Kabut yang tebal membuat London terasa dingin pagi ini. Jalanan yang licin dan terbatasnya daya penglihatan karena kabut, membuat beberapa pengendara harus menyetir pelan-pelan untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan.
Malam yang cerah tidak menutup kemungkinan kalau selang beberapa jam kemudian hujan akan menyapa bumi London dengan deras.
Hujan sudah reda beberapa jam yang lalu namun meninggalkan kabut dan menyelimuti kota London hingga saat saat. Pagi ini pun terasa lebih dingin dibandingkan pagi-pagi sebelumnya, namun beberapa orang tetap memilih untuk lari pagi dengan alasan kesehatan mereka.
Berbeda lagi dengan beberapa orang yang lebih memilih bermalas-malasan memeluk selimut mereka dengan alasan cuaca mendukung. Seperti halnya dengan Lucas yang saat ini lebih memilih untuk bermalas-malasan dibawah selimut hotel yang tebal. Setelah kejadian semalam, ia memilih hotel untuk tempatnya beristirahat. Tenang saja ia benar-benar istirahat dan tidak melakukan hal-hal aneh, seperti menyewa wanita untuk menyalurkan hasratnya yang tertahan.
Dering ponselnya benar-benar mengganggu tidur Lucas. Tidur di cuaca seperti ini dan dibalut dengan selimut tebal benar-benar sangat nikmat. Mungkin akan terasa lebih nikmat lagi jika ia bisa bercinta dengan Lindsey di saat seperti ini.
Mata Lucas terbuka lebar, tunggu! Apa yang baru saja ia pikirkan?
Lucas mendesah malas dan mengambil ponselnya yang sangat berisik. Ia membaca nama yang tertera kemudian mengernyit karena yang menelponnya adalah Patrick. Ada apa menelpon pagi-pagi seperti ini?
Ia kemudian mengangkat panggilan Patrick dengan wajah datar. “Apa?”
“Sir, pesawat anda sudah menunggu di bandara sejak setengah jam lalu.”
“Apa!”
“Yes sir, anda harus pulang hari ini. Ada beberapa masalah di perusahaan.”
“Bukankah kau bisa mengurusnya sendiri Patrick?!”
“Tapi ini harus ditangani oleh Anda langsung sir,”
“Masalah apa?”
“Sebaiknya anda pulang dan melihatnya langsung sir.” ucap Patrick kemudian mematikan ponselnya.
Biar Lucas perjelas, satu-satunya pegawainya yang berani memerintahnya adalah pegawai lelaki bernama Patrick!
Lucas menggeram kasar, namun Ia teringat kalau Lindsey belu tahu jika mereka akan pulang sekarang. Lucas baru ingjn menghubungi Lindsey ketika ia kembali teringat kalau ia tidak punya nomor ponsel istrinya itu. Shit!
Lucas lalu mengutak-atik ponselnya dan menelepon seseorang.
“Halo Lucas sayang.” sapa seseorang dengan intonasi yang Lucas yakini dibuat selembut mungkin diseberang sana.
“Kau dimana?” tanya Lucas datar.
“Aku masih di rumah, ada apa sayang?” tanya perempuan itu dengan nada manja yang dibuat-buat membuat Lucas muak. “Apa kau merindukanku? Atau kau sudah bosan pada istrimu?” tanyanya lagi.
“Berhenti bermain-main Liliana! kirimkan padaku nomor ponsel Lindsey sekarang!” ucap Lucas tegas. Ah selain Patrick, Liliana tahu kalau ia adalah lelaki normal.
“Kau bahkan tidak memiliki nomor ponsel istrimu? Naas sekali nasib istrimu Lucas sayang, sedangkan kau memiliki nomor ponselku. Aku tahu kalau kau menyukaiku Lucas lebih dari istrimu,” ucap Liliana percaya diri kemudian tertawa.
“Berikan saja aku nomor ponsel istriku, Liliana!” Lucas sengaja menekan kata ‘istriku’ saat berbicara membuat Liliana berang.
“Aku tidak punya nomor perempuan itu!” ucapnya kesal “Lucas be-”
Belum selesai Liliana berbicara, Lucas langsung mematikan ponselnya dengan kesal. Entah kenapa ia semakin kesal saat mendengar Liliana bahkan sepertinya tidak menghargai Lindsey sebagai kakaknya.
Tidak mau memikirkan peliknya kehidupan keluarga istrinya, Lucas memilih untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai, ia langsung check out dan mengendarai Ducati miliknya menuju kediaman istrinya.
Lucas mengendarai mobilnya pelan karena kabut membatasi penglihatannya. Ia membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di kediaman keluarga Collins.
Ia memasuki rumah besar itu dengan langkah tegap dan orang pertama yang menyambutnya adalah Erick Collins.
“Kau dari mana?” tanya Erick yang saat ini sudah menjadi mertuanya.
“Hotel.” jawab Lucas datar. Ia langsung meninggalkan Erick yang sepertinya ingin kembali bertanya.
Lucas berjalan menuju kamar istrinya dengan tenang. Ia membuka pintu kamar dan mendapati Lindsey lagi-lagi berdiri di balkon kamarnya dengan pakaian tertutup sampai ke lehernya.
Seketika membuat Lucas sadar. Ia teringat jika semalam ia hampir memperkosa istrinya sendiri. Tapi melihat Lindsey yang berdiri memunggunginya seperti itu membuatnya ingin memeluk wanita itu dari belakang.
Istrinya itu seolah-olah sedang berusaha menenangkan diri dan terlihat rapuh di mata Lucas.
Meskipun Lindsey selalu tersenyum ceria, kenyataanya istrinya itu menyimpan beban yang sangat berat.
“Lindsey.” panggil Lucas datar dan serak.
Lindsey langsung berbalik. Ia sedikit terkejut karena seseorang tiba-tiba memanggil namanya. Lucas menyadari raut wajah terkejut itu. Ia tersenyum tipis, sangat tipis sampai-sampai Lindsey juga tidak bisa melihat senyum itu.
“Persiapkan dirimu, kita akan ke Amerika sekarang. Pesawatnya sudah menunggu.”
Lagi-lagi Lindsey kembali terkejut, kenapa mendadak sekali? Ia belum mengemas barang-barangnya.
“Kenapa mendadak?” tanya Lindsey lembut.
Ah, suara itu selalu berhasil membuatnya on.
“Aku ada masalah di kantor.” jawab Lucas datar.
Lindsey tidak tahu harus bagaimana. Lucas masih berdiri di sana menatapnya dalam dan tajam. Dan tatapan itu sanggup membuat kakinya lemas seperti jelly.
Dengan cepat Lindsey mengalihkan pandangannya dan mulai bergerak mengambil koper besar miliknya. Ia mulai mengepak barang-barangnya. Bukan hanya baju, Lindsey juga mengisi kopernya dengan beberapa barang yang membuat Lucas sedikit bingung.
Tidak cukup sampai di situ, Lindsey kembali mengeluarkan koper besar miliknya yang lain dan mulai mengemasi barang-barang yang menurut Lucas tidak perlu.
“Lindsey.” panggil Lucas.
Lindsey berbalik dan menatap Lucas dengan tatapan bertanya.
“Apa kau berniat membawa seluruh barang yang ada di kamar ini?” tanyanya penasaran.
Lindsey terdiam cukup lama, “Mama mengatakan kalau aku harus membawa semua barang ku kalau kau mengajakku pergi, seperti saat ini.”
Lucas kembali mengernyit, tapi sedetik kemudian rahangnya mengeras. Ia menggeram marah, aura yang dikeluarkannya sangat tidak bersahabat.
“Mereka mengusir mu.” pernyataan itu keluar pelan dari mulut Lucas. Ini sudah benar-benar keterlaluan.
Lindsey kembali mengemas barang miliknya. Lucas menyadari kalau Lindsey benar-benar tidak dianggap di keluarganya sendiri.
Ia menghampiri Lindsey lalu menarik tangan wanita itu dengan kuat. Membawanya keluar dari kamar, menuruni tangga sampai kemudian ia mendengar suara lembut Lindsey.
“Lucas aku belum selesai mengemasi barangku.”
Tapi Lucas tetap menariknya menuruni tangga, mengabaikan perkataan istrinya. “Biarkan saja, uangku lebih dari cukup untuk membeli barang baru untukmu.” Ucapnya datar namun tersirat dengan nada kekesalan.
Mereka melewati ruang tengah dengan tangan Lucas yang terus menggenggam tangan Lindsey.
“Lucas.” panggil seseorang dan membuat langkah mereka terhenti.
Mereka berdua menoleh serempak pada asal suara, lalu mendapati kalau yang memanggil Lucas adalah Lacey, mama Lindsey. Wanita paruh baya itu tersenyum namun membuat Lucas semakin muak.
“Ayo sarapan dulu, Lindsey ajak suamimu sarapan dulu.” ucap Lacey dengan senyum ramah. Lindsey tersenyum manis, seperti biasanya.
Tangan Lindsey yang bebas menyentuh tangan Lucas yang menggenggam tangannya kuat. “Ayo sarapan dulu,” ajaknya lalu tersenyum dengan senyum sialan andalan istrinya, membuatnya lemah.
Lindsey melepas cekalan tangan Lucas kemudian berbalik menggenggam tangan lelaki itu dengan kedua tangannya lalu menariknya menuju meja makan.
Mereka memasuki ruang makan sambil bergandengan tangan, dengan Lindsey yang menggenggam tangan Lucas.
Dan hal selanjutnya semakin membuat Lucas marah adalah semua orang yang ada di ruang makan itu sepertinya sudah memulai sarapan mereka sejak tadi. Mungkin sejak ia memasuki kamar Lindsey tadi.
Lucas menarik kursi untuk Lindsey duduki, kemudian menarik kursi di sebelah Lindsey untuk dirinya sendiri. Ia duduk sangat dekat pada Lindsey membuat Liliana mendengus kesal.
“Silahkan makan.” ucap Lacey dengan senyumnya.
“Sepertinya kalian sudah sarapan lebih dulu.” sindir Lucas datar. Erick dan Lacey langsung menoleh padanya dengan was-was.
“Sebenarnya tadi aku sudah ingin mengajakmu saat kau baru pulang.” ucap Erick,, sedangkan Lacey semakin melebarkan senyumnya untuk meyakinkan Lucas. “Tapi kau langsung meninggalkanku dan masuk ke dalam kamar,” lanjutnya lagi.
“Kalian bisa mengetuk pintu kamar kami dan mengajak kami sarapan bersama. Bukan ikut sarapan saat kalian sudah akan selesai sarapan!” balas Lucas tajam.
“Ka-kami um, kami ta-takut mengganggu kalian, kalian kan pengantin baru.” sanggah Lacey dengan terbata-bata karena gugup.
Lucas hendak membalas lagi namun berhenti saat merasakan tangannya diremas oleh Lindsey. Ia menoleh menatap Lindsey yang saat ini menatapnya dengan tatapan memohon.
Lindsey tersenyum, “kau ingin makan apa?” tanya Lindsey dengan senyum tegar yang Lucas tahu itu senyum kebohongan. Istrinya itu pasti sangat tersakiti sekarang.
“Kita makan diluar saja, pesawat sudah menunggu dari dua jam yang lalu di bandara. Aku tidak mau membayar uang parkir lebih." ucap Lucas kembali pada nada datarnya.
“Memangnya kalian mau kemana?” sela Liliana.
“Kami akan ke Amerika hari ini, mungkin lebih tepatnya sekarang.” jawab Lucas dingin.
“APA!” pekik Liliana terkejut.
“Apa kau sudah membawa barang-barangmu, sayang?” tanya Lacey pada Lindsey.
“Lindsey tidak perlu membawa apa-apa, aku sudah menyuruh asistenku untuk membeli segala keperluan istriku.” ucap Lucas. Ia semakin sadar kalau Lindsey memang benar-benar diusir. Secara halus.
“Kalian bisa menjual barang-barang Lindsey, aku yakin harganya akan semakin mahal karena pernah dipakai oleh istriku.” sindirnya lagi.
Lucas berdiri dan menarik tangan Lindsey. Ia baru sadar jika sedari tadi istrinya ini hanya menunduk.
“Apa kalian harus ke Amerika sekarang?!” pekik Liliana yang masih tidak terima akan ditinggalkan oleh Lucas.
“Memangnya kenapa? Apa urusanmu?” tanya Lucas dingin. Ia benar-benar emosi dengan semua orang yang ada di keluarga ini.
“Sayang, ayo kita berangkat.” ajak Lucas menggandeng tangan Lindsey dan berjalan meninggalkan keluarga durhaka ini.
“Kapan kalian akan kembali lagi ke London!!” teriak Liliana tidak percaya dan tidak terima sekaligus.
“Kami tidak akan pernah kembali!” jawab Lucas tajam. Ia membukakan pintu mobil untuk Lindsey kemudian mengendarai mobil ducati-nya meninggalkan kediaman Collins.
Lucas memberikan ponselnya pada Lindsey membuat wanita itu bingung.
“Masukkan nomor ponselmu.” ucapnya datar.
“Aku tidak punya ponsel sekarang, ponselku tertinggal di kamar. Apa kau ingin kembali dulu untuk mengambil ponsel dan buku tabungan serta kartu ATM Ku?” tanya Lindsey polos.
Lucas tersenyum tipis, “tidak perlu, aku akan membelikan mu ponsel baru dan membukakan mu tabungan baru.” Ucapnya.
Lebih baik Lindsey tidak membawa apapun dari rumah laknat itu. Lucas lebih dari mampu untuk membiayai kehidupan Lindsey mulai dari nol. Setidaknya uangnya berguna kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Indahindah15
setidaknya meskipun baru kenal, lucas mau tanggung jawab ke lindsay drpd keluarganya
2021-07-02
1
mentari pagi
golek bojo koyo ngono kui ning endi yo....
2021-06-22
0
ummi_Շɧ𝐞𝐞ՐՏ🍻muneey☪️
Ada ya klrga kya gitu
2021-06-14
0