Kedua anak Aksal itu masuk ke dalam mobil hendak menuju ke rumah sakit dimana Ozcan di rawat. Sepanjang perjalanan, tidak terdengar suara perdebatan diantara mereka. Hanya kesunyian yang ada.
Rumah Sakit tempat Ozcan di rawat tidak jauh dari tempat pesta Hazal. Sekitar sepuluh menit mereka berdua sudah sampai di depan lobby rumah sakit tersebut. Kemudian mereka berjalan menuju ke ruang UGD.
Ozcan sedang terbaring lemah di ranjang UGD, dia kehilangan banyak cairan tubuhnya, sehingga dokter meminta dia untuk rawat inap di rumah sakit.
"Hai, Ozcan. Bagaimana keadaan mu? Aku dengar dari Yafet kalau kau terjatuh di toilet lobi hotel karena sakit perut," sapa Hazal kepada teman sekolahnya itu.
"Tidak terlalu baik, Hazal. Bagaimana kau bisa datang ke sini bersamanya? Apakah kalian saling kenal?" tanya Ozcan kepada Hazal karena melihat gadis itu datang berdua dengan laki-laki yang di jumpainya di toilet lobby hotel.
"Oh... dia adalah kakak ku. Namanya Yafet Aksal," kata Hazal yang mengenalkan Yafet sebagai kakaknya kepada Ozcan.
Demi keselamatan Hazal, orang tua angkatnya meminta Hazal untuk menyembunyikan identitasnya, jadi gadis itu tidak pernah memberitahukan kepada siapapun kalau dia adalah anak angkat keluarga Aksal.
"Aku tidak tau kalau kau punya kakak laki-laki. Aku pikir kau adalah anak tunggal keluarga Aksal," ucap Ozcan.
"Kakak ku sudah lama tinggal dan kuliah di luar negeri, karena ulang tahunku dia pulang ke Istanbul," jelas Hazal.
Setelah mendengar penjelasan Hazal tentang Yafet, teman sekolah Hazal itu langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Yafet. Dia berpikir jika aku bisa menjadi teman kakaknya, aku bisa dekat dengan Hazal.
Yafet yang kesal dengan perhatian Hazal pada Ozcan, tidak membalas uluran tangan Ozcan. Melihat sikap acuh Yafet, Hazal menurunkan tangan Ozcan, dan mengatakan kepada temannya itu, "Sudahlah, kau tidak perlu memperkenalkan dirimu, bukankah tadi kalian sudah bertemu? Kakakku memang tidak suka akrab dengan orang baru."
Yafet ingin menjawab pernyataan Hazal tentang dirinya. Tetapi dengan cepat Hazal menginjak kaki Yafet supaya kakak angkatnya itu tidak bicara. Laki-laki itu pun meringis kesakitan.
"Hazal, selamat ulang tahun ya," kata Ozcan sambil mengulurkan tangannya pada gadis itu.
Kemudian Ozcan memberikan sebuket bunga mawar dan kartu ucapan kepada Hazal. Ozcan meminta bantuan ibunya untuk membeli buket bunga mawar baru di toko bunga dekat rumahnya. Sedangkan buket bunga yang lama tertinggal di mobil nya.
"Wah ini cantik sekali Ozcan!" seru Hazal yang memuji bunga pemberian pemuda itu. Gadis itu membuka kartu ucapan yang ada di buket bunga tersebut dan membaca nya,
"Selamat Ulangtahun Hazal. Maafkan aku tidak bisa menjadi pasangan dansamu malam ini. Terimakasih buat waktu yang kau berikan padaku selama kita latihan bersama beberapa hari yang lalu. Dari orang yang mengagumi mu, Ozcan Denizer."
Hazal tersenyum manis setelah membaca kartu ucapan itu. Yafet yang tidak suka melihat hal itu, dengan berpura-pura melihat jam tangannya. Mengajak Hazal untuk segera pulang, karena ini sudah sangat malam untuk waktu berkunjung.
Kemudian Hazal berpamitan dengan Ozcan dan mengatakan semoga cepat sembuh sambil menepuk pundak temannya itu.
Keluar dari rumah sakit, mereka berdua melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Perjalanan dari rumah sakit ke rumah keluarga Aksal cukup jauh, karena mereka harus memutar jalan.
🔥❤️🔥❤️
"Kenapa tadi kau katakan pada temanmu, kalau aku adalah kakakmu?" protes Yafet pada Hazal.
"Bukankah memang betul kalau kau adalah kakakku? Kakak angkatku lebih tepatnya. Hanya saja kau tau mau mengakui ku sebagai adikmu." jawab Hazal ketus.
"Karena kau memang bukan adikku dan aku tidak ingin punya adik sepertimu!" seru Yafet sambil pandangannya menatap ke depan melihat jalan raya.
Kata-kata Yafet sangat menusuk hati Hazal. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah jendela samping.
"Rupanya temanmu itu menyukaimu. Apakah kau pernah berciuman dengannya?" tanya Yafet melanjutkan pembicaraannya.
"Dasar laki-laki mesum! Dia tidak sepertimu yang suka mencium gadis yang baru di temui nya! Lagipula di adegan dansa tadi seharusnya tidak ada adegan ciuman!" pekik Hazal.
"Berarti aku orang pertama yang menciummu?" tanya Yafet dengan senyuman nakalnya.
Hazal tak menjawab pertanyaan kakak angkatnya itu. Dia malas menanggapi pertanyaan dari Yafet. Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ke jendela.
Mereka pun saling terdiam untuk beberapa lamanya. Larut dalam pikiran mereka masing-masing.
Yafet teringat bahwa di pesta tadi Hazal belum berpamitan pada orang tuanya, mereka pasti kebingungan mencari Hazal.
"Ambil ponselmu dan hubungi ayah atau ibu, beritahu mereka kalau kau pulang bersama ku". perkataan Yafet memecahkan suara kesunyian di dalam mobil.
Hazal mengambil ponselnya dari dalam tas pestanya. Di hubunginya ibu angkatnya. Gadis itu mengatakan kepada ibunya bahwa dia pulang dengan Yafet.
Meral sangat terkejut ketika Hazal mengatakan bahwa putri angkatnya itu akan pulang dengan anak lelakinya.
Berarti saat ini Yafet sudah ada di Istanbul? Kenapa anak itu tidak menemui ku?
"Baiklah nak. Hati-hati di jalan. Jika Yafet berbuat kasar kepadamu, katakan pada Ibu," ucap Meral kepada putri angkatnya itu. Setelah Hazal menjawab perkataan ibunya, gadis itu mematikan ponselnya.
"Apa kata ibuku?" tanya Yafet kepada Hazal.
"Kata ibu, jika kau berbuat kasar padaku, aku harus melaporkanmu pada ibu," jawab Hazal yang sengaja berkata jujur supaya Yafet tidak berbuat kasar kepadanya.
Yafet menginjak rem secara mendadak. Membuat kepala Hazal hampir membentur kaca yang ada di depan mobil.
"Yafet, apa kau gila menghentikan mobil dengan tiba-tiba?" tanya Hazal dengan nada suara yang tinggi.
Yafet keluar dari mobil, menutup pintunya dengan keras dan Hazal mengikutinya dari belakang.
"Aku yang harusnya marah! Kenapa tidak ada satupun yang menganggap aku sebagai anak yang baik. Hanya karena kejadian dua belas tahun yang lalu, kalian menghukum aku sampai seperti ini, membuang ku ke tempat yang jauh, seperti sampah masyarakat!" teriak Yafet memukul mobil Hazal. Terlihat ekspresi wajah yang penuh dengan kekecewaan.
"Jika bukan karena ulang tahunmu, ibu ku tidak akan menyuruh ku pulang ke Istanbul!" teriakYafet sambil menuding dan menatap tajam Hazal.
"Kau pikir dirimu saja yang menderita? Ayah, ibu dan aku juga menderita. Mereka harus berpisah dengan anak kandungnya sendiri!" seru Hazal dengan nada tingginya.
Kini mereka sedang berdiri di atas trotoar, berdebat tentang siapa yang paling menderita selama dua belas tahun ini.
"Omong kosong! Kau pasti bahagia di rumah itu kan?" Yafet dengan emosi mencengkeram lengan terbuka Hazal.
Hazal menghela nafasnya dalam-dalam. Bola api di dalam hatinya seakan ingin dia muntahkan keluar, dia sudah tidak tahan lagi, ketika Yafet terus menerus menuduhnya dan menatapnya dengan tajam.
"Apa menurutmu aku bahagia? Bertemu dengan seorang anak kecil yang memusuhiku. Ketika aku ingin berteman dengannya, dia malah mengunciku di dalam gudang yang gelap, dia sangat membenciku!" seru Hazal menatap tajam manik mata Yafet.
Hazal mulai mengangkat wajahnya ke atas, manik matanya sudah mulai memerah.
"Aku tau... aku tau kenapa dia membenciku, karena dia menganggap aku akan mengambil kasih sayang orang tuanya." Suara Hazal mulai bergetar, cairan kristal bening itu sudah turun membasahi wajahnya yang tertutup make-up.
"Apakah kau tau? Ayah dan ibu menghukummu untuk tinggal di asrama, mengirimmu kuliah di luar negeri, dan kau bisa menikmati kebebasan mu, melakukan apapun sesuka hati mu! Sedangkan aku...," isak tangis Hazal mulai pecah. Manik mata coklat dan hidung mancung itu sudah memerah. Hazal mengusap tetesan air matanya.
"Aku di rumah seorang diri, tanpa teman tanpa saudara, orang tuamu menyekolahkanku ke sekolah favorit, menjagaku untuk aku tetap aman dan tidak membiarkan aku jauh-jauh dari rumah. Mereka berpikir bahwa aku akan bahagia, tetapi bukan itu yang aku mau," ucap Hazal melanjutkan perkataannya. Yafet terpaku mendengar perkataan adik angkatnya itu.
"Dengan kepergianmu yang tanpa sepatah katapun membuatku semakin bersalah. Bersalah karena telah mengambil tempat di rumah keluarga Aksal, bersalah karena telah mengambil hati dan kasih sayang orang tuamu, bersalah karena seharusnya yang pergi dari rumah itu adalah aku bukannya dirimu!" pekik Hazal mengeluarkan semua uneg-uneg nya.
"Seharusnya tempatku memang di panti asuhan bersama dengan anak yatim piatu yang lain. Bukan di rumah mewah milik keluarga Aksal. Maafkan aku... aku tidak ingin merebut semuanya ini dari mu," ucap Hazal lirih. Kini hatinya merasa lega karena telah mengutarakan seluruh isi hati nya selama ini. Gadis itu pun kembali menangis. Kedua bahunya mulai bergetar.
Yafet yang sejak tadi diam terpaku diam membisu mendengar isi hati Hazal, segera mendekati gadis itu. Dia mengusap air mata Hazal dengan lembut. Kemudian dia memeluk adik angkatnya itu dalam dekapannya dan membenamkan wajah gadis itu di dada nya yang bidang. Tangis Hazal semakin menjadi merasakan pelukan kakak angkatnya.
Perasaan bersalah menghampiri Yafet karena telah menuduh dan berbuat jahat pada Hazal.
"Maafkan aku. Seharusnya aku mengatakan ini dua belas tahun yang lalu. Tapi aku tidak punya kesempatan untuk mengatakan ini kepadamu," ucap Yafet yang masih memeluk Hazal.
"Malam itu aku melihatmu pingsan dan kau belum membuka matamu. Waktu itu aku benar-benar menyesal atas apa yang telah aku perbuat kepada mu. Kumohon maafkan aku," kata Yafet dengan matanya berkaca-kaca.
"Aku... aku memaafkan mu, Yafet," kata Hazal dengan isak tangisnya.
Yafet melepas pelukan nya dari Hazal. Dia memegang kedua pipi Hazal dengan kedua tangannya, menatap wajah gadis itu dengan lembut.
"Sungguh? Apakah kau sudah memaafkan aku?" tanya Yafet seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
Hazal menganggukkan kepalanya.
"Iya Yafet... iya... aku sudah memaafkan mu," jawab Hazal yang masih menangis dan tangannya menyentuh kedua pundak Yafet.
Yafet mencium tangan Hazal yang memegang salah satu pundaknya.
"Maukah kau kembali dari awal? Apakah tawaran pertemanan mu masih berlaku sekarang?"
"Iya. Apakah kau mau jadi temanku?" tanya Hazal mengulangi pertanyaan yang ia ajukan dua belas tahun yang lalu.
"Aku mau jadi temanmu, Hazal. Bahkan aku mau jadi orang terdekat mu," jawab Yafet.
Terdengar lagu "You Are The Reason" - Collum Scott dari salah satu toko di dekat mereka.
***
I'd climb every mountain
(Aku mendaki setiap gunung)
And swim every ocean
(Dan menyelami setiap samudra)
Just to be with you
(Hanya untuk bersamamu)
And fix what I've broken
(Dan memperbaiki apa yang telah ku hancurkan)
Oh, 'Cause I need you to see
(Oh, karena aku ingin kau tahu)
That you are the reason
(Bahwa kaulah alasannya)
***
Sepasang anak manusia ini kembali saling berpelukan. Mereka bagaikan pemeran dalam lagu ini. Perasaan yang sudah lama tersimpan, akhirnya terungkap. Tak ada lagi perasaan saling bersalah, membenci ataupun merasa tersaingi. Bendera perdamaian diantara mereka sudah berkibar. Gunung es itu sudah mencair. Tidak ada sebutan "kucing" dan "anjing" lagi untuk mereka berdua.
🔥 Bersambung ❤️
Terimakasih buat teman-teman yang sudah membaca novel pertamaku ini. Jangan lupa kasih like, rate, komen dan vote ya teman-teman 🤗 Agar aku semakin semangat melanjutkan episode selanjutnya.
Terimakasih 🙏🤗🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
✒ Viee ✒
ku menangiiisss 😩😭😭😭😭😭😭
2023-10-17
0
Erni Fitriana
u are my reason buat baca karya best mu oei
2023-09-30
0
Erni Fitriana
aku mewek😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-09-30
0