* Di taman.
Saat ini Safira dan Arnam sedang duduk di sebuah kursi panjang bercat putih. Banyak pepohonan dan juga jenis bunga yang tengah mekar dengan indah, air mancur yang gemercik seolah menjadi paket lengkap untuk siapapun yang ingin menikmati suasana taman
“Fi,”panggilan sayang yang diucapkan Arnam kepada sang kekasih.
Sebenarnya itu bukan hanya panggilan sayang Arnam saja, karena keempat sahabat yang lain juga memanggil Safira dengan sebutan Fi'
“Ya?”jawab Safira sedikit acuh, ia paling tidak suka dengan suasana romantis. Belum terbiasa!' itu alasan saat ditanya oleh sahabat-sahabatnya mengapa Safira begitu cuek pada Arnam.
Walau sebenarnya ia emang benar-benar sayang pada Arnam. Meski begitu Safira tetap menatap ke arah Arnam yang kini tengah menatap ke arahnya.
“Kamu tau kan kalau aku itu benar-benar sayang sama kamu?” Arnam menatap Safira dengan tatapan dalam miliknya.
Safira pun hanya menjawab dengan sebuah senyuman tipis, tidak ada wajah merona ataupun wajah malu-malu, karena perempuan itu sudah kebal akan ucapan manis dari laki-laki.
Setebal kulit buaya!!
Maka sekebal itu juga Safira akan gombalan-
gombalan laki-laki.
Tapi meski begitu, senyum Safira itu bukan hanya sebuah senyum biasa, melainkan sebuah senyum penuh ketulusan. Karena wanita itu tau jika apa yang di katakan oleh laki-laki yang ada di hadapannya itu bukan sebuah kebohongan, melainkan ketulusan!!.
Untuk sejenak mereka hanya diam,seolah tengah menyelami pemikiran masing-masing hingga suasana hening pun tercipta.
Dan secara tiba-tiba Arnam mendekatkan wajahnya ke wajah Safira, atau lebih tepatnya Arnam hendak mencium Safira.Tapi sebelum itu, Safira sudah lebih dulu memalingkan wajahnya, dan menghindari Arnam yang akan menciumnya.
“Kenapa?”tanya Arnam seolah terkesima dengan respon Safira.
“Kamu pasti sudah tahu bagaimana sifat aku dengan jelas. Aku ini memang benar-benar sayang banget sama kamu. Aku juga akan berusaha untuk menerima kekurangan, serta kelebihan kamu. Tapi kita hanya pacaran bukan suami istri, jadi aku mohon agar kamu jangan sampai melewati batas,” ucap Safira sambil menatap Arnam dengan wajah yang serius.
Mungkin untuk saat ini ciuman, tapi entah besok, mungkin bisa lebih dari hal itu. Jadi Safira berusaha menghindari hal yang bisa saja membuat mereka kehilangan batasan. Karena Safira sadar betapa pentingnya sebuah kehormatan!!. Di tambah lagi, ia selalu mendapatkan nasehat agar tidak kelewatan batas dalam hubungan, meski Safira sadar jika kadang ia akan sedikit lemah saat menatap tatapan teduh Arnam padanya.
Arnam yang mendengar itu, ia diam sesaat, ia merasa sedikit tak suka dengan perkataan Safira tadi yang seolah mengatakan jika hubungan mereka bisa kandas kapan saja. Entah mengapa Arnam bisa berfikir ke arah situ, padahal nyatanya Safira tidak bermaksud seperti itu.
“Tapi 'kan kamu tau jika aku benar-benar sayang banget sama kamu, dan kamu juga tahu bagaimana sifat aku. Dan karena itu!, maka orang yang berhak untuk menjadi istri aku itu cuman kamu!”tekan Arnam yakin dan kukuh
“Iya aku tahu, tapi seberapa besar cinta dan sayang kamu sama aku. Setidaknya, kamu tahu walaupun aku terlahir dari keluarga yang biasa. Tapi keluargaku memiliki aturan, dan aku tidak ingin melanggar itu!”
Safira menjeda sejenak ucapannya, ia ingin melihat respon Arnam yang sengah menjadi pendengar yang baik
“Dan bagi aku, dengan kita berpegangan tangan, dan kamu sering mengusap tangan kamu di kepala, itu sudah sangat intim buat aku.” Safira menatap ke arah Arnam yang hanya diam.
Safira hanya ingin Arnam tahu, tidak ia tidak bisa sebebas itu, karena semakin terjaga seorang wanita, maka semakin mahal pula harganya,itu yang sering ayahnya katakan padanya, hingga Safira tidak berani menurunkan harga jika nama baik keluarganya yang di pertaruhkan.
“Kamu pasti tahu kalau kamu adalah orang pertama yang berhasil meluluhkan hati aku. Dan kamu juga tahu, meski aku sering bergaul dengan laki-laki lain, tapi meski begitu aku mempunyai batasan aku sendiri, dan itu sudah merupakan pendirian aku sendiri, dan kamu juga pastinya tahu, jika keluarga aku sangat menjaga aku, sekalipun aku bebas bergaul,” ucap Safira lagi dengan panjang lebar.
Arnam yang mendengar hal itu, ia seakan mengerti apa yang Safira inginkan. “Iya, aku paham. Maka dari itu, aku sadar jika kamu itu wanita yang benar-benar sulit buat ditaklukkan, apalagi dengan tingkah keras kepala dan gengsi kamu itu, and maaf kalau aku salah,” ucap Arnam sambil mengusap kepala Safira dengan sayang dan tatapan yang tulus.
“Mau makan?, sepertinya kita makan ke restoran yang dekat dari sini!”ajak Arnam tiba-tiba. Arnam seolah sadar jika ia sedang berduaan dengan Safira, rasanya ia tak bisa untuk menahan diri. Tapi karena Arnam sangat mencintai Safira, maka ia berusaha mati-matian untuk menahan itu semua. Setelah itu mereka pun berjalan menuju restoran terdekat.
*****
Cukup jauh mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di sebuah restoran. Arnam menggeser salah satu kursi kosong, dan membiarkan Safira untuk duduk,layaknya seorang ratu, Safira merasa sedikit tak nyaman juga senang di saat bersamaan.
Melihat Safira yang hanya diam, Arnam terlihat bingung,ia mengangkat sebelah alisnya tanda heran,tapi detik berikutnya ia pun paham.
“It's okey, santai saja," Arnam tenang berkata dengan santai. Safira yang melihat itu, ia pun akhirnya duduk di bangku yang di sediakan oleh Arnam.
“Terima kasih,”ucap Safira sambil tersenyum kepada Arnam, dan Arnam pun langsung membalas senyum Safira itu. Setelahnya, Arnam pun berjalan ke sebuah kursi kosong yang lain, dan duduk sambil menghadap ke arah Safira.
Tak lama pelayan pun datang, Arnam memesankan makanan untuknya dan Safira. Setelah itu pelayan pergi untuk mengambil pesanan mereka.
“Kamu sering kesini?” tanya Safira basa basi sambil menunggu pesanan mereka sampai.
“Nggak, aku baru kesini,”jawab Arnam di akhiri dengan sebuah senyuman.
Lama kelamaan Safira akan berfikir jika Arnam itu laki-laki ramah, tapi begitu mengingat sikap datar dan acuh Arnam pada sahabatnya yang lain ia pun akhirnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak lama pesanan mereka pun sampai,dan mereka pun mulai memakan makanan yang ada di atas meja dengan lahap. Selesai makan Safira mengambil tisu yang tersedia dihadapannya, ia mengelap mulutnya menggunakan tissue itu.
Krettt...
Bunyi kursi bergeser
“Mau kemana?” tanya Arnam saat melihat Safira bangkit dari kursi nya. “Mau ke toilet sebentar, kamu tunggu di sini, ingat jangan kemana-mana!, apalagi sampai tinggalin aku di sini sendirian,” ucap Safira memperingatkan. Meski mengancam entah mengapa Arnam merasa jika nada bicara Safira seolah takut di tinggal.
Arnam yang mendengar itu, ia hanya mengangguk sambil terkekeh pelan, membuat Safira menatapnya tajam untuk sejenak. Dan setelah mengatakan itu,
Safira pun berjalan menuju toilet.
“Mana mungkin aku tega tinggalin kamu,dasar anak kecil,”ucap Arnam sambil tersenyum kecil. Rasanya bukan hanya Safira yang berfikir jika Arnam itu ramah, bahkan Arnam sendiri pun sampai berfikir mungkin jika terus bersama dengan Safira ia tidak ada bedanya dengan orang-orang yang terkenal ramah.
*****
Safira yang telah berada di toilet cukup lama, ia pun langsung keluar, takut Arnam kelamaan menunggunya. Ia berjalan kembali ke tempat Arnam berada. Di saat Safira telah sampai dan berjarak satu meter dari tempat Arnam duduk, ia melihat ada seorang perempuan yang sedang berusaha untuk mendekati Arnam.
‘Ternyata punya pacar yang tampan itu,gak selalu baik’ batin Safira merasa sedikit kesal karena hal itu.
Tanpa berkata, Safira pun langsung berjalan dengan langkah cepat menghampiri Arnam.
Begitu sampai, Safira langsung merangkul tangan Arnam dengan mesra. “Sayang, maaf ya sudah buat kamu menunggu lama,” ucap Safira berusaha untuk bersikap mesra, ia abai meski Arnam kesulitan meresponnya karena sedang duduk sambil minum jus.
Meski sebenarnya Safira merasa gugup dan malu, karena ini pertama kalinya dia bersikap mesra pada Arnam. Atau lebih tepatnya baru pertama kali Safira bersikap posesif, karena biasanya Arnam yang akan posesif jika dirinya di dekati laki-laki lain.
Arnam yang di perlakukan seperti itu, ia hanya diam, senyum tipis pun muncul tanpa sepengetahuan Safira. Merasa senang di perlakukan seperti itu,ia tidak marah, karena ia tahu jika Safira melakukan itu karena sedang merasa cemburu.
Perempuan yang awalnya berusaha untuk mendekati Arnam itu, ia hanya dapat diam sambil memandang tak suka kearah Safira. ‘Siapa perempuan itu?, kenapa dia berani pegang-pegang gebetan ku sih?!' pikir wanita itu dengan wajah terlihat kesal yang berusaha ia sembunyikan.
“Sayang ayo kita pulang, kayaknya ada sesuatu yang harus aku urus,”ucap Safira beralasan, dengan wajah yang terlihat memelas, dan nada yang sedikit di lembut-lembutin, agar terlihat manja.
Arnam yang mendengar itu, ia pun bangkit dari duduknya, karena ia tahu apa yang di inginkan oleh Safira. Meski sebenarnya ia masih ingin melihat lebih jauh, dan sampai mana Safira akan berbuat posesif karena merasa cemburu.bTapi cubitan diam-diam dari Safira yang tanpa ampun, seakan mengatakan betapa kesal Safira ia saat ini. Setelah mereka berada di luar restoran,tiba-tiba Safira melepaskan rangkulannya itu dengan sedikit kasar.
“Kamu!, kenapa diam aja saat perempuan itu dekatin kamu?!.”Kesal Safira tapi Arnam hanya diam.
“Senang gitu bisa di dekati sama wanita cantik dan seksi?!!,dasar kamu itu ganjen!!!” Safir menatap Arnam dengan tatapan tak suka dan tampang kesalnya.
Arnam tetap diam dan terus memperhatikan wajah Safira yang marah karena cemburu. “Kenapa diam aja?!, nggak terima aku katain kamu ganjen. Memang siapa suruh kamu buat aku marah!!,kamu seneng kan di dekati sama perempuan itu?!”ucap Safira dengan tatapan memicing curiga.
Masih diam, tapi kini dengan mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Arnam melakukan itu bukan karena ia sedang marah,tapi karena Arnam saat ini sedang menahan rasa gemasnya akan ekspresi Safira yang terlihat menggemaskan saat sedang marah atau lebih tepatnya tengah menahan cemburu!!.
Arnam hanya diam dan berusaha agar ia tidak mencubit pipi Safira yang seakan kembang-kempis saat sedang berbicara. “Kenapa juga kamu mengepal kan tangan kamu kayak gitu?!, mau pukul aku?, Coba aja kalau berani !!"ucap Safira terus berbicara tanpa henti.
Dan akhirnya Arnam pun sudah tak tahan untuk mencubit Safira, ia pun langsung mencubit kedua pipi Safira dengan sedikit keras karena gemas. Rasanya ekspresi Safira yang tengah marah saat ini,terlihat sangat sangat imut dan menggemaskan untuk Arnam, hingga ia pun tak tahan lagi untuk mencubit safira.
“Auwww, sakit,”ucap Safira saat kedua pipinya di cubit oleh Arnam dengan gemas, benar-benar sangat kencang. Seakan pipi Safira itu mainan yang bisa di usel-usel dan di cubit seenaknya
Safira yang merasa sakit di kedua pipinya itu,ia pun dengan cepat menepis tangan Arnam di kedua pipi nya dengan kasar. “Apaan sih, jangan cubit-cubit orang seenaknya!” Safira memegang kedua pipinya dan mengusapnya dengan lembut
“Lagipula siapa suruh kamu terus marah-marah?, aku yang ingin bicara jadi tidak bisa. Apalagi pas tadi kamu bilang jika aku boleh memukul kamu, ya mana mau sih aku mukul kamu ”Arnam tersenyum, merasa gemas.
“Alasan!!. Bilangnya aja mau jelasin!, tapi nggak di jelas-jelasin juga, bilang aja kamu senang di dekatin cewek cantik tadi.Dan lagi wajah kamu tolong di perhatikan, jangan senyum-senyum kayak begitu, jelek tau, kayak orang mesum!!”ucap Safira dengan nada mencebik.
Senyum Arnam kala itu hilang seketika begitu dikatai mesum. Sedangkan Safira Seolah tidak peduli dengan ekspresi Arnam, Safira yang melihat tukang ojek lewat di depannya itu, ia pun langsung memberhentikan tukang ojek tersebut.
Kemudian setelah itu Safira langsung menaiki ojek itu. “Bang jalan!”perintah Safira pada tukang ojek. Tak lama, ojek yang di naikin Safira itu pun berjalan pergi dan meninggalkan Arnam yang saat ini hanya diam di pinggir jalan sendirian.
Meski sedikit kesal dengan ucapan Safira, Arnam yang melihat itu, hanya tersenyum kecil akan kelakuan Safira, tapi ia juga sedikit menekuk wajahnya karena tak suka Safira diantar pulang tukang ojek.
Apalagi ojek itu... laki-laki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Naufal Longgi
terlalu banyak "pun" kak.. agak gmn baca nya gitu
2021-09-15
0