Cemburu tapi gengsi

* Di taman.

Saat ini Safira dan Arnam sedang duduk di sebuah kursi panjang bercat putih. Banyak pepohonan dan juga jenis bunga yang tengah mekar dengan indah, air mancur yang gemercik seolah menjadi paket lengkap untuk siapapun yang ingin menikmati suasana taman

“Fi,”panggilan sayang yang diucapkan Arnam kepada sang kekasih.

Sebenarnya itu bukan hanya panggilan sayang Arnam saja, karena keempat sahabat yang lain juga memanggil Safira dengan sebutan Fi'

“Ya?”jawab Safira sedikit acuh, ia paling tidak suka dengan suasana romantis. Belum terbiasa!' itu alasan saat ditanya oleh sahabat-sahabatnya mengapa Safira begitu cuek pada Arnam.

Walau sebenarnya ia emang benar-benar sayang pada Arnam. Meski begitu Safira tetap menatap ke arah Arnam yang kini tengah menatap ke arahnya.

“Kamu tau kan kalau aku itu benar-benar sayang sama kamu?” Arnam menatap Safira dengan tatapan dalam miliknya.

Safira pun hanya menjawab dengan sebuah senyuman tipis, tidak ada wajah merona ataupun wajah malu-malu, karena perempuan itu sudah kebal akan ucapan manis dari laki-laki.

Setebal kulit buaya!!

Maka sekebal itu juga Safira akan gombalan-

gombalan laki-laki.

Tapi meski begitu, senyum Safira itu bukan hanya sebuah senyum biasa, melainkan sebuah senyum penuh ketulusan. Karena wanita itu tau jika apa yang di katakan oleh laki-laki yang ada di hadapannya itu bukan sebuah kebohongan, melainkan ketulusan!!.

Untuk sejenak mereka hanya diam,seolah tengah menyelami pemikiran masing-masing hingga suasana hening pun tercipta.

Dan secara tiba-tiba Arnam mendekatkan wajahnya ke wajah Safira, atau lebih tepatnya Arnam hendak mencium Safira.Tapi sebelum itu, Safira sudah lebih dulu memalingkan wajahnya, dan menghindari Arnam yang akan menciumnya.

“Kenapa?”tanya Arnam seolah terkesima dengan respon Safira.

“Kamu pasti sudah tahu bagaimana sifat aku dengan jelas. Aku ini memang benar-benar sayang banget sama kamu. Aku juga akan berusaha untuk menerima kekurangan, serta kelebihan kamu. Tapi kita hanya pacaran bukan suami istri, jadi aku mohon agar kamu jangan sampai melewati batas,” ucap Safira sambil menatap Arnam dengan wajah yang serius.

Mungkin untuk saat ini ciuman, tapi entah besok, mungkin bisa lebih dari hal itu. Jadi Safira berusaha menghindari hal yang bisa saja membuat mereka kehilangan batasan. Karena Safira sadar betapa pentingnya sebuah kehormatan!!. Di tambah lagi, ia selalu mendapatkan nasehat agar tidak kelewatan batas dalam hubungan, meski Safira sadar jika kadang ia akan sedikit lemah saat menatap tatapan teduh Arnam padanya.

Arnam yang mendengar itu, ia diam sesaat, ia merasa sedikit tak suka dengan perkataan Safira tadi yang seolah mengatakan jika hubungan mereka bisa kandas kapan saja. Entah mengapa Arnam bisa berfikir ke arah situ, padahal nyatanya Safira tidak bermaksud seperti itu.

“Tapi 'kan kamu tau jika aku benar-benar sayang banget sama kamu, dan kamu juga tahu bagaimana sifat aku. Dan karena itu!, maka orang yang berhak untuk menjadi istri aku itu cuman kamu!”tekan Arnam yakin dan kukuh

“Iya aku tahu, tapi seberapa besar cinta dan sayang kamu sama aku. Setidaknya, kamu tahu walaupun aku terlahir dari keluarga yang biasa. Tapi keluargaku memiliki aturan, dan aku tidak ingin melanggar itu!”

Safira menjeda sejenak ucapannya, ia ingin melihat respon Arnam yang sengah menjadi pendengar yang baik

“Dan bagi aku, dengan kita berpegangan tangan, dan kamu sering mengusap tangan kamu di kepala, itu sudah sangat intim buat aku.” Safira menatap ke arah Arnam yang hanya diam.

Safira hanya ingin Arnam tahu, tidak ia tidak bisa sebebas itu, karena semakin terjaga seorang wanita, maka semakin mahal pula harganya,itu yang sering ayahnya katakan padanya, hingga Safira tidak berani menurunkan harga jika nama baik keluarganya yang di pertaruhkan.

“Kamu pasti tahu kalau kamu adalah orang pertama yang berhasil meluluhkan hati aku. Dan kamu juga tahu, meski aku sering bergaul dengan laki-laki lain, tapi meski begitu aku mempunyai batasan aku sendiri, dan itu sudah merupakan pendirian aku sendiri, dan kamu juga pastinya tahu, jika keluarga aku sangat menjaga aku, sekalipun aku bebas bergaul,” ucap Safira lagi dengan panjang lebar.

Arnam yang mendengar hal itu, ia seakan mengerti apa yang Safira inginkan. “Iya, aku paham. Maka dari itu, aku sadar jika kamu itu wanita yang benar-benar sulit buat ditaklukkan, apalagi dengan tingkah keras kepala dan gengsi kamu itu, and maaf kalau aku salah,” ucap Arnam sambil mengusap kepala Safira dengan sayang dan tatapan yang tulus.

“Mau makan?, sepertinya kita makan ke restoran yang dekat dari sini!”ajak Arnam tiba-tiba. Arnam seolah sadar jika ia sedang berduaan dengan Safira, rasanya ia tak bisa untuk menahan diri. Tapi karena Arnam sangat mencintai Safira, maka ia berusaha mati-matian untuk menahan itu semua. Setelah itu mereka pun berjalan menuju restoran terdekat.

*****

Cukup jauh mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di sebuah restoran. Arnam menggeser salah satu kursi kosong, dan membiarkan Safira untuk duduk,layaknya seorang ratu, Safira merasa sedikit tak nyaman juga senang di saat bersamaan.

Melihat Safira yang hanya diam, Arnam terlihat bingung,ia mengangkat sebelah alisnya tanda heran,tapi detik berikutnya ia pun paham.

“It's okey, santai saja," Arnam tenang berkata dengan santai. Safira yang melihat itu, ia pun akhirnya duduk di bangku yang di sediakan oleh Arnam.

“Terima kasih,”ucap Safira sambil tersenyum kepada Arnam, dan Arnam pun langsung membalas senyum Safira itu. Setelahnya, Arnam pun berjalan ke sebuah kursi kosong yang lain, dan duduk sambil menghadap ke arah Safira.

Tak lama pelayan pun datang, Arnam memesankan makanan untuknya dan Safira. Setelah itu pelayan pergi untuk mengambil pesanan mereka.

“Kamu sering kesini?” tanya Safira basa basi sambil menunggu pesanan mereka sampai.

“Nggak, aku baru kesini,”jawab Arnam di akhiri dengan sebuah senyuman.

Lama kelamaan Safira akan berfikir jika Arnam itu laki-laki ramah, tapi begitu mengingat sikap datar dan acuh Arnam pada sahabatnya yang lain ia pun akhirnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak lama pesanan mereka pun sampai,dan mereka pun mulai memakan makanan yang ada di atas meja dengan lahap. Selesai makan Safira mengambil tisu yang tersedia dihadapannya, ia mengelap mulutnya menggunakan tissue itu.

Krettt...

Bunyi kursi bergeser

“Mau kemana?” tanya Arnam saat melihat Safira bangkit dari kursi nya. “Mau ke toilet sebentar, kamu tunggu di sini, ingat jangan kemana-mana!, apalagi sampai tinggalin aku di sini sendirian,” ucap Safira memperingatkan. Meski mengancam entah mengapa Arnam merasa jika nada bicara Safira seolah takut di tinggal.

Arnam yang mendengar itu, ia hanya mengangguk sambil terkekeh pelan, membuat Safira menatapnya tajam untuk sejenak. Dan setelah mengatakan itu,

Safira pun berjalan menuju toilet.

“Mana mungkin aku tega tinggalin kamu,dasar anak kecil,”ucap Arnam sambil tersenyum kecil. Rasanya bukan hanya Safira yang berfikir jika Arnam itu ramah, bahkan Arnam sendiri pun sampai berfikir mungkin jika terus bersama dengan Safira ia tidak ada bedanya dengan orang-orang yang terkenal ramah.

*****

Safira yang telah berada di toilet cukup lama, ia pun langsung keluar, takut Arnam kelamaan menunggunya. Ia berjalan kembali ke tempat Arnam berada. Di saat Safira telah sampai dan berjarak satu meter dari tempat Arnam duduk, ia melihat ada seorang perempuan yang sedang berusaha untuk mendekati Arnam.

‘Ternyata punya pacar yang tampan itu,gak selalu baik’ batin Safira merasa sedikit kesal karena hal itu.

Tanpa berkata, Safira pun langsung berjalan dengan langkah cepat menghampiri Arnam.

Begitu sampai, Safira langsung merangkul tangan Arnam dengan mesra. “Sayang, maaf ya sudah buat kamu menunggu lama,” ucap Safira berusaha untuk bersikap mesra, ia abai meski Arnam kesulitan meresponnya karena sedang duduk sambil minum jus.

Meski sebenarnya Safira merasa gugup dan malu, karena ini pertama kalinya dia bersikap mesra pada Arnam. Atau lebih tepatnya baru pertama kali Safira bersikap posesif, karena biasanya Arnam yang akan posesif jika dirinya di dekati laki-laki lain.

Arnam yang di perlakukan seperti itu, ia hanya diam, senyum tipis pun muncul tanpa sepengetahuan Safira. Merasa senang di perlakukan seperti itu,ia tidak marah, karena ia tahu jika Safira melakukan itu karena sedang merasa cemburu.

Perempuan yang awalnya berusaha untuk mendekati Arnam itu, ia hanya dapat diam sambil memandang tak suka kearah Safira. ‘Siapa perempuan itu?, kenapa dia berani pegang-pegang gebetan ku sih?!' pikir wanita itu dengan wajah terlihat kesal yang berusaha ia sembunyikan.

“Sayang ayo kita pulang, kayaknya ada sesuatu yang harus aku urus,”ucap Safira beralasan, dengan wajah yang terlihat memelas, dan nada yang sedikit di lembut-lembutin, agar terlihat manja.

Arnam yang mendengar itu, ia pun bangkit dari duduknya, karena ia tahu apa yang di inginkan oleh Safira. Meski sebenarnya ia masih ingin melihat lebih jauh, dan sampai mana Safira akan berbuat posesif karena merasa cemburu.bTapi cubitan diam-diam dari Safira yang tanpa ampun, seakan mengatakan betapa kesal Safira ia saat ini. Setelah mereka berada di luar restoran,tiba-tiba Safira melepaskan rangkulannya itu dengan sedikit kasar.

“Kamu!, kenapa diam aja saat perempuan itu dekatin kamu?!.”Kesal Safira tapi Arnam hanya diam.

“Senang gitu bisa di dekati sama wanita cantik dan seksi?!!,dasar kamu itu ganjen!!!” Safir menatap Arnam dengan tatapan tak suka dan tampang kesalnya.

Arnam tetap diam dan terus memperhatikan wajah Safira yang marah karena cemburu. “Kenapa diam aja?!, nggak terima aku katain kamu ganjen. Memang siapa suruh kamu buat aku marah!!,kamu seneng kan di dekati sama perempuan itu?!”ucap Safira dengan tatapan memicing curiga.

Masih diam, tapi kini dengan mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Arnam melakukan itu bukan karena ia sedang marah,tapi karena Arnam saat ini sedang menahan rasa gemasnya akan ekspresi Safira yang terlihat menggemaskan saat sedang marah atau lebih tepatnya tengah menahan cemburu!!.

Arnam hanya diam dan berusaha agar ia tidak mencubit pipi Safira yang seakan kembang-kempis saat sedang berbicara. “Kenapa juga kamu mengepal kan tangan kamu kayak gitu?!, mau pukul aku?, Coba aja kalau berani !!"ucap Safira terus berbicara tanpa henti.

Dan akhirnya Arnam pun sudah tak tahan untuk mencubit Safira, ia pun langsung mencubit kedua pipi Safira dengan sedikit keras karena gemas. Rasanya ekspresi Safira yang tengah marah saat ini,terlihat sangat sangat imut dan menggemaskan untuk Arnam, hingga ia pun tak tahan lagi untuk mencubit safira.

“Auwww, sakit,”ucap Safira saat kedua pipinya di cubit oleh Arnam dengan gemas, benar-benar sangat kencang. Seakan pipi Safira itu mainan yang bisa di usel-usel dan di cubit seenaknya

Safira yang merasa sakit di kedua pipinya itu,ia pun dengan cepat menepis tangan Arnam di kedua pipi nya dengan kasar. “Apaan sih, jangan cubit-cubit orang seenaknya!” Safira memegang kedua pipinya dan mengusapnya dengan lembut

“Lagipula siapa suruh kamu terus marah-marah?, aku yang ingin bicara jadi tidak bisa. Apalagi pas tadi kamu bilang jika aku boleh memukul kamu, ya mana mau sih aku mukul kamu ”Arnam tersenyum, merasa gemas.

“Alasan!!. Bilangnya aja mau jelasin!, tapi nggak di jelas-jelasin juga, bilang aja kamu senang di dekatin cewek cantik tadi.Dan lagi wajah kamu tolong di perhatikan, jangan senyum-senyum kayak begitu, jelek tau, kayak orang mesum!!”ucap Safira dengan nada mencebik.

Senyum Arnam kala itu hilang seketika begitu dikatai mesum. Sedangkan Safira Seolah tidak peduli dengan ekspresi Arnam, Safira yang melihat tukang ojek lewat di depannya itu, ia pun langsung memberhentikan tukang ojek tersebut.

Kemudian setelah itu Safira langsung menaiki ojek itu. “Bang jalan!”perintah Safira pada tukang ojek. Tak lama, ojek yang di naikin Safira itu pun berjalan pergi dan meninggalkan Arnam yang saat ini hanya diam di pinggir jalan sendirian.

Meski sedikit kesal dengan ucapan Safira, Arnam yang melihat itu, hanya tersenyum kecil akan kelakuan Safira, tapi ia juga sedikit menekuk wajahnya karena tak suka Safira diantar pulang tukang ojek.

Apalagi ojek itu... laki-laki.

Terpopuler

Comments

Naufal Longgi

Naufal Longgi

terlalu banyak "pun" kak.. agak gmn baca nya gitu

2021-09-15

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Cemburu tapi gengsi
3 Hanya Safira
4 Keluarga Safira
5 Mengabaikan Arnam.
6 Di bela Bu RW
7 Obrolan keluarga
8 Tidak memiliki pilihan lain
9 Arnam benci di sentuh wanita selain Safira.
10 Safira galak untuk melindungi adiknya.
11 Mengantar Safira kerja.
12 Makan siang
13 Cinta dalam diam.
14 Penentuan hari pernikahan Arnam dan Rena.
15 Restoran.
16 Makan bersama.
17 Hari pernikahan Arnam dan Rena.
18 Safira tiba-tiba merasa gelisah.
19 Arnam telah mengetahui kejahatan Rena.
20 Demi uang jajan
21 Masa lalu Rey.
22 Safira alergi bunga mawar.
23 Berkunjung ke rumah calon mertua
24 Arnam berniat melamar Safira.
25 Marahnya Arnam
26 Acara makan bersama.
27 Kedatangan Arnam dan ibunya.
28 Membahas masalah pernikahan
29 Menjemput Reno di bandara.
30 Kedatangan kakek dan nenek.
31 Kekesalan Safira.
32 Kedatangan Arnam.
33 Hari pernikahan
34 Hari pernikahan Arnam dan Safira.
35 Baju pengantin.
36 Rencana Arnam.
37 Keputusan Hadi
38 Rara yang tidak ingin berjauhan dari Safira
39 Pindah rumah
40 Rumah baru Safira dan Arnam
41 Sarapan bersama
42 Kecemburuan Arnam
43 Rindu tapi gengsi
44 Keposesifan Arnam.
45 Mulai kerja
46 Mengetahui sebuah fakta.
47 Ikatan batin antara seorang ibu dan anaknya
48 Kemarahan dan Kesedihan Safira.
49 Pertemuan Safira dan Rima.
50 Hari terberat Safira
51 Keberadaan Arnam
52 Kekhawatiran dan rasa bersalah Arnam pada Safira
53 Alasan Toni dan Masa lalu Toni
54 Arnam kembali
55 Kedatangan Arnam
56 Kata terlarang bagi Arnam yang tidak boleh Safira ucapkan
57 Kepedulian Sahabat
58 Kedatangan Sahabat Safira
59 Kemarahan dan kepedulian Sahabat Safira
60 Kesabaran Arnam
61 Masalah
62 Obrolan dan rencana Arnam.
63 Kepedulian Arnam dan sikap cuek Safira
64 Safira hampir tertabrak
65 Sang penyelamat
66 Ulang tahun perusahaan
67 Pemimpin perusahaan
68 Hamil??
69 Awal pertemuan Arnam dan Safira
70 Safira hamil
71 Safira mengunjungi ayahnya
72 Dokter pribadi
73 Safira menghilang??
74 Puncak kemarahan Safira
75 Bukan kamu yang di salahkan,tapi aku yang akan merasa bersalah
76 Berusaha menjelaskan
77 Terpaksa menikahi Rena
78 Rencana Rima
79 Hadiah
80 Tentang Safira
81 Cemilan Sehat
82 Sikap Aneh Safira.
83 Jalan-jalan
84 Makan berdua di sebuah restoran
85 Obrolan antara Rena dan Susan
86 Makan bersama Salma
87 Undangan
88 Merias
89 Kado
90 Pesta ulangtahun
91 Salma
92 Keposesifan Arnam
93 Rena
94 Berita
95 Rencana yang berantakan
96 Bujukan Rima
97 Terpuruk
98 Kedatangan Rima
99 Perceraian
100 Safira menghilang
101 Ungkapan Hati author
102 5 Tahun Kemudian
103 Liburan
104 Berenang
105 Pertemuan tidak terduga
106 Pertemuan Tidak Terduga
107 Menghindar
108 Mengobrol
109 Sabrina menghilang
110 Laki-laki asing
111 Siapa Orang itu??
112 Arnam
113 Alasan Arnam
114 Memenuhi janji
115 Di Awasi
116 6 bulan
117 Menjauh
118 Seberapa hebat kah Arnam??
119 Farrel
120 Rencana Jahat
121 Tidak Seperti yang di bayangkan
122 Masuk Jebakan
123 Kecurigaan
124 Apa itu dia?
125 Aku yakin itu dia
126 Kekesalan Safira
127 Syarat
128 Kejadian yang Sebenarnya
129 Kejadian yang Sebenarnya 2
130 Om mau nggak jadi papah aku?
131 Mengantar Sabrina sekolah
132 Memanfaatkan tahap pertama
133 Memberi pelajaran pada teman yang suka pamer
134 Permintaan Sabrina
135 Jalan-jalan Bertiga
136 Safira mati Kutu
137 Sabrina gagal ikut pentas
138 Penjelasan yang membuat Safira malu
139 Akhirnya ikut pentas
140 Nggak mungkin
141 Bukan anak yang diinginkan
142 Jalan-jalan
143 Meminta penjelasan
144 Alasan Safira
Episodes

Updated 144 Episodes

1
Prolog
2
Cemburu tapi gengsi
3
Hanya Safira
4
Keluarga Safira
5
Mengabaikan Arnam.
6
Di bela Bu RW
7
Obrolan keluarga
8
Tidak memiliki pilihan lain
9
Arnam benci di sentuh wanita selain Safira.
10
Safira galak untuk melindungi adiknya.
11
Mengantar Safira kerja.
12
Makan siang
13
Cinta dalam diam.
14
Penentuan hari pernikahan Arnam dan Rena.
15
Restoran.
16
Makan bersama.
17
Hari pernikahan Arnam dan Rena.
18
Safira tiba-tiba merasa gelisah.
19
Arnam telah mengetahui kejahatan Rena.
20
Demi uang jajan
21
Masa lalu Rey.
22
Safira alergi bunga mawar.
23
Berkunjung ke rumah calon mertua
24
Arnam berniat melamar Safira.
25
Marahnya Arnam
26
Acara makan bersama.
27
Kedatangan Arnam dan ibunya.
28
Membahas masalah pernikahan
29
Menjemput Reno di bandara.
30
Kedatangan kakek dan nenek.
31
Kekesalan Safira.
32
Kedatangan Arnam.
33
Hari pernikahan
34
Hari pernikahan Arnam dan Safira.
35
Baju pengantin.
36
Rencana Arnam.
37
Keputusan Hadi
38
Rara yang tidak ingin berjauhan dari Safira
39
Pindah rumah
40
Rumah baru Safira dan Arnam
41
Sarapan bersama
42
Kecemburuan Arnam
43
Rindu tapi gengsi
44
Keposesifan Arnam.
45
Mulai kerja
46
Mengetahui sebuah fakta.
47
Ikatan batin antara seorang ibu dan anaknya
48
Kemarahan dan Kesedihan Safira.
49
Pertemuan Safira dan Rima.
50
Hari terberat Safira
51
Keberadaan Arnam
52
Kekhawatiran dan rasa bersalah Arnam pada Safira
53
Alasan Toni dan Masa lalu Toni
54
Arnam kembali
55
Kedatangan Arnam
56
Kata terlarang bagi Arnam yang tidak boleh Safira ucapkan
57
Kepedulian Sahabat
58
Kedatangan Sahabat Safira
59
Kemarahan dan kepedulian Sahabat Safira
60
Kesabaran Arnam
61
Masalah
62
Obrolan dan rencana Arnam.
63
Kepedulian Arnam dan sikap cuek Safira
64
Safira hampir tertabrak
65
Sang penyelamat
66
Ulang tahun perusahaan
67
Pemimpin perusahaan
68
Hamil??
69
Awal pertemuan Arnam dan Safira
70
Safira hamil
71
Safira mengunjungi ayahnya
72
Dokter pribadi
73
Safira menghilang??
74
Puncak kemarahan Safira
75
Bukan kamu yang di salahkan,tapi aku yang akan merasa bersalah
76
Berusaha menjelaskan
77
Terpaksa menikahi Rena
78
Rencana Rima
79
Hadiah
80
Tentang Safira
81
Cemilan Sehat
82
Sikap Aneh Safira.
83
Jalan-jalan
84
Makan berdua di sebuah restoran
85
Obrolan antara Rena dan Susan
86
Makan bersama Salma
87
Undangan
88
Merias
89
Kado
90
Pesta ulangtahun
91
Salma
92
Keposesifan Arnam
93
Rena
94
Berita
95
Rencana yang berantakan
96
Bujukan Rima
97
Terpuruk
98
Kedatangan Rima
99
Perceraian
100
Safira menghilang
101
Ungkapan Hati author
102
5 Tahun Kemudian
103
Liburan
104
Berenang
105
Pertemuan tidak terduga
106
Pertemuan Tidak Terduga
107
Menghindar
108
Mengobrol
109
Sabrina menghilang
110
Laki-laki asing
111
Siapa Orang itu??
112
Arnam
113
Alasan Arnam
114
Memenuhi janji
115
Di Awasi
116
6 bulan
117
Menjauh
118
Seberapa hebat kah Arnam??
119
Farrel
120
Rencana Jahat
121
Tidak Seperti yang di bayangkan
122
Masuk Jebakan
123
Kecurigaan
124
Apa itu dia?
125
Aku yakin itu dia
126
Kekesalan Safira
127
Syarat
128
Kejadian yang Sebenarnya
129
Kejadian yang Sebenarnya 2
130
Om mau nggak jadi papah aku?
131
Mengantar Sabrina sekolah
132
Memanfaatkan tahap pertama
133
Memberi pelajaran pada teman yang suka pamer
134
Permintaan Sabrina
135
Jalan-jalan Bertiga
136
Safira mati Kutu
137
Sabrina gagal ikut pentas
138
Penjelasan yang membuat Safira malu
139
Akhirnya ikut pentas
140
Nggak mungkin
141
Bukan anak yang diinginkan
142
Jalan-jalan
143
Meminta penjelasan
144
Alasan Safira

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!