"Seperti halnya bunga edelweiss yang jatuh di tanah lalu tumbuh kembali, bukankah selalu ada lembaran baru di setiap cerita kehidupan?" (Only You - Mustika Amalia)
Hari ini adalah lembaran baru buat Hazal. Hari dimana dia tinggal dan menjadi bagian dari anggota keluarga Aksal. Mulai hari ini, orang-orang mengenal dia sebagai putri keluarga Aksal, anak kedua dari pasangan Emir Aksal dan Meral Aksal, adik dari Yafet Aksal.
Dia menjadi putri angkat Emir dan Meral, dan memanggil mereka dengan sebutan "ayah" dan "ibu". Suami istri Aksal ini ingin melindungi Hazal dari penjahat yang telah membunuh orang tua kandungnya, karena itu mereka mengubah nama belakang Hazal Danner menjadi Hazal Aksal.
Emir dan Meral berusaha membagi kasih sayang mereka untuk kedua anaknya. Mereka mengetahui bahwa Yafet adalah anak yang tidak suka berbagi apapun dengan orang lain, termasuk perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Dengan mengangkat Hazal sebagai putri mereka, mereka berharap Yafet bisa berubah dan belajar untuk berbagi dengan orang lain.
Akan tetapi tidak demikian dengan Yafet, pikiran anak lelaki yang masih berusia 10 tahun ini berbeda. Dia menganggap Hazal adalah saingan nya, anak kecil yang selalu minta perhatian orang tua nya. Hidupnya berubah sejak Hazal tinggal di rumahnya.
Dia harus berbagi apapun dengan Hazal, termasuk mainan, makanan, koleksi pribadinya kecuali pakaiannya. Bahkan seluruh pelayan yang ada di rumah, sopir, dan karyawan di kantor perusahaan ayahnya sangat memperhatikan dan menyayangi Hazal, kecuali dirinya.
Aku sangat membencinya!
Ketika orang tuanya hendak memasukkan Hazal di sekolah yang sama dengan dirinya, Yafet langsung menentang keras hal itu. Dia tidak ingin setiap waktu selalu melihat gadis kecil itu.
Menyebalkan!
"Kenapa Ayah dan Ibu tidak memasukkan dia ke panti asuhan? Dia itu anak yatim piatu. Kenapa dia harus tinggal di sini?" tanya Yafet sambil meneriaki Ayah dan Ibunya.
Tangan Emir melayang di wajah Yafet. Sebuah tamparan keras mengenai pipinya.
Anak laki-laki itu sangat terkejut dan marah ketika ayah kandungnya sendiri memukul dirinya demi membela anak yatim piatu itu.
Emir juga tidak kalah terkejutnya, bagaimana dia bisa sampai emosi seperti itu. Ia hanya bisa memandangi telapak tangannya yang memerah.
Yafet pun lari meninggalkan orang tuanya yang ada di ruang keluarga. Tak sengaja Hazal yang melihat hal itu jadi kasihan kepada Yafet karena telah di pukul ayahnya.
Pandangan kedua anak kecil itu bertemu. Yafet yang marah langsung mendorong Hazal. Gadis kecil itu pun terjatuh dan menangis.
"Semuanya gara-gara kamu! Aku membencimu! Kenapa kau tidak ikut mati saja bersama dengan orang tuamu, hah?" umpat Yafet dengan penuh kemarahan dan kebencian.
"Yafet, cukup!" tegur Meral yang mendengar makian anak lelakinya itu di depan pintu ruang keluarga.
Segera Meral keluar dari ruang keluarga, kemudian dia memeluk dan menutup telinga Hazal.
"Jangan dengarkan dia sayang. Dia tidak membencimu, kalian berdua adalah anak-anak Ibu," kata Meral sambil mengusap punggung kecil Hazal. Tetapi gadis kecil itu masih menangis.
"Yafet, minta maaflah pada Hazal!" perintah ayah nya.
Tak ada reaksi dari Yafet. Manik mata anak laki-laki itu menyorot tajam, menatap makhluk kecil berkuncir dua yang ada di pelukan ibunya.
"Yafet...!" teriak Emir dengan suaranya yang meninggi.
Tetapi Yafet tidak menghiraukan perintah Ayahnya. Dia langsung berlari menuju ke kamarnya di lantai atas. Membanting pintu kamarnya dengan keras.
************
Hari Minggu pagi, terdengar kicauan burung-burung yang ada di taman luar. Suasana hati Yafet saat ini sedang baik, terlihat dia sedang menonton televisi di ruang keluarga sambil menikmati popocorn buatan juru masak keluarganya.
Setelah dia mengerjakan tugas sekolahnya, dia ingin menikmati hari ini di rumah dengan bersantai dan bermalas-malasan. Sementara ayah dan ibunya sedang menghadiri peresmian hotel baru mereka.
Dia melihat Hazal masuk ke ruang keluarga dengan membawa mainan barunya. Gadis kecil itu mengambil remote televisi yang ada di meja, dan mengganti saluran channelnya dengan acara lain.
"Hei, apa yang kau lakukan? Berikan remote nya padaku!"
"Aku punya nama, kak. Jangan panggil aku hei...hei seperti itu." kata Hazal sambil memberikan remote televisi tersebut kepada Yafet.
"Sudah aku bilang. Jangan panggil aku kakak karena kau bukan adikku!"
"Aku tau, kau juga bukan kakakku. Tapi aku mau berteman denganmu. Maukah kau bermain denganku, Yafet?" ucap Hazal sambil mengulurkan tangan kecilnya pada Yafet.
"Oke baiklah. Kita bermain. Ayo kita bermain petak umpet." Terlintas dalam pikiran Yafet untuk mengerjai gadis kecil itu.
Setelah ini... dia tidak akan berani bicara lagi dengan ku.
Kedua anak kecil itu bermain di dalam dan di luar rumah. Halaman keluarga Aksal yang luas di penuhi dengan taman bunga yang indah. Taman bunga itu ada di halaman depan dan di halaman belakang rumah. Di halaman depan juga ada air mancur dengan hiasan patung dewi Yunani. Sedangkan di halaman belakang, selain taman bunga, di sana juga terdapat kolam renang yang besar dan sebuah bangunan kecil.
Tiba giliran Hazal yang harus bersembunyi. Dia memikirkan tempat mana yang tidak bisa ditemukan oleh Yafet. Semua ruangan dalam rumah ini sudah pernah ia coba, dan Yafet selalu bisa menemukannya.
Terlintas di dalam pikiran nya, satu bangunan kecil yang ada di halaman belakang rumah. Mereka menyebut bangunan itu adalah gudang keluarga Aksal.
Gadis kecil itupun masuk ke gudang tersebut, dia menutup sedikit pintunya, mengganjalnya dengan sebuah batu bata. Tidak ada lampu atau penerangan lainnya di dalam gudang tersebut. Dia melihat sekelilingnya penuh dengan alat-alat rumah tangga yang sudah tidak terpakai, berdebu dan banyak sarang laba-laba.
Yafet tidak akan menemukanku, kalau aku sembunyi di sini. Aku akan berdiri di dekat pintu untuk mengawasinya.
Terdengar Yafet berteriak-teriak memanggil nama Hazal.
Dimana dia bersembunyi? Apa mungkin dia bersembunyi di gudang belakang?
Terbersit suatu rencana jahat di dalam pikiran anak laki-laki yang masih berumur sepuluh tahun itu.
Aku harap dirimu ada di sana kucing kecil.
Kemudian lelaki kecil itu berjalan menuju ke halaman belakang. Di lihatnya bangunan kecil yang hanya mempunyai satu ruangan. Dia pun berjalan mengendap-endap dari samping bangunan, seperti seekor singa muda yang hendak menangkap buruannya.
Yafet membuka pintu gudang itu lebar-lebar, dan dia melihat Hazal yang terkejut karena tiba-tiba anak laki-laki itu berhasil menemukannya.
"Kena kau! Kau di sini rupanya!" pekik Yafet dengan suara tawanya yang misterius.
Hazal ingin keluar, tetapi kedua tangan Yafet mendorongnya ke belakang hingga dia terjatuh di lantai semen.
Seketika itu juga, Yafet menutup pintu gudang. Menguncinya dari luar. Ruangan itu menjadi gelap. Tidak ada seberkas cahaya, karena gudang itu tidak mempunyai jendela. Hazal kemudian menangis dan mencoba bangkit berdiri.
"Buka pintunya Yafet! Buka pintunya!" teriak Hazal sambil kedua tangannya memukul pintu itu keras-keras.
"Aku tidak akan membuka pintunya, kucing kecil! Diam saja di sana! Ayah dan ibuku tidak akan mencarimu. Di dalam gudang ini ada hantu yang sangat lapar. Hantu itu akan memakanmu, Hazal," kata Yafet sambil menirukan suara hantu yang sering ia dengar di acara televisi.
"Ku mohon Yafet. Aku mohon buka pintunya," isak Hazal dengan suara lirihnya.
"Bermainlah dengan tikus-tikus di sana, Hazal! Kau kan kucing kecil, tangkap mereka," ejek Yafet yang kemudian meninggalkan Hazal sendirian di dalam gudang.
"Kau anak nakal, Yafet! Kau anak jahat!" teriak Hazal.
Gadis kecil itu menangis di dalam gudang tersebut. Di dalam ruangan yang gelap dan bau. Dia kembali teringat dengan kecelakaan mobil ayahnya dan kematian ibunya.
"Ayah ibu, tolong aku. Keluarkan aku dari sini. Aku sangat takut," isak Hazal sambil menutup kedua matanya dengan kesepuluh jarinya yang kecil.
Jangan takut, Hazal...
Suara ibunya seperti sedang berbicara dengannya. Kalimat itu adalah pesan terakhir yang di bisikkan ibu kandungnya, setelah pembunuh itu menembakkan dua peluru di tubuh ibunya.
Udara di dalam gudang tersebut sangat minim. Membuat Hazal susah bernapas. Tubuhnya makin lama makin lemas. Kepala nya terasa berat dan berputar-putar, kemudian dia terjatuh di lantai.
Hari sudah sore, ketika Emir Aksal dan Meral Aksal pulang ke rumahnya. Yafet menyambut kedatangan orang tuanya dengan perasaan yang sangat gembira.
"Hai Ayah. Hai Ibu," sapa Yafet.
"Hai jagoan Ayah, ada apa denganmu? Kenapa kau sangat gembira hari ini?" tanya Emir ketika ia mendudukkan dirinya di atas sofa di ruang keluarga.
"Aku memenangkan game baruku, Ayah," jawab Yafet mencoba membohongi Ayahnya.
"Dimana Hazal?" tanya ibunya yang tidak melihat gadis kecil itu.
"Mungkin dia sudah tidur di kamarnya, seharian ini aku tidak melihatnya," elak Yafet yang kemudian keluar dari ruang keluarga.
Waktu makan malam di mulai, semua orang duduk di kursi masing-masing, kecuali Hazal.
Kursi Hazal terlihat masih kosong. Meral menyuruh pelayan untuk memanggil Hazal di kamarnya.
Beberapa menit kemudian, pelayan tersebut berlari menuju ruang makan dengan tergesa-gesa, dan mengatakan kepada Meral bahwa Hazal tidak ada di kamarnya.
Semua orang di ruang makan sangat terkejut, kecuali Yafet yang bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu.
Mereka segera berlari menuju ke kamar Hazal. Seperti apa yang di katakan pelayan, Hazal tidak ada di kamar nya. Emir membuka lemari pakaian Hazal. Semuanya masih lengkap, baju dan mainan nya masih ada. Emir khawatir Hazal kabur dan pergi dari rumahnya karena sikap Yafet yang sangat keterlaluan.
Apa mungkin anak itu tidak betah tinggal di rumah ini? Atau jangan-jangan Hazal kembali ke rumah orangtuanya?
Emir memerintahkan seluruh pelayan dan penjaga rumah untuk mencari Hazal. Tuan rumah Aksal itu juga meminta rekaman CCTV hari ini pada seorang penjaga rumahnya.
Tiga puluh menit kemudian, seorang penjaga rumah memberikan rekaman CCTV kepada Emir.
Di bukanya rekaman CCTV tersebut di laptop yang ada di ruang kerjanya. Tampak jelas kejadian dimana kedua anaknya bermain petak umpet.
Hazal masuk ke dalam gudang yang terletak di halaman belakang rumah. Beberapa menit kemudian, Yafet mendatanginya dan mengunci pintu gudang itu. Kemudian Yafet berjalan seorang diri.
Itu artinya....
"Yafet!" Amarah Emir langsung meluap melihat tingkah laku anaknya yang sudah di luar batas kewajaran.
Yafet terkejut mendengar ayahnya berteriak memanggil namanya. Raut wajahnya menjadi pucat dan gugup. Dia segera keluar dari kamarnya, di jumpainya seorang pelayan yang berdiri di depan pintu. Pelayan itu mengatakan bahwa ayahnya sudah menunggunya di gudang.
Dengan wajahnya yang pucat dan langkahnya yang lesu, Yafet menemui ayahnya di gudang. Ia melihat ayahnya menggendong Hazal keluar dari dalam gudang.
Gadis kecil yang malang itu tak sadarkan diri. Entah sudah berapa lama ia pingsan di dalam gudang itu. Yafet melihat tatapan mata ayahnya yang sangat marah saat itu, bahkan ibunya pun juga mengacuhkan nya. Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut orang tuanya, hanya tatapan tajam dari manik mata mereka. Seperti sebuah pisau tajam yang menusuk ulu hatinya.
Emir membaringkan tubuh kecil Hazal di kamarnya. Terasa suhu badan putri kecilnya itu meningkat. Meral mencoba menurunkan suhu tubuh Hazal dengan cara mengompres keningnya dengan air hangat.
Ayah angkat Hazal itu menghubungi dokter keluarganya. Dua puluh menit kemudian, dokter datang dan memeriksa Hazal. Dokter hanya memberikan obat penurun panas.
"Segera bawa ke rumah sakit, jika demamnya tidak turun lebih dari tiga hari," kata dokter sambil menepuk pundak Emir.
Yafet yang merasa bersalah, tidak berani mendekati mereka. Dia hanya melihat dari kejauhan di luar kamar Hazal. Dia menyadari bahwa perbuatannya kali ini sangat keterlaluan.
Dia ingin minta maaf pada Hazal, tetapi gadis kecil itu belum juga membuka kelopak matanya.
***********
Di tempat lain di sebuah rumah mewah di bagian barat kota Istanbul, Turki.
Tampak seorang laki-laki berumur sekitar 35 tahun, dengan pakaian setelan jas lengkap berwarna hitam. Pria itu sedang berdiri di ruang kerjanya, menghadap ke arah jendela dengan memegang sebuah foto. Tidak terlalu jelas foto siapa itu. Sepertinya foto seorang wanita.
"Seandainya saja kau mau bersamaku. Seluruh keluargamu tidak akan mati mengenaskan seperti ini," kata pria tersebut kepada foto yang ia pegang.
Pria itupun melemparkan foto itu ke lantai.
🔥 Bersambung ❤️
Jangan lupa kasih Like, Komentar, Rate bintang lima dan Vote kalian ya... terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Erni Fitriana
mantan kekasih mama hazal????...jadiiii motif dendam karena cinta????
2023-09-29
0
LALA
oh..ternyata motif pembunuhan di dasari rasa cinta yg tak terbalas/cinta bertepuk sebelah tangan.cinta di tolak,nyawa melayang😁😁😁😁
duh...yafet keterlaluan banget,bikin hazal jadi sakit,tuh kan...dia merasa bersalah.kecil" ko jahat🙄🙄🙄
2020-11-06
1
Uswatun Khasanah
dendam ngejar2 ibu y hazel. kasihan hdp. kecil y hasel.
2020-08-06
1