Obrolan keluarga

Saat telah berada di dalam rumah.

Safira pun berjalan masuk ke dalam kamarnya,ia melangkah mendekati lemari tempat pakaiannya berada.Safira pun mengambil salah satu pakaian yang akan ia pakai.

Setelah itu,Safira berjalan keluar dari kamarnya,dan saat Safira sedang berjalan hendak melewati ruang makan,tiba-tiba suara adiknya menghentikan langkahnya.

“Kenapa kak?,kok mukanya di tekuk gitu, jangan-jangan masih marah sama kak Arnam ya?”tanya Rara yang sedang memakan makanannya itu.

Safira yang mendengar itu,ia pun berbalik dan berjalan mendekat kearah adiknya.Safira pun duduk di samping adiknya,ia menuangkan air putih ke dalam gelas,dan langsung meminum habis air putih itu hanya dalam satu tegukan.

“Kakak saat ini sedang merasa kesel banget karena tadi ada tetangga yang ngomongin kakak”ucap Safira dengan nada kesalnya.

“Ya kenapa?,kok mereka ngomongin kakak?, memangnya kakak udah ngelakuin apa hingga mereka bisa ngomongin kakak?”tanya Rara penasaran.Tiba-tiba jiwa kepo nya meningkat.

Safira yang mendengar itu,ia pun langsung menatap kearah Rara.“Kakak sih gak lakuin apa-apa,tapi mereka tadi ngomongin kakak karena kakak memiliki banyak teman laki-laki,mereka pikir kakak tuh perempuan gak benar.Padahal kan mereka tau jika kakak dan teman-teman kakak itu udah berteman semenjak kecil,jadi wajar kalau kakak akrab dengan teman-teman kakak.”Jelas Safira dan Rara hanya manggut-manggut tanda mengerti.

“Tapi yang jelas yang mereka pikirkan itu nggak benar,karena kakak nggak pernah melakukan seperti apa yang mereka katakan”lanjut Safira,ia berusaha untuk abai walau masih kepikiran terus.

“Oh”ucap Rara singkat.

“Kok cuman oh' doang sih jawabnya,belain kakak kek,atau hibur kakak.Bukan cuman oh' doang,kakak tambah kesal tau ngga dengarnya”ucap Safira dengan nada tak sukanya saat respon adiknya tak sesuai harapan.

Rara yang mendengar itu,ia pun langsung menghela nafas panjang.

‘Tenang Ra,jangan marah,bisa-bisa kalau kamu marah bakal terjadi perang dunia ketiga'pikir Rara memperingati dirinya sendiri.

“Ya udahlah kak jangan di dengerin ucapan tetangga kalau memang kakak nggak seperti itu,biarin aja lah mereka ngomong begitu yang terpenting Kakak gak lakuin hal-hal buruk seperti yang tetangga katakan”ucap Rara menasehati sambil berkata dengan suara yang dia lembut-lembutin.Berusaha mengalah pada kakaknya yang sedang dalam suasana hati yang buruk.

Safira yang mendengar itu,rasa kesalnya pun seolah mulai hilang.

“Benar juga apa yang kamu katakan,lagipula tadi kakak juga sempat dibela sama Bu Retno,ya udah kalau begitu kakak mandi dulu ya?”ucap Safira merasa tenang setelah mendengar ucapan adiknya tadi.

Setelah itu,Safira pun langsung bangkit dari duduknya,ia pun berjalan menuju kamar mandi.Tak lama setelah itu Safira pun keluar dengan pakaian yang telah melekat di tubuhnya.

Safira pun berjalan ke ruang keluarga,dan saat ia telah sampai,ia melihat ayahnya dan adiknya tengah fokus menonton sepak bola.

“Heran deh,kenapa ayah sama Rara suka banget nonton bola?.Tapi kalau untuk ayah itu sih masih cocok,sedangkan untuk Rara gimana ya?,itu terasa beda”ucap Safira saat ia telah duduk di kursi nya.

“Dih,nggak sadar diri banget,kakak juga kenapa suka banget nonton film taekwondo dan film yang berbau tantangan?”tanya Rara sarkas.

“Ya suka-suka kakak lah!”ucap Safira tak mau kalah.

“Ya aku juga,suka-suka aku,kenapa kakak yang pusing sih?”jawab Rara yang juga tak mau kalah.

“Sudah-sudah,kalian ini ribut aja kalau sudah berdekatan.Nanti kalau sudah berjauhan pasti bakal kangen pengen ketemu”ucap Hadi menengahi pertengkaran anak-anaknya.

Sedangkan Safira dan Rara langsung diam seketika itu juga,tatapan mereka berdua terlihat tak suka saat menatap satu sama lain

‘Nggak mungkin!’pikir Safira dan Rara sama seolah menepis apa yang ayahnya tadi katakan.

“Ayah gimana kalau Arnam ingin lamar Safira?,apa ayah bakal setuju jika kami menikah?”ucap Safira secara tiba-tiba sambil menatap ayahnya itu.

“Memang kamu tahu Arnam kerja apa?”tanya Hadi.

“Kata Arnam dia bilang ke Safira kalau dia karyawan biasa”jawab Safira langsung seolah tahu maksud ayahnya.

“Yah ayah nggak masalah kalau begitu,ayah juga setuju-setuju aja asalkan dia bisa buat hidup kamu bahagia”jawab Hadi langsung.Yang terpenting kebahagiaan dari anaknya,itu yang Hadi harapkan.

“Safira heran deh sama ayah,orang tua lain ingin anaknya menikah dengan orang kaya.Sedangkan ayah ingin Safira menikah dengan pegawai biasa,atau lebih tepatnya orang-orang yang sederajat dengan status kita”ucap Safira dengan nada bertanya dan mengungkap kan rasa penasarannya itu.

“Karena bagi ayah,dengan suami kamu punya pekerjaan tetap,dan dapat mencukupi kebutuhan kamu,ayah sudah merasa tenang akan hal itu”jawab Hadi sambil menatap anaknya.

“Lalu kenapa ayah seolah melarang Safira untuk tidak berhubungan lebih jauh,selain pertemanan dengan orang-orang kaya?”tanya Safira lagi.

“Ya ayah melarang kamu untuk tidak memiliki hubungan lebih seperti menikah dengan orang-orang kaya,hebat,dan berkuasa.Karena ayah nggak ingin kamu sakit hati ataupun terhina karena kamu terlahir dari keluarga sederhana.Dan jika sampai hal itu terjadi,maka ayah pasti sudah tidak dapat bantu dan lindungi kamu lagi,karena ayah bukan orang-orang berkuasa seperti mereka”ucap Hadi panjang lebar,ia begitu menyayangi kedua anaknya,hingga ia selalu merasa takut jika harus melepaskan anak-anaknya.

“Ayah tenang aja,Safira bukan anak kecil lagi,Safira juga sudah dewasa.Jadi,ayah nggak usah khawatirkan Safira,justru Safira saat ini yang merasa sedih belum bisa bahagiain ayah”ucap Safira dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu dengan ucapan ayahnya tadi,Safira seolah paham akan maksud ucapan ayahnya itu.

“Bagi ayah kamu akan tetap jadi Putri kecil ayah,dan kamu tahu kan kenapa ayah selalu bebasin kamu bergaul sesuka kamu?,karena ayah ingin kamu tidak merasa terkekang,dan kamu juga dapat hidup bahagia.Tapi meski begitu,ayah juga akan selalu mengingatkan kamu,agar kamu tidak melewati batas dalam bergaul”ucap Hadi lagi dengan nada menasehati diakhir kalimat.

“Iya ayah,Safira akan berusahalah untuk tidak mengecewakan ayah,dan Safira juga akan selalu ingat pesan-pesan yang pernah ayah katakan kepada Safira selama ini”ucap Safira sambil tersenyum.

“Uwuw,kok rasanya jadi panas gini mataku.Siapa yang taruh bawang di sini ya”ucap Rara berusahalah mencairkan suasana.

“Dasar kamu,kita ini lagi dalam suasana terharu,tapi kamu malah ganggu aja”ucap Safira sedikit kesal kepada adiknya.

“Uwuw,aku baru tahu ternyata kakak itu cengeng ya?”ledek Rara.

“Kamu!,kakak ini gak cengeng,kakak cuman merasa terharu saat mendengar ucapan ayah tadi”balas Safira yang tak terima di sebut cengeng.

“Masa sih,nggak percaya aku,bilang aja kalau kakak itu memang cengeng.Heran deh kakak tuh gengsinya tinggi banget,di kurangin apa kak gengsinya itu”ucap Rara.

“Iya iya deh kakak tadi mau nangis karena terharu sama ucapan ayah tadi,tapi bukan berarti kakak cengeng ya”ucap Safira dengan nada kekeh.

“Heh ngaku aja kak kalau kakak itu cengeng,jangan sok kuat”ucap Rara lagi tak mau kalah.

Seolah sudah menjadi makanan sehari-hari,mereka akan selalu berdebat,karena memang sifat mereka sama-sama keras kepala jadi susah karena tidak ada salah satu yang ingin mengalah

“Iya Safira,ada benarnya juga apa yang adik kamu katakan.Dan kalau misalnya kamu merasa sedih,ada baiknya kamu menangis untuk meluapkan rasa sedih mu itu.Karena jika kamu menahan rasa sedih,dan memendamnya agar tidak menangis,justru hal itu akan lebih menyakitkan”ucap Hadi kembali menasehati.

“Iya ayah Safira mengerti,mungkin ini saatnya untuk Safira bersikap dewasa,dan Safira juga akan berusaha untuk mandiri dan tidak merepotkan kalian semua”ucap Safira dengan yakin.

Setelah itu mereka pun melanjutkan obrolannya dengan sesekali mereka tertawa,karena obrolan mereka selanjutnya terdengar lucu.

Tak lama setelah itu Rina pun datang dan menghampiri anak-anak dan suaminya.

“Ayo makan!,sudah waktunya makan malam nih”ucap Rina tiba-tiba.

Sontak mereka bertiga yang awalnya sedang asik mengobrol itu pun langsung menatap kearah Rina.

“Oh ibu,maaf Safira lupa bantuin ibu masak”ucap Safira sadar jika dirinya terlalu keasyikan mengobrol,jadi ia lupa untuk membantu ibunya memasak makan malam.

“Gak apa-apa,lagian masakannya juga sudah jadi,ayo kita makan!”ajar Rina.

Episodes
1 Prolog
2 Cemburu tapi gengsi
3 Hanya Safira
4 Keluarga Safira
5 Mengabaikan Arnam.
6 Di bela Bu RW
7 Obrolan keluarga
8 Tidak memiliki pilihan lain
9 Arnam benci di sentuh wanita selain Safira.
10 Safira galak untuk melindungi adiknya.
11 Mengantar Safira kerja.
12 Makan siang
13 Cinta dalam diam.
14 Penentuan hari pernikahan Arnam dan Rena.
15 Restoran.
16 Makan bersama.
17 Hari pernikahan Arnam dan Rena.
18 Safira tiba-tiba merasa gelisah.
19 Arnam telah mengetahui kejahatan Rena.
20 Demi uang jajan
21 Masa lalu Rey.
22 Safira alergi bunga mawar.
23 Berkunjung ke rumah calon mertua
24 Arnam berniat melamar Safira.
25 Marahnya Arnam
26 Acara makan bersama.
27 Kedatangan Arnam dan ibunya.
28 Membahas masalah pernikahan
29 Menjemput Reno di bandara.
30 Kedatangan kakek dan nenek.
31 Kekesalan Safira.
32 Kedatangan Arnam.
33 Hari pernikahan
34 Hari pernikahan Arnam dan Safira.
35 Baju pengantin.
36 Rencana Arnam.
37 Keputusan Hadi
38 Rara yang tidak ingin berjauhan dari Safira
39 Pindah rumah
40 Rumah baru Safira dan Arnam
41 Sarapan bersama
42 Kecemburuan Arnam
43 Rindu tapi gengsi
44 Keposesifan Arnam.
45 Mulai kerja
46 Mengetahui sebuah fakta.
47 Ikatan batin antara seorang ibu dan anaknya
48 Kemarahan dan Kesedihan Safira.
49 Pertemuan Safira dan Rima.
50 Hari terberat Safira
51 Keberadaan Arnam
52 Kekhawatiran dan rasa bersalah Arnam pada Safira
53 Alasan Toni dan Masa lalu Toni
54 Arnam kembali
55 Kedatangan Arnam
56 Kata terlarang bagi Arnam yang tidak boleh Safira ucapkan
57 Kepedulian Sahabat
58 Kedatangan Sahabat Safira
59 Kemarahan dan kepedulian Sahabat Safira
60 Kesabaran Arnam
61 Masalah
62 Obrolan dan rencana Arnam.
63 Kepedulian Arnam dan sikap cuek Safira
64 Safira hampir tertabrak
65 Sang penyelamat
66 Ulang tahun perusahaan
67 Pemimpin perusahaan
68 Hamil??
69 Awal pertemuan Arnam dan Safira
70 Safira hamil
71 Safira mengunjungi ayahnya
72 Dokter pribadi
73 Safira menghilang??
74 Puncak kemarahan Safira
75 Bukan kamu yang di salahkan,tapi aku yang akan merasa bersalah
76 Berusaha menjelaskan
77 Terpaksa menikahi Rena
78 Rencana Rima
79 Hadiah
80 Tentang Safira
81 Cemilan Sehat
82 Sikap Aneh Safira.
83 Jalan-jalan
84 Makan berdua di sebuah restoran
85 Obrolan antara Rena dan Susan
86 Makan bersama Salma
87 Undangan
88 Merias
89 Kado
90 Pesta ulangtahun
91 Salma
92 Keposesifan Arnam
93 Rena
94 Berita
95 Rencana yang berantakan
96 Bujukan Rima
97 Terpuruk
98 Kedatangan Rima
99 Perceraian
100 Safira menghilang
101 Ungkapan Hati author
102 5 Tahun Kemudian
103 Liburan
104 Berenang
105 Pertemuan tidak terduga
106 Pertemuan Tidak Terduga
107 Menghindar
108 Mengobrol
109 Sabrina menghilang
110 Laki-laki asing
111 Siapa Orang itu??
112 Arnam
113 Alasan Arnam
114 Memenuhi janji
115 Di Awasi
116 6 bulan
117 Menjauh
118 Seberapa hebat kah Arnam??
119 Farrel
120 Rencana Jahat
121 Tidak Seperti yang di bayangkan
122 Masuk Jebakan
123 Kecurigaan
124 Apa itu dia?
125 Aku yakin itu dia
126 Kekesalan Safira
127 Syarat
128 Kejadian yang Sebenarnya
129 Kejadian yang Sebenarnya 2
130 Om mau nggak jadi papah aku?
131 Mengantar Sabrina sekolah
132 Memanfaatkan tahap pertama
133 Memberi pelajaran pada teman yang suka pamer
134 Permintaan Sabrina
135 Jalan-jalan Bertiga
136 Safira mati Kutu
137 Sabrina gagal ikut pentas
138 Penjelasan yang membuat Safira malu
139 Akhirnya ikut pentas
140 Nggak mungkin
141 Bukan anak yang diinginkan
142 Jalan-jalan
143 Meminta penjelasan
144 Alasan Safira
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Prolog
2
Cemburu tapi gengsi
3
Hanya Safira
4
Keluarga Safira
5
Mengabaikan Arnam.
6
Di bela Bu RW
7
Obrolan keluarga
8
Tidak memiliki pilihan lain
9
Arnam benci di sentuh wanita selain Safira.
10
Safira galak untuk melindungi adiknya.
11
Mengantar Safira kerja.
12
Makan siang
13
Cinta dalam diam.
14
Penentuan hari pernikahan Arnam dan Rena.
15
Restoran.
16
Makan bersama.
17
Hari pernikahan Arnam dan Rena.
18
Safira tiba-tiba merasa gelisah.
19
Arnam telah mengetahui kejahatan Rena.
20
Demi uang jajan
21
Masa lalu Rey.
22
Safira alergi bunga mawar.
23
Berkunjung ke rumah calon mertua
24
Arnam berniat melamar Safira.
25
Marahnya Arnam
26
Acara makan bersama.
27
Kedatangan Arnam dan ibunya.
28
Membahas masalah pernikahan
29
Menjemput Reno di bandara.
30
Kedatangan kakek dan nenek.
31
Kekesalan Safira.
32
Kedatangan Arnam.
33
Hari pernikahan
34
Hari pernikahan Arnam dan Safira.
35
Baju pengantin.
36
Rencana Arnam.
37
Keputusan Hadi
38
Rara yang tidak ingin berjauhan dari Safira
39
Pindah rumah
40
Rumah baru Safira dan Arnam
41
Sarapan bersama
42
Kecemburuan Arnam
43
Rindu tapi gengsi
44
Keposesifan Arnam.
45
Mulai kerja
46
Mengetahui sebuah fakta.
47
Ikatan batin antara seorang ibu dan anaknya
48
Kemarahan dan Kesedihan Safira.
49
Pertemuan Safira dan Rima.
50
Hari terberat Safira
51
Keberadaan Arnam
52
Kekhawatiran dan rasa bersalah Arnam pada Safira
53
Alasan Toni dan Masa lalu Toni
54
Arnam kembali
55
Kedatangan Arnam
56
Kata terlarang bagi Arnam yang tidak boleh Safira ucapkan
57
Kepedulian Sahabat
58
Kedatangan Sahabat Safira
59
Kemarahan dan kepedulian Sahabat Safira
60
Kesabaran Arnam
61
Masalah
62
Obrolan dan rencana Arnam.
63
Kepedulian Arnam dan sikap cuek Safira
64
Safira hampir tertabrak
65
Sang penyelamat
66
Ulang tahun perusahaan
67
Pemimpin perusahaan
68
Hamil??
69
Awal pertemuan Arnam dan Safira
70
Safira hamil
71
Safira mengunjungi ayahnya
72
Dokter pribadi
73
Safira menghilang??
74
Puncak kemarahan Safira
75
Bukan kamu yang di salahkan,tapi aku yang akan merasa bersalah
76
Berusaha menjelaskan
77
Terpaksa menikahi Rena
78
Rencana Rima
79
Hadiah
80
Tentang Safira
81
Cemilan Sehat
82
Sikap Aneh Safira.
83
Jalan-jalan
84
Makan berdua di sebuah restoran
85
Obrolan antara Rena dan Susan
86
Makan bersama Salma
87
Undangan
88
Merias
89
Kado
90
Pesta ulangtahun
91
Salma
92
Keposesifan Arnam
93
Rena
94
Berita
95
Rencana yang berantakan
96
Bujukan Rima
97
Terpuruk
98
Kedatangan Rima
99
Perceraian
100
Safira menghilang
101
Ungkapan Hati author
102
5 Tahun Kemudian
103
Liburan
104
Berenang
105
Pertemuan tidak terduga
106
Pertemuan Tidak Terduga
107
Menghindar
108
Mengobrol
109
Sabrina menghilang
110
Laki-laki asing
111
Siapa Orang itu??
112
Arnam
113
Alasan Arnam
114
Memenuhi janji
115
Di Awasi
116
6 bulan
117
Menjauh
118
Seberapa hebat kah Arnam??
119
Farrel
120
Rencana Jahat
121
Tidak Seperti yang di bayangkan
122
Masuk Jebakan
123
Kecurigaan
124
Apa itu dia?
125
Aku yakin itu dia
126
Kekesalan Safira
127
Syarat
128
Kejadian yang Sebenarnya
129
Kejadian yang Sebenarnya 2
130
Om mau nggak jadi papah aku?
131
Mengantar Sabrina sekolah
132
Memanfaatkan tahap pertama
133
Memberi pelajaran pada teman yang suka pamer
134
Permintaan Sabrina
135
Jalan-jalan Bertiga
136
Safira mati Kutu
137
Sabrina gagal ikut pentas
138
Penjelasan yang membuat Safira malu
139
Akhirnya ikut pentas
140
Nggak mungkin
141
Bukan anak yang diinginkan
142
Jalan-jalan
143
Meminta penjelasan
144
Alasan Safira

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!