Dengan penuh keheningan aku mengikuti mama dari belakang. Langkahku berat, leherku terasa tercekat. Mama pasti berpikir macam-macam, aku merasa sangat bersalah atas tindakanku barusan. Tapi mama harus mau mendengarkan penjelasan ku dahulu, aku benar-benar tidak bermaksud seperti tadi.
Tapi anehnya Bella juga seperti tidak terjadi apa-apa, seakan-akan dia tidak pernah menjerit-jerit seperti tadi, seakan-akan dia tidak pernah memelukku sebegitu eratnya. Aku masih merasakan dekapannya tadi, dan wangi vanila ditubuhnya, aku kembali membayangkan kejadian tadi.
Aku menghela napas yang tertahan dari tadi, sepertinya aku harus mulai mengepak barang barangnya lagi, aku pasti akan segera diusir dari sini. Baru saja aku merapikan barang-barang ku tadi.
Aku juga tak tahu bagaimana nanti harus menghadapi Roni nanti, Roni pasti marah juga padaku. Aku sendiri juga masih heran kenapa tadi aku bisa begitu berani memeluk dan membelai rambut Bella seperti itu. Aku pasti terbawa perasaanku sendiri.
Mungkin aku hanya refleks karena Bella mirip sekali dengan Alisa, jadi aku tak sengaja langsung saja begitu, mungkin, pikirku membela diri.
Tapi aku sungguh menyukai wangi vanilla lembut dari tubuh Bella, Aku masih bisa merasakan wewangian itu dalam khayalku.
Mama tiba-tiba berhenti, sehingga aku hampir menabrak mama di kaki tangga paling bawah. Dia memandangiku dengan kening yang berkerut seakan menungguku untuk menjawabnya.
Aku kebingungan, aku tidak mendengar pertanyaan nya sama sekali, kira-kira tadi mama tanya apa ya? Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri, sampai tidak dengar mama berkata apa.
“Jadi gimana nak Aji? tanya mama tiba-tiba, nada yang dia gunakan seperti dia sudah menanyakan itu untuk keberapa kalinya. Karena bingung aku segera menyimpulkan saja pertanyaan mama, mungkin dia bertanya kapan aku bisa segera keluar dari rumah.
“Mungkin nanti sore bu, tunggu Roni pulang." jawabku singkat, kening mama semakin berkerut.
"Saya ada perlu bicara dahulu dengan dia nanti, handphone saya mati bu, habis baterai, Saya pasti pergi nanti bu.“ sambung ku pelan memandang ke kakinya, aku tidak berani menatap mama lagi. Suara Mama terdengar heran.
“Kamu itu ngomong apa toh Ji?" tanya mama cepat dengan keheranan. Aku memberanikan memandang mama.
"Tante tadi cuma nanya, kamu mau makan siang apa, biar tante masakin makanan kesukaan kamu, kan kamu baru kemari, biar tante tau kamu sukanya makan apa?” ulang mama lagi pelan-pelan seperti menjelaskan ke anak TK satu tambah satu.
Aku makin kaget mendengar mama bicara begitu, aku malah jadi terdiam, memandangi mama dengan heran. Mama menghela napas.
“Ngga usah ngomong yang aneh-aneh lah, kenapa kamu harus pergi? Kamu tinggal disini sampai kamu puas, Oke! Tante mengganggap kamu seperti anak tante karena kamu teman Roni, semua teman Roni dan Bella anak tante juga, tante boleh kan anggep kamu anak?” sambung mama cepat, suaranya makin menggelegar. Aku mengangguk- angguk pelan.
“Juga..., panggil saya tante, ngga usah ibu, seperti saya bu guru ajah” sambung mama sewot.
Aku mendengus menahan tertawa mendengar perbandingan mama, tertawa tidak tepat disaat kondisi ini. Mama memiringkan kepalnya sambil memandangnya menunggu jawabanku.
“Eh iya bu, eh tante.” Jawabku pelan, mulai berani memandang mama. Rasanya lega aku tidak harus keluar dari rumah ini.
Aku sungguh merasa sangat nyaman di rumah ini. Aku tersenyum malu, mama masih memandangiku. Ada dorongan untuk menceritakan kejadian tadi kembali. Mama harus tahu apa yang sebenarnya.
"Tapi tadi, saya bener ga ada maksud.." aku baru mau menjelaskan tapi langsung dipotong oleh mama.
“Nah, sekarang bilang kamu mau makan apa? biar tante buatin?” tanya mama mengulang pertanyaannya lagi.
Aku kebingungan harus menjawab apa, mama sepertinya tidak mau membicarakan kejadian tadi lagi. Tapi selama ini aku makan apa saja yang ada di meja. Aku tidak pernah peduli dengan apa yang aku makan. Aku sudah terbiasa makan terlambat. Kali ini saat ditanya, aku jadi bingung harus menjawab apa, aku tidak pernah memilih.
“Bakso, aku mau makan bakso!” teriak Bella dari atas. Aku kembali malu setelah menyadari kehadiran Bella dibelakang ku, aku segera melompat ke belakang mama. Bella hanya memandang ke mamanya
“Mama tanya Aji bukan kamu. “ jawab mama ketus.
“Maah tapi ujan -ujan begini enaknya kita makan bakso, apalagi Bakso buatan mama paling Te O Peeh. “ bujuk Bella, tidak sepenuhnya mendengarkan jawaban mamanya, semanis mungkin sembari memeluk tangan mama.
“Baksonya masih beku belum dikeluarin dari kulkas, harusnya kalau kamu mau, dari tadi keluarin dari kulkas, jangan tidur ajah!” jawab mama ketus.
Bella mencibir, lucu sekali wajahnya menurutku, Aku memandangi Bella tanpa sadar tersenyum tipis
“Tadi mama beli ikan, ayam, daging, itu yang ga beku.“ jawab mama lagi.
Aku memperhatikan dalam diam, mama dan anaknya itu. Mamanya Bella benar-benar mirip dengan Bella, hanya versi lebih tuanya saja.
“Ahh mamaaaah” ujar Bella lagi, merajuk. Bella sepertinya lupa ada aku disana.
"Jadi gimana nak Aji? ga usah di dengerin nih anak satu." tanya mama tak menghiraukan Bella yang menggoyang-goyangkan tangannya. Aku berpikir, tapi tak satupun makanan yang muncul di kepalaku, aku terlalu gugup untuk menjawab Mama.
“Saya makan apa saja, ngga usah apa-apa tante, yang tante masak pasti saya makan.” akhirnya aku menjawab pelan.
Mama menatapku dengan pandangan yang aku tidak bisa mengerti. Bella juga kaget, seperti baru sadar ada aku di sana. Dia langsung berhenti menggoyang-goyangkan lengan mama.
“Tuh, kalau sudah dewasa harusnya ngomongnya begitu!” jawab mama sewot kearah anak gadisnya. Bella terdiam menunduk malu sambil melirik kearahku.
“Oke, mama masak…. Basooo” kata mama cepat. Bella melompat kesenangan.
“Tapi bo'ong” balas mama lagi, sambil tertawa. Bella ikut tertawa kesal mengikuti mamanya.
“Mama aaah, ya udah deh sini biar Bella bantu.” ujarnya riang sambil memeluk kembali lengan mamanya.
"Udah jangan pegang-pegang dulu, mama mau mandi, gara-gara kamu tadi ileran, mama jadi buka gerbang sendiri, mama basah nih!" Mama berkata sambil melepaskan pegangan tangan Bella di lengannya.
Aku memperhatikan mereka dari belakang dengan heran. Bella berbeda sekali saat tadi aku temukan di atas, tadi Bella menangis sejadi-jadinya, aneh dia sekarang seperti tidak ingat apa-apa, dia bahkan sepertinya tidak ingat telah memelukku tadi.
Aku memperhatikan mereka berdua masuk ke kamar yang ada untaian manik-maniknya. Tapi mama juga tidak berbicara apa-apa tentang kejadian tadi. Malah seperti tidak mau membicarakannya. Aku tiba-tiba merasa penasaran sekali, tapi setidaknya aku masih boleh tinggal disini, aku merasa tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Merry Dara Santika
Sungguh lucu skli ibu nya. Keluarga yg sngat bhgia dan penuh kasih syg
2021-08-04
0
Merry Dara Santika
Sungguh lucu skli ibu nya. Keluarga yg sngat bhgia dan penuh kasih syg
2021-08-04
0
Fira Ummu Arfi
hanya menolong, Okee 😎
salam ASIYAH AKHIR ZAMAN
2021-04-01
1