di Tukar
128
Roni Tolong Aku
129
Dia Tunangan Ku
130
Wanita yang Pernah Dicintai nya?
131
21 Juni
132
Terakhir Kali
133
Dia Yang Telah Pergi
134
Oslo, Norwegia
135
Aku pasti bermimpi
136
Aku Harus Melupakanmu
137
Berselingkuh
138
Setelah Tiga Bulan
139
Chopin Etude Op 10 no. 3
140
Adik Ipar Ku Yang Malang
141
Obsesi Mama
142
Bekerja Magang
143
Ketika Rindu Melanda
144
+47
145
Bertemu Kembali
146
Pergi Ke Sana
147
Pergi Menemuinya
148
Disaat Pandangan Bertemu
149
Mencari Kekasihku
150
Akhirnya Aku mendapatkan Mu
151
Ada Yang Cemburu
152
Diam Dan Dengarkan Aku
153
Badai Salju
154
Terlalu Bahagia
155
Visa 90 hari
156
Harus Pulang
157
Selimut
158
Bukan Pacar Yang Baik
159
Hari Terakhir
160
Aku Akan Pulang
161
Kembali ke Jakarta
162
Mari Kita Berteman
163
Melakukan Kewajibanku
164
Pergi Saja Kamu!
165
Kami Akan Menikah
166
Kata pertama Pa...pa
167
Nanti Bosan
168
Sepanjang Jalan Kenangan
169
Aku Marah
170
Saling Jujur
171
Bella Nakal
172
Mencoba Peruntungan
173
Aji Yang Berubah
174
Semua Salahku
175
Keluarga Pak Prasetyo Aji
176
Kehilangan Ingatan
177
Kirim Undangan
178
Si Pahlawan Tampan
179
Menjadi Artis Dadakan
180
Aku Was Was
181
Terpesona, Aku Terpesona
182
Acara Yang Aku Paling Tunggu
183
Hari Bahagia
184
Malam Pertama
185
Bahagia bersamamu
186
Malam Entah Keberapa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!