Chapter 2

Berita pernikahan seorang Lucas Jefferson benar-benar menggemparkan benua Amerika dan Eropa. Bagaimana tidak, jika seorang gay seperti dirinya menikahi seorang model yang cantik dan sangat seksi asal London, Lindsey Collins.

Tapi penggemar mereka berdua sepertinya tidak menerima pernikahan itu dengan lapang dada. Buktinya, saat ini penggemar mereka sedang berperang panas di media sosial maupun media online.

Penggemar Lucas yang notabene adalah kaum hawa berperang dengan penggemar Lindsey yang notabene adalah kaum adam. Mereka sama-sama mengatakan kalau idola dari masing-masing mereka tidak pantas bersanding.

Ada yang mengatakan jika Lindsey terlalu sempurna untuk bersanding dengan seorang gay. Sedangkan dari kubu sebelah juga mengatakan hal yang sama, Lucas terlalu sempurna untuk Lindsey, seorang model yang terkenal hanya karena usaha kedua orangtuanya. Tidak ada yang mau kalah diantara kedua kubu itu.

Berbeda dengan kedua idola mereka yang tidak peduli dengan pemberitaan media. Bahkan pada penggemar mereka yang sedang ‘berperang’.

Lindsey melirik TV tidak berminat. Ia baru saja selesai mandi karena kelelahan. Resepsi pernikahan mereka baru digelar dua hari kemudian setelah pemberkatan. Artinya pagi tadi dan baru selesai sore ini.

Lucas sendiri sudah pergi entah kemana, tapi Lindsey memilih naik karena kelelahan. Awalnya ia ingin beristirahat, tapi matanya menolak untuk terpejam dan ia berakhir dengan menonton TV.

Sayangnya setelah menonton, ia langsung tidak berminat karena hampir seluruh siaran acara hanya membahas mengenai pernikahannya saja. Bahkan segala macam spekulasi dari orang-orang yang merasa bahwa pernikahan ini terlalu tiba-tiba, membuat ia malas. Tapi memang begitu kan? 

Lindsey akhirnya mematikan TV dan memilih duduk di balkon kamarnya. Ia termenung dan menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong. Saat ini, ia dan Lucas masih berada di London. Lelaki itu mengatakan kalau ia masih punya pekerjaan yang belum selesai, jadi belum bisa langsung kembali ke Amerika.

Saat ini Lucas sedang berada di luar, entah di mana ia tidak tahu, yang pasti lelaki itu mengatakan kalau ia ada keperluan sebentar, setelah mengantarnya pulang.

Memikirkan Lucas membuat Lindsey kembali teringat saat Lucas menciumnya dua hari yang lalu setelah selesai pemberkatan. Ia menikmati ciuman yang diberikan Lucas padanya. Sangat lembut.

tanpa sadar, Lindsey menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk merasakan sisa-sisa panas ciuman yang diberikan Lucas.

Ia menikmati ciuman Lucas tapi ia sendiri tidak bergerak membalas ciuman itu hingga lelaki itu melepas bibirnya karena teriakan seseorang. Orang yang sama dengan yang sebelumnya meminta mereka untuk mengulang adegan ciuman itu.

Lindsey mendesah lelah, ia tidak akan pernah lagi bisa merasakan ciuman itu. Setidaknya tidak dalam waktu dekat ini. Suaminya itu tidak menyukainya, suaminya tidak menyukai perempuan.

Tapi jika Lindsey boleh jujur, ia sangat menyukai wajah Lucas. Ia juga tidak munafik jika mengatakan kalau Lucas memang tampan, bahkan sangat tampan. Rahang tegas lelaki itu dan lehernya yang kokoh benar-benar akan membuat Lindsey gila jika mencium, bahkan menjilatinya.

Eh!!! tunggu dulu, apa yang baru saja ia pikirkan? Ia tidak sedang mencoba untuk memiliki Lucas bukan?

Tidak mungkin ia bisa memiliki Lucas. Mengharapkannya saja hanya angan-angan apalagi memilikinya!

Oh C’mon, suaminya itu adalah seorang gay, itu artinya ia mengharapkan sebuah kemustahilan terjadi! Semacam mujizat menjadi nyata. Argggh benar-benar menyebalkan!

Ya ampun sebenarnya apa yang sedang Lindsey pikirkan sekarang? Apa ia sedang mengharapkan suami gay-nya?

Tidak! Ia tidak akan mengharapkan suaminya itu. Suaminya itu tidak akan pernah bisa menjadi miliknya. Dan lagi, Lucas juga mengatakan kalau lelaki itu tidak akan pernah lagi menyentuhnya. Damn!

Lindsey menggeleng-gelengkan kepalanya cukup keras kemudian memukul pelan kepalanya karena sudah berpikir yang tidak-tidak.

“Ada apa denganmu?”

Suara yang berasal dari belakangnya membuat Linsey terkejut dan langsung menoleh. Ia gelagapan karena pasti terlihat dungu sekarang, apalagi melihat Lucas yang saat ini sedang menatapnya, aneh.

“Aku.. Aku.. ak, aku hanya sedang memutar kepalaku,”

“Kenapa?”

Lucas melihat Lindsey berpikir keras hanya untuk menjawab pertanyaan ‘Kenapa’-nya. Lucas menggelengkan kepalanya pelan.

“Tidak usah dijawab kalau kau memang tidak memiliki jawabannya.” ucapnya datar kemudian memasuki kamar mandi.

Lindsey hanya terdiam dan menatap Lucas yang memasuki kamar mandi,

“lalu kenapa harus bertanya?” gumamnya cemberut.

Lindsey kembali ke balkon kamarnya, merasakan angin malam yang menyentuh kulit putihnya. Ia melihat lampu-lampu kota yang menerangi kegelapan. Malam ini tidak terlihat bulan maupun bintang, yang artinya malam ini bukanlah malam yang cerah.

Angin yang berhembus pelan menyapa tubuhnya, membuat ia memejamkan mata menikmati setiap hembusan yang menyentuh kulitnya dengan lembut. Sudah berapa lama ia tidak merasakan angin malam yang menyapanya lembut seperti ini?

Lindsey masih setia memejamkan matanya. Tanpa ia sadari Lucas sedang memandanginya dari belakang dengan raut wajah datar. Lelaki itu mengambil selimut tipis dan berjalan mendekati Lindsey dengan perlahan.

Lucas membentangkan selimut itu dan melilitkannya di tubuh Lindsey dengan pelan. Ia merasakan tubuh Lindsey yang terkejut dan melihat istrinya itu langsung menoleh ke belakang. Menatapnya dengan raut wajah shock karena terkejut. Tangannya masih setia melingkar di perut rata Lindsey mencoba memberikan sedikit kehangatan.

“Angin malam bukan sesuatu yang bisa membuat tubuhmu sehat. Jaga kesehatanmu.” ucap Lucas lalu mengurai pelukannya dan meninggalkan Lindsey yang masih menatapnya shock.

Lindsey masih berdiri menatap punggung Lucas yang menjauh hingga menghilang di balik pintu kamarnya. Jantungnya masih berdetak tak karuan.

Ia benar-benar terkejut saat merasakan seseorang yang memeluknya dari belakang. Dan ternyata yang memeluknya adalah Lucas. Ya ampun Lucas memeluknya!!

Tidak, tidak, tidak! memang kenapa kalau Lucas memeluknya? Lagipula lelaki itu memeluknya karena tidak ingin ia kedinginan, bukan karena hal lainnya! Tapi bukankah itu sebuah perhatian?

Lindsey bisa merasakan hangat pelukan Lucas disela-sela keterkejutannya tadi. Pelukan Lucas benar-benar lembut dan membuatnya hatinya berdesir. Ia sangat menikmati pelukan yang sesaat itu walau dengan raut wajah shock. 

Suara rendah Lucas membuatnya merinding. Seandainya saja suaminya itu normal, dengan senang hati ia akan langsung mencium bibir seksi lelaki itu, tapi sayangnya bukan.

Lindsey menyentuh dadanya merasakan debaran jantungnya. Kenapa ia bisa berdebar pada suaminya yang jelas-jelas adalah seorang gay? Sepertinya ada yang salah dengan jantungnya.

Entah kenapa saat ini ia sudah tidak mood lagi untuk menikmati angin malamnya. Rasanya ia ingin kembali dipeluk oleh Lucas seperti tadi.

Lindsey memutuskan kembali masuk dan menutup pintu balkon kamarnya dengan pelan. Ia berjalan menuju tempat tidur, ketika pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan suaminya di sana.

“Kau akan tidur?” tanya Lucas melihat istrinya yang sudah hampir menaiki tempat tidur.

“Iya,”

“Apa kau tidak lapar? Ayahmu bilang kau tidak ikut saat makan malam tadi.”

Lindsey menunduk dan menggigit bibir bawahnya. “Aku sedang tidak berselera makan,”

“Tapi kau harus makan. Ayo! Aku juga belum makan malam.”

Mau tidak mau Lindsey melepas selimut yang ada di tubuhnya dan menghampiri Lucas yang menunggunya di pintu. Ia berjalan dengan gugup karena Lucas sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari dirinya.

Ia keluar kamar dan mereka -Lindsey dan Lucas- berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Lucas mengikutinya dari belakang dengan kedua tangannya dimasukkan ke saku celananya.

Sebelum sampai di ruang makan, langkah Lindsey terhenti karena mendengar suara Liliana.

“Jadi kau tidak turun saat makan malam karena ingin makan malam bersama suamimu?” Liliana mengamati Lindsey dan Lucas dengan raut wajah yang entahlah, semacam kesal dan tidak suka.

Lucas juga mengamati Liliana dengan wajah datarnya, tapi kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Lindsey karena mendengar gadis itu bersuara.

“Aku tidak mungkin makan malam tanpa suamiku.” ucapnya datar kemudian melangkah meninggalkan Liliana yang masih menatapnya kesal. Lucas sendiri sedikit mengernyit saat mendengar nada Lindsey yang tidak bersahabat kepada adiknya sendiri.

Tapi Lucas tidak terlalu mempedulikan hal itu karena selanjutnya ia juga melangkah dan meninggalkan Liliana.

Raut wajah kesal dari adik iparnya itu tidak luput dari pandangannya. Lucas menatap Liliana dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Adik ipar?

Sebenarnya tadi, Lucas ingin keluar karena sadar dan terkejut telah memeluk Lindsey. Ia memeluk gadis itu dengan tidak sadar. tapi begitu sadar, ia langsung melangkah keluar untuk menetralkan perasaanya yang sepertinya sedang tidak beres. Ini baru tiga hari ia bertemu dengan Lindsey. Jadi mungkin perasaan Lucas masih belum terbiasa.

Lucas hampir sampai di pintu utama ketika ayah mertuanya, Erick mengatakan kalau Lindsey belum makan malam. Jadi ia memutuskan untuk tidak pergi keluar dan memilih untuk makan malam bersama istrinya. Tapi kenapa sekarang ia seperti menurut? Bukankah ini terlalu cepat untuk terpengaruh hanya karena status suami istri?

Lucas menatap Lindsey yang sudah duduk di meja makan sambil menatapnya dengan tersenyum. Ah, senyum sialan itu lagi. Kenapa sih istrinya ini harus tersenyum seperti itu padanya? Membuat perasaannya kembali tidak beres.

“Kau ingin makan apa biar aku buatkan?” tanya Lindsey dengan senyum cerianya.

“Sebenarnya aku tidak lapar.”

Lindsey menatap Lucas, bingung. Bukannya lelaki ini lapar? Kalau tidak lapar, kenapa mengajaknya makan malam?

“Kau tidak lapar?” tanya Lindsey dan Lucas menggeleng.

“Lalu kenapa mengajakku makan?”

Lucas menatap Lindsey datar,

“Karena kau belum makan malam.”

Deg. Lindsey menahan napas.

“Tapi aku memang sedang tidak ingin makan Lucas,” ucap Lindsey dengan senyumnya yang biasa.

“Kalau begitu ayo kita makan.”

“Barusan kau bilang kau tidak lapar?” Lindsey semakin bingung dengan tingkah Lucas yang menurutnya memang membingungkan.

Lucas hanya menatapnya datar, “bisa kau buatkan aku susu hangat dan omlete?”

“Kau makan omlete malam-malam?”

“Buatkan untukku dan untukmu.”

“Tapi aku tidak makan omlete malam-malam seperti ini,”

“Kalau begitu buatkan makanan mu, yang penting aku tidak ingin makan sendiri.”

Sebenarnya ada apa dengan suaminya ini? Tadi katanya tidak ingin makan, sekarang minta dibuatkan makan. Lindsey menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berjalan menuju dapur, memasak makanan permintaan dari Lucas dan tak lupa segelas susu hangat. Setelah itu membuat jus buah naga untuknya.

Setelah selesai membuatkan makanan permintaan Lucas, Lindsey membawa makanan itu ke ruang makan dan mendapati suaminya itu sedang berbicara dengan Liliana. Tapi yang membuatnya penasaran adalah raut wajah Liliana yang terlihat kesal sekali pada suaminya.

Dan raut wajah adiknya itu semakin terlihat tidak suka begitu ia memasuki ruang makan serta membawa makanan dan minuman untuk Lucas.

Liliana berdiri dan menghampiri Lindsey dengan kesal. “Ku harap kau segera menyesal telah menikah dengannya!” dengus Liliana lalu meninggalkan mereka berdua di ruang makan. Lindsey hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa.

Namun Lindsey kembali berjalan mendekati Lucas dan meletakkan makanan itu di hadapan Lucas dan juga dihadapannya. Omlete dan susu hangat di hadapan Lucas serta segelas jus di hadapannya.

“Kau tidak makan?” tanya Lucas datar.

“Tidak, aku tidak lapar aku sedang menjaga berat badanku.”

Lucas mencebik tidak suka, membuat Lindsey terkejut. Untuk pertama kalinya Lucas menunjukkan ekspresi tidak sukanya, padanya.

“Kau tidak akan bekerja lagi mulai sekarang!” ucapnya tajam membuat Lindsey meringis mendengarnya.

“Sekarang buatkan makanan untukmu!” lanjutnya.

“Aku sedang tidak ingin makan Lucas, tapi aku akan menemanimu sampai kau selesai makan.” Lindsey tersenyum mencoba menghilangkan sedikit rasa takutnya. Raut wajah Lucas yang kurang bersahabat sedikit membuatnya takut.

Lucas tidak lagi bersuara dan mulai memakan makanannya dengan tenang. Karena merasa bosan, Lindsey memainkan gelasnya.

“Lindsey.” panggil Lucas. Lindsey mendongak menatap Lucas lurus.

"Apa?"

“Apa kau punya masalah dengan keluarga mu?” tanya Lucas datar, menatap lurus ke mata Lindsey yang saat ini menatapnya dengan terkejut.

Dan Lindsey merasakan aura intimidasi yang kuat keluar dari tubuh Lucas seakan membelenggunya dengan kuat. Apa ia harus jujur pada Lucas?

*****

Terpopuler

Comments

Nurwana

Nurwana

masih sama Thor Masih huruf a semua.

2022-05-25

0

Kadek Pinkponk

Kadek Pinkponk

beneran gay....atau di anggap gay???

2021-05-29

0

Ratri (ig:mahesti_ratri)

Ratri (ig:mahesti_ratri)

sepertinya Lucas ada rasa sama Lindsey, tp ia tidak sadar, karena menganggap dirinya gay

2020-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!