Suasana hening di mobil yang ditumpangi oleh Lucas dan Lindsey membuat perjalanan menjadi terasa lama dan cenderung membosankan. Tidak ada yang ingin menurunkan ego untuk berbicara terlebih dahulu.
Keterdiaman Lucas entah kenapa membuat Lindsey sedikit merasa bersalah. Lelaki itu entah kenapa terlihat sedang kesal. Apa karena permintaan anehnya di pesawat tadi?
Sejujurnya Lindsey tidak berniat sama sekali meminta Lucas untuk menceraikannya. Ia juga tidak ingin menjadi janda di usia pernikahannya yang masih hitungan hari.
Hanya saja entah kenapa pertanyaan Lucas mengenai keperawanannya membuat ia merasa takut. Apalagi jika seandainya Lucas mengetahui masa lalunya yang kelam. Ia takut Lucas akan kecewa padanya, dan menyesal sudah menikahinya.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui masa lalunya kecuali lelaki itu. Lelaki yang menemukannya menangis di tengah hutan karena tersesat. Lelaki yang berjanji akan selalu ada untuknya. Lelaki yang telah merenggut harta berharganya, setidaknya itu yang dia percayai. Ia mempercayai lelaki itu, hingga dua tahun kemudian lelaki itu menyuruhnya pulang dengan alasan ia sudah terlalu lama pergi.
Tapi sebelum ia pulang, lelaki itu sudah berjanji akan kembali padanya suatu saat nanti. Sayangnya sampai detik ini lelaki itu tak kunjung datang. Dan saat ini Lindsey juga telah menikah dengan lelaki yang ia ketahui secara perlahan telah berhasil menempati hatinya sedikit demi sedikit.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui mengenai lelaki itu, kecuali George. George satu-satunya sahabatnya dan lelaki itu selalu menjadi tempatnya mencurahkan segala keluh kesahnya. George juga tahu kalau ia masih menunggu lelaki itu.
Tapi sayangnya setelah ia menikah dengan Lucas, perasaannya pada lelaki itu mulai menghilang dan digantikan oleh Lucas.
Namun sebesar apapun rasa cintanya pada Lucas, ia tetap tidak akan bisa mendapatkan balasan dari Lucas. Ia bukan seseorang yang bisa membuat Lucas tersenyum. Buktinya saat ia berusaha tersenyum pada Lucas, lelaki itu hanya menatapnya datar. Selama ia bersama Lucas, Lucas tidak pernah tersenyum padanya. Lucas memang pernah tersenyum sekali. Senyum yang mampu membuatnya berdebar, namun senyum itu bukan ditujukan untuknya.
Hanya sekali ia pernah melihat Lucas tersenyum, tersenyum pada seorang lelaki yang duduk di kursi di hari pernikahan mereka.
Lindsey sadar. Selamanya, ia tidak akan bisa memiliki Lucas.
Lindsey menghela napas pelan. Ia mengedarkan pandangannya ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah mansion megah. Lindsey mengikuti Lucas yang keluar dari mobil dan berjalan memasuki mansion megah bergaya victoria milik lelaki itu. Dan ia masih mengikuti Lucas dari belakang.
Puluhan maid berbaris dan menunduk menyambut kedatangan mereka mansion tersebut.
Lindsey terkejut saat melihat puluhan maid berbaris sambil menunduk pada mereka -dirinya dan Lucas-, begitu mereka memasuki mansion megah milik suaminya. Lindsey tidak tahu kalau Lucas sangat kaya.
Ia masih setia mengikuti Lucas dengan tersenyum sambil menatap satu persatu maid yang menunduk.
Namun tiba-tiba Lucas berhenti dan berbalik, membuat Lindsey menabrak dada bidang lelaki itu. Ia mengaduh, bukan karena kesakitan melainkan terkejut. Lindsey mengangkat tangannya dan mengelus kepalanya yang menabrak dada bidang suaminya itu.
Entah sadar atau tidak, Lucas juga mengikuti tangan Lindsey dan ikut mengelus kepala wanita itu dengan pelan dan lembut.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya datar sambil terus mengelus kepala Lindsey lembut.
“Aku baik-baik saja, kenapa tiba-tiba berhenti?” tanya Lindsey.
Setelah menanyakan itu, Lindsey kembali terkejut mendengar suara bariton Lucas yang keras.
“Perhatian! Kenalkan ini Lindsey Jefferson, istriku, nyonya di rumah ini!” tegas Lucas dengan tangan kanannya yang masih terus mengusap kepala Lindsey.
Jantung Lindsey berdetak tidak karuan mendengar kalimat Lucas. Lelaki itu sudah mengganti nama belakangnya? Bahkan sebelum ia sempat memikirkan nama belakangnya.
Dengan perlahan dan jantung yang masih berdebar, Lindsey membalikkan tubuhnya dan memandang barisan maid yang saat ini sepertinya sedang berusaha melihat wajahnya.
Benar saja, setelah ia mengalihkan pandangannya pada mereka. Semua maid dan orang-orang berjas hitam langsung menunduk kepadanya membuat Lindsey kikuk dan hanya tersenyum tanpa berbicara.
“Patrick!” panggil Lucas.
Pria yang bernama Patrick maju selangkah dan menjawab panggilan Lucas.
"Yes, sir?"
Lelaki yang belum terlalu tua itu namun juga tidak bisa disebut muda itu, menatap Lucas dengan datar.
“Apa kau sudah menyiapkan yang ku minta?”
“Sudah sir, semuanya sudah siap. Tinggal dipilih dan digunakan.” ucap Patrick.
Lucas mengangguk. Tangan kanannya yang sebelumnya mengusap kepala Lindsey, ia gerakkan meraih tangan Lindsey dan menariknya dengan pelan. Membuat Lindsey kebingungan dan menatap Lucas dengan tatapan polosnya.
“Ayo naik.” ajak Lucas.
Lindsey mengangguk dan mengikuti Lucas. Tangan lucas yang tadinya menggenggam tangan Lindsey perlahan mulai terlepas dan melingkari pinggang wanita itu, memeluknya posesif.
Sadarkah lelaki itu jika perbuatannya itu mampu membuat Lindsey berhenti bernapas sejenak karena terkejut?
Merasakan gerakan tangan Lucas yang bergerak mengusap-usap punggungnya pelan, membuat Lindsey benar-benar memerah. Ia malu dan suka sekaligus.
Ya Tuhan, tubuhnya seperti menerima aliran listrik ketika tangan besar Lucas mengusap-usap punggungnya pelan dan lembut. Membuatnya menginginkan lebih.
Ia menyukai tangan Lucas yang bergerak seperti itu di punggungnya, membuatnya merasa seperti di inginkan dan disayangi. Lindsey sedikit berharap, jika seandainya Lucas bukan gay mereka pasti sudah bahagia sekarang.
Tapi harapan itu hanya sebatas harapan saja karena segala hal yang diawali dengan 'seandainya' selalu berakhir dengan tidak indah. Karena apa? Karena jika seandainya Lucas bukan seorang gay apakah lelaki itu akan melakukan hal yang sama seperti barusan? Jika seandainya Lucas bukan gay, apakah Lucas akan menikahinya?
Diluar sana ada begitu banyak wanita yang lebih cantik darinya, yang lebih seksi darinya. Mungkin juga ada wanita perawan yang bisa membuat Lucas mencintainya diluar sana.
Dan itu membuat Lindsey tersadar dan bersyukur. Untuk apa Lucas mencari perawan? Toh lelaki itu tidak membutuhkan seorang perawan. Lindsey tersenyum tipis, jika saja Lucas bukan gay, maka ada kemungkinan jika saat ini ia tidak akan berada di sini, di pelukan posesif suaminya.
Mengingat itu, ia teringat pada permintaan anehnya di pesawat tadi. Pantas saja Lucas mengatakan tidak akan menceraikannya. Toh Lucas tidak akan menyentuhnya. Bodoh!
Padahal Lindsey merasa bahagia saat mendengar Lucas yang mengatakan mereka tidak akan pernah bercerai. Sekali lagi Lindsey menegaskan pada hatinya untuk tidak jatuh terlalu dalam, karena Lucas selamanya tidak akan pernah bisa menjadi miliknya.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Lucas setelah mereka berada di dalam kamar. Tangan Lucas masih belum terlepas dari pinggang Lindsey. Sedari tadi Lucas mengamati raut wajah Lindsey yang berubah-ubah. Ia penasaran apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu.
Lindsey mendongak menatap Lucas dan mendapati lelaki itu tengah menatapnya lekat. Seketika rasa gugup langsung menghampiri Lindsey.
“Ti-tidak, Ak-aku tidak se-sedang memikirkan apapun.” ucap Lindsey gugup.
Lucas tidak bersuara lagi. Ia menggandeng Lindsey menuju suatu walk in closet yang penuh dengan pakaian dan aksesoris. Lindsey terperangah melihat isi dari ruangan itu. Semua pakaian tertata rapi. Tapi yang membuatnya tidak suka adalah melihat ada begitu banyak pakaian wanita di ruangan yang dia yakini adalah milik Lucas.
Sementara di otaknya mengetahui kalau Lucas bukanlah penyuka wanita.
Bahkan tidak hanya pakaian wanita saja, melainkan banyak juga aksesoris wanita seperti tas, sepatu, dan perhiasan. Semuanya lengkap berada di ruangan itu. Dan Itu semua bukanlah miliknya, karena ia tidak membawa apapun dari London.
Lindsey terdiam melihat semua itu. Lucas juga belum mengajaknya berbelanja jadi semua barang wanita yang ada di ruangan itu sudah jelas bukan miliknya.
“Ke-kenapa banyak sekali barang w-wanita disini?” tanya Lindsey tercekat, nada suaranya terdengar tidak suka.
“Memangnya kenapa?” tanya Lucas datar.
“Bukankah ruangan ini milikmu? Lalu kenapa ada barang-barang perempuan?”
“Ruangan ini milik kita, dan barang itu milikmu.” ucap Lucas sedatar mungkin berusaha menahan tawanya, mendengar nada suara Lindsey yang seperti, merajuk. Dan ia suka itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Karate Cat 🐈
jangan jangan lucas 🤔
2023-02-24
0
Nurwana
mudah mudahanorg pertama yg menyentuh lendsay adalah Lucas.
2022-05-25
0
Indahindah15
q berharap yg ketemu lindsay di hutan itu lucas. ahhhhh ga mau tau kudu lucas 😂😂
2021-07-02
0