Aku menatap nanar ke lantai dimana foto itu terjatuh. Aku terkejut dan benci. Aku benci melihat foto itu. Aku benci menyadari kalau foto itu masih memberikan rasa sakit di hatiku. Tanpa sadar ada air mata mulai tergenang di pelupuk mataku.
Aku berdiri hendak mengambil foto itu, tiba-tiba angin dingin masuk bertiup kencang meniup foto itu, disusul dengan bunyi petir. Sepertinya akan hujan besar, tiba-tiba saja cuaca berubah 180 derajat. Panas terik matahari digantikan dengan awan hitam tebal, sepertinya akan terjadi badai.
Aku segera mengambil foto itu lalu meletakkannya di laci lemari meja belajarku. Sebaiknya jendela kamarku yang terbuka lebar aku tutup. Mama memang selalu membuka jendela kamar lebar-lebar, menurutnya sinar matahari adalah obat yang terbaik, tapi kadang lupa untuk menutupnya jika turun hujan, akhirnya separuh kamarku ikut basah.
Sambil menghela napas karena malas, aku menutupnya lalu matanya menangkap sesosok pria dibawah, Aji sedang mencoba mengangkat jemuran dengan cepat. Aji sedang mengangkat jemuran celana dalamku!!!!
OH TUHAAAAN… Dengan secepat kilat aku segera berlari turun kebawah mencoba menyelamatkan harga diriku sekali lagi. Aku berlari sekuat tenaga, beberapa anak tangga pun aku lompati sehingga kakiku agak terkilir sedikit.
Pria jangkung itu masih mencabuti celana dalamku yang digantung Mama di gantungan yang berupa seperti payung terbalik ketika angin sudah mulai kencang.
Aku datang dengan kaki terpincang- pincang. Walau terkena dinginnya angin, tapi wajahku rasanya panas sekali.
“Aji.., Biar aku, biar aku aja yang ambil itu!” ucapku tak sengaja membentak Aji sambil menarik celana dalamku yang ada ditangannya.
Pria itu sepertinya tidak sadar apa yang dia pegang, Ia lalu sekilas melihat apa yang dia sudah tarik dari tadi, tanpa sadar ia langsung melempar semuanya itu ke Bella.
“Maaf, maaaf… Aku hanya mau bantu.” ucapnya tertahan.
Wajahnya ikut memerah. Hujan mulai turun setetes demi setetes. Aku langsung sok sibuk mengangkat baju yang lain. BH ku terutama, jangan sampai Aji melihatnya. Aji lalu ikut membantu mengambil jemuran yang lain.
Setelah bolak-balik beberapa kali untuk mengambil jemuran, akhirnya selesai juga. Kenapa mama harus mencuci seprai dan selimut disaat seperti ini? Kami meletakkan pakaian kering dan semi kering di ruang seterika.
Aku mulai memilah-milah baju mana yang sudah kering mana yang masih harus dijemur ulang. Dalam hati aku berharap Aji segera meninggalkanku, yang masih malu. Tetapi Aji malah masih berdiri disitu, karena melihat apa yang aku lakukan, dia ikut membantu memilah-milah baju juga.
Keheningan yang tidak mengenakkan terjadi kembali. Aku merasa harus mengucapkan sesuatu, tapi aku masih malu mengingat tadi Aji memegang celana dalamku tadi. Aji sendiri asyik melipat baju-baju yang sudah kering.
Oh Tuhaaaaan dalam hari ini sudah 2 kali rasanya aku berharap ditelan bumi.
Karena dikerjakan berdua, semua baju sudah terpilah dan yang masih semi basah sudah tergantung rapih tanpa menghabiskan waktu yang banyak.
Setelah pura-pura sibuk dengan baju, sekarang aku bingung harus bagaimana, hening dalam ruangan sangat terasa karena diluar hujan turun deras sekali.
“Terima kasih ya, sudah mau bantuin angkat jemuran” ucapku akhirnya, aku berusaha memecahkan keheningan, berbarengan dengan perkataan Aji.
“Maaf, aku cuma inget pesan mama tadi, suruh angkat jemuran kalau hujan, aku ga ada maksud apa-apa.” ujar Aji terburu-buru. Kami berdua saling menatap kaget, Aku tertawa kecil, Aji tersenyum malu.
“Ga, apa-apa, makasi ya dah bantu.” jawabku pelan sambil memilin bagian bawah kausku. Aji tersenyum tipis lalu beranjak keluar. Aku menghela napas panjang, fiuh kenapa harus pakai hujan segala siy?
Aku melihat tumpukan cucian di pojok ruang seterika, separuh sudah dilipat Aji. Aku melihat tumpukan itu dengan dilema, bantu mama atau langsung naik saja yah, malas sekali seterika semua baju itu ,tumpukan nya banyak sekali. Lalu aku terbersit ide cemerlang di kepalaku, begini saja, aku pisahkan semua baju rumahku, itu saja yang aku bawa keatas, baju rumah dan pakaian dalam buat apa disetrika, lipat saja beres, seperti yang Aji barusan lakukan pikirku senang.
Dengan ini mama kan berkurang pekerjaannya. Aku tersenyum akan kepintaran ku. Selesai memilah-milah, aku membawa gunungan pakaianku secara asal di pelukanku.
Aku segera keluar dari ruang seterika yang terasa pengap. Udara luar terasa sangat segar dan sejuk. Rambutku agak basah terkena hujan tadi, sepertinya aku harus segera mandi kalau tidak mau sakit.
Aji baru keluar dari kamar mandi luar, rambutnya yang agak panjang itu basah setetes air jatuh dari poninya, dia menyibakkan poninya, sehingga wajahnya terlihat jelas. Bentuk matanya yang hitam sempurna sekali. Dia belum sadar kalau aku memperhatikannya dari jauh. Ia tidak mengenakan kaus, hanya celana pendek. Badannya yang kurus berkulit pucat, tanpa sadar mataku terus mengikuti Aji.
Tiba-tiba Aji seperti sadar diperhatikan. Ia memutar badannya dan langsung menatapku yang tertangkap basah memandanginya di belakang tembok.
“Ah… habis mandi yah?” ucapku kaget, Aku salah tingkah. Aji kaget, aku apalagi.
“Iyah, tadi kena ujan sedikit” gumamnya, seperti bingung. Handuknya langsung dia lilitkan ke pundaknya.
Aku malu sekali, kenapa coba aku tadi ga langsung naik malah ngintipin dia dari jauuuuh!!! pikirku mengutukki diri sendiri...
Lagi…
Ini sudah ketiga kalinya hari ini aku minta ditelan bumi.
Aku terdiam kembali, Aji juga terdiam, hening dan canggung.
“Kamu juga sebaiknya mandi, tadi kan kena hujan?“ saran Aji yang ramah memberikan jalan keluar bagiku untuk segera kabur dari situasi aneh ini. Aku langsung mengangguk-angukkan kepalaku.
“Oh iya, iya… mending aku mandi!” seruku bergegas meninggalkan Aji yang masih berdiri memandangiku.
Dan, seperti belum lengkap maluku, pakaian yang aku tadi bawa bergulung-gulung di pelukanku, jatuh didepan kaki Aji.
Yap, lagi-lagi untuk ke empat kali dalam hari ini.
BH dan celana dalam. Lagi.
Kenapa siy hari ini Aku terus-terusan mengalami ini, entah Aji melihat atau tidak, aku tak lagi berani memandangnya, Aku hanya segera meraup semua itu dengan satu tangan dan bergegas naik keatas tanpa bicara apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Ndhe Nii
ternyata tdk hanya aku aj apabila malu segudang berharap menghilang d telan bumi...atau menghipnotis org yg ngeliat... senasib 🤣🤣🤣
2022-03-25
0
Merry Dara Santika
Hh bca nya sampe ngakak. Aduh itu mah aku kadang suka cereboh bgtu
2021-08-04
0
Jujuk
next
2021-05-02
1