Gedung-gedung pencakar langit sepertinya terlihat lebih menarik sekarang dibandingkan Lindsey berangkat tadi. Sedari tadi kepala Lindsey terus menghadap ke arah jendela mobil, mendongak dan menatap setiap gedung yang di lewati oleh mobilnya.
Namun yang membuat Lindsey terlihat seperti orang gila adalah karena sedari tadi sejak Lucas menyuruh Patrick mengantarnya pulang, wanita itu terus tersenyum.
Bukan sesuatu yang mengegerkan kerena Lindsey diketahui memang wanita yang ramah senyum. Tapi sejak tadi senyum itu tidak memudar!
Hampir di setiap harinya Lindsey akan tersenyum saat ada yang menyapanya. Dia bukan orang yang yang sombong. Terkenal membuatnya harus pintar-pintar menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya.
Berbeda dengan hari ini, lebih tepatnya setelah ia selesai makan siang dengan Lucas. Lindsey tampak berbeda, ia tampak lebih bercahaya. Lindsey tampak berbahagia.
"Sepertinya Anda sedang berbahagia, Nyonya?" pertanyaan itu sebenarnya lebih terdengar seperti sebuah pernyataan.
Lindsey mengalihkan pandangannya menatap Patrick di depan dan tersenyum semakin lebar. "Apa terlihat jelas?"
"Sangat jelas, Nyonya." jawab Patrick juga ikut tersenyum.
"Padahal aku sudah berusaha untuk menyembunyikannya," ucap Lindsey kemudian terkekeh kecil. "Tapi malah terlihat sangat jelas." lanjutnya lagi.
"Kebahagiaan tidak perlu disembunyikan, Nyonya."
"Aku rasa juga seharusnya begitu." ucap Lindsey masih dengan senyumnya.
"Memangnya apa yang sudah dilakukan oleh tuan sampai Anda bahagia seperti ini, Nyonya?" tanya Patrick penasaran.
Lindsey tersenyum malu, "aku tidak tahu, dia juga tidak melakukan apa-apa, aku hanya bahagia." ucap Lindsey dengan suara pelan.
"Apa Anda mencintai tuan?"
"Ya." ucap Lindsey pelan tapi tetap masih bisa di dengar oleh Patrick. "Tapi jangan katakan padanya ya." lanjutnya lagi.
Patrick tersenyum tipis dan miris.
"Patrick."
"Ya, Nyonya?"
Lindsey terdiam beberapa saat sebelum kembali melanjutkan, "apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Tentu saja, Nyonya."
Patrick dapat melihat sejenak keraguan di wajah Lindsey.
"Nyonya?"
"Apa, eum... Lucas benar-benar gay?"
Patrick terdiam. Tidak berniat menjawab pertanyaan Lindsey tapi raut wajahnya kembali berubah menjadi datar. Tatapannya masih lurus ke depan. Ia menghela napas rendah. Lucas bahkan belum mengaku yang sebenarnya pada istrinya sendiri.
"Patrick."
"Apa tuan pernah mengatakan pada nyonya kalau ia seorang gay?"
"Eh, Ti-tidak pernah."
"Mungkin nyonya bisa bertanya sendiri pada tuan kalau begitu." Patrick tersenyum tipis.
"Apa kau tidak bisa mengatakannya padaku Patrick?"
"Saya tidak punya wewenang untuk mengatakannya pada, Nyonya."
Lindsey menghela napas pelan. sepertinya sangat sulit baginya jika tetap bertanya pada Patrick. Lelaki itu tidak akan memberitahunya, kecuali ia mengancam akan bunuh diri.
Sayangnya Lindsey tidak sebodoh itu untuk melakukan hal yang konyol seperti itu. Berbohong bukan keahliannya, selama ia tidak pernah berbohong, ia hanya tidak menjawab pertanyaan yang membuatnya harus berbohong. Lagipula mencintai seorang lelaki seperti Lucas bukanlah perkara yang sulit, tidak sesulit saat ia mencoba mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya.
Ayolah, Lucas lebih baik dari kedua orang tuanya. Lucas selalu bisa membuat jantungnya berpacu hanya dengan tatapan matanya yang dingin dan tajam.
"Kita sudah sampai, Nyonya." suara Patrick membuyarkan lamunannya.
Ternyata lelaki itu sudah membukakannya pintu. Kenapa ia tidak sadar?
"Terima kasih, Patrick."
Patrick mengangguk kemudian menutup pintu mobil itu dan mengikuti Lindsey dari belakang.
"Kau tidak kembali ke kantor?" tanya Lindsey ketika merasakan kalau Patrick ikut berjalan dibelakangnya.
"Tuan menyuruh saya untuk memastikan Anda masuk ke dalam mansion, dengan selamat Nyonya."
Ah, Lucas memang selalu berhasil membuatnya tersenyum. Perhatian kecil seperti ini membuatnya yakin walau tidak seratus persen, kalau Lucas juga menyukainya.
Maksudnya, lihat saja, lelaki itu bahkan menyuruh Patrick untuk memastikan agar ia benar-benar masuk ke mansion dengan selamat. Bukankah itu artinya kalau Lucas benar-benar peduli padanya?
Memikirkan itu membuat Lindsey tersenyum sendiri.
Seorang maid tiba-tiba datang menghampiri Lindsey yang sedang berjalan masuk sambil menunduk hormat dan sopan.
"Ada yang ingin bertemu dengan Anda, Nyonya." ucap maid itu masih dengan kepala tertunduk.
"Siapa?"
Itu bukan suara Lindsey. Suara Lindsey tidak serak dan garang seperti itu. Itu suara Patrick.
"Saya tidak tahu, sir."
Lindsey hendak berbicara tapi lagi-lagi Patrick mendahuluinya.
"Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan, sir." Patrick mengangguk pada maid itu dan memberinya kode untuk meninggalkan mereka.
Padahal Lindsey baru ingin bertanya pada maid itu, tapi Patrick malah menyuruhnya pergi. Dan satu hal yang baru Lindsey sadari, kenapa semua orang yang bekerja apa Lucas memanggil Patrick dengan sebutan 'sir'?
"Lebih baik Anda berada di belakang saya, Nyonya."
Lagi-lagi Patrick menyadarkannya dari lamunannya. Sekarang laki-laki sudah berjalan mendahuluinya dan memberinya kode agar mengikutinya dari belakang.
"Apa Anda ada janji dengan seseorang, Nyonya?" tanya Patrick sebelum mereka kembali melangkah.
"Tidak, aku tidak mengenal siapapun di kota ini "
Patrick mengangguk dan kembali berjalan dengan Lindsey yang mengikutinya dari belakang. Lelaki itu berdehem saat sampai diruangan di mana tamu itu sedang menunggu Lindsey. Bukan ruang tamu melainkan ruang keluarga. Aneh.
"Ekhem."
Perempuan itu menoleh lalu menyunggingkan senyum tipis saat melihat Patrick berdehem kepadanya.
Berbeda dengan perempuan itu, Patrick kini sudah menatap wanita itu dengan raut wajah datar dan tatapan tajamnya.
"Hai, Patrick." sapa perempuan itu dengan senyumnya yang menawan.
Lindsey mengernyit, tamunya ini mengenal Patrick.
"Sedang apa Anda di sini, nona?" Patrick menatap perempuan itu, datar.
"Aku ingin bertemu dengan 'Nyonya' mansion ini." Ucap perempuan itu lembut dan tersenyum tipis. Sangat menawan tapi terkesan angkuh.
Lindsey yang ada di belakang Patrick sudah ingin melihat siapa tamu yang ingin bertemu dengannya. Tapi isyarat tangan Patrick membuatnya untuk tidak bergerak dan tetap diam di tempatnya. Menjengkelkan.
"Untuk apa?" tanya Patrick lagi, datar.
"Untuk berbicara." balas perempuan itu masih dengan senyumnya, "aku tahu dia ada di belakangmu." lanjutnya lagi membuat Patrick mendadak kesal.
"Tapi anda tidak boleh bertemu dengan Nyonya mansion ini. Ah, maksud saya anda tidak boleh bertemu dengan I S T R I tuan saya, Lucas. Lagipula Nyonya saya tidak ingin bertemu dengan Anda, beliau juga tidak mengenal Anda."
Memang benar apa kata Patrick kalau Lindsey tidak kenal siapa perempuan itu. Suara perempuan itu bahkan terdengar asing di telinganya.
"Kenapa aku tidak boleh menemuinya Patrick, kurasa kau lupa kalau aku pernah hampir berada di posisinya." ucap perempuan itu sombong.
"Benarkah? Kenapa saya tidak pernah tahu?" balas Patrick tak kalah sinis.
Lindsey masih diam di belakang Lucas. Ada apa ini? Kenapa terasa menegangkan berada di antara kedua manusia ini? batinnya.
Lalu apa tadi kata perempuan itu? hampir berada di posisinya? Apa maksudnya? Memangnya apa posisi Lindsey sekarang? Ia bahkan tidak bekerja di perusahaan Lucas, tentu saja ia tidak memiliki posisi apapun.
"Sebaiknya kau menyingkir Patrick." ancam perempuan itu akhirnya.
"Kalau saya tidak mau?" tanya Patrick dengan alis sebelah terangkat dan nadanya yang terkesan mengejek.
"Aku ingin berbicara dengannya!"
Kali ini sikap menawan perempuan itu sudah berubah menjadi lebih menyeramkan. Perempuan itu sepertinya tengah menahan amarah. Nada suara yang dikeluarkan perempuan itu mampu membuat Lindsey bergidik.
"Tuan saya tidak akan pernah suka kalau anda menggangu istrinya, nona." lagi-lagi Patrick bersuara dengan nada mengejeknya.
"Kau lupa apa yang sudah Lucas ambil dariku Patrick?" suara wanita itu berubah dan kali ini terkesan dingin.
Patrick menatap perempuan yang ada di hadapannya ini ini dengan sebelah alis terangkat, kali ini bukan terkesan mengejek melainkan terkesan merasa aneh.
"Tuan mengambilnya karena anda memberikannya sendiri. Dalam keadaan sadar."
"Apa ia sudah mengambil milik wanita itu juga?"
"Wanita?"
"Yang dibelakang mu. Istrinya."
"Saya rasa itu bukan urusan Anda nona, sebaiknya Anda pulang sekarang." ucap Patrick dingin.
Ia sudah lelah menanggapi perempuan yang ada di hadapannya ini. Dari semua perempuan yang ada pernah berhubungan dengan Lucas, perempuan yang ada dihadapannya sekarang ini bisa dikatakan paling agresif dan berambisi. Mengganggu dan menyebalkan sekaligus.
Perempuan itu terdiam mendengar nada dingin yang diucapkan Patrick. Sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Ia akan kembali lagi nanti.
"Baiklah, aku pulang." Ucap perempuan itu santai, lalu berdiri mengambil tasnya dan berjalan melewati Patrick yang setia mengamati setiap gerak geriknya dengan tajam, sambil tetap tidak membiarkan Lindsey menoleh untuk menatap tamunya ini.
Sebelum benar-benar keluar perempuan itu berhenti dan berbalik. Menatap Patrick dan masih setia melindungi wanita dibelakangnya.
"Aku akan kembali lagi nanti, sampai bertemu lagi Lindsey." ucapnya lalu meninggalkan mereka.
Patrick berbalik menatap Lindsey yang saat ini menatapnya dengan tatapan kesal penuh penekanan, menunggu dan menuntut Patrick untuk menjelaskan apa yang baru saja terjadi.
"Tuan yang akan menjelaskannya pada Anda, Nyonya." Ucap lelaki itu datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ge
Ada lgi hal yg baru. Yg laen blm trkuak
2021-01-01
0
Noor Dech
ooo
mulai ada parasit dech
2020-11-11
1
Tata Surya
apakah perempuan itu telah menyerahkan keperawanannya pd lucas
hemmm....
curigation 🧐
2020-09-13
1