TURKI, 18 JANUARI 2000
Siang menjelang senja, sekitar pukul tiga sore waktu setempat, Hazal Danner dan Emir Aksal sudah tiba di Bandara Internasional Ataturk.
Bandara ini adalah bandara tersibuk dan terbesar di Turki. Tampak di sekitar banyak orang berlalu lalang di bandara tersebut. Cuaca saat ini sedang mendung berawan, sang mentari terlihat malu-malu ingin meredupkan sinarnya. Beruntung mereka bisa menjalani penerbangan hari ini dengan selamat, meskipun cuaca sedikit tidak mendukung.
Mereka berjalan menuju pintu keluar Bandara. Di depan pintu keluar, terlihat Meral Aksal dan Yafet Aksal. Emir melambaikan tangan kepada istri dan anak lelakinya itu. Meral menyambut mereka dengan mencium pipi Emir dan mencium pipi Hazal.
"Hai," sapa Yafet kepada Hazal. Tapi anak perempuan yang dibawa oleh ayahnya itu tidak menjawab sapaannya. Putra Emir itu pun mendengus kesal.
"Bagaimana kabarmu Hazal?" tanya Meral sambil tersenyum dan mencairkan suasana. Tidak ada jawaban dari gadis kecil itu.
"Hei! Apa kau bisu? Apa kau tuli? Aku dan ibuku mencoba berbicara padamu, kenapa kau tidak menjawab kami?" umpat Yafet dengan kesal. Seolah ia sedang berbicara dengan angin.
"Sudahlah Yafet. Mungkin Hazal masih lelah selama perjalanan. Jangan memarahinya. Ayo anak-anak kita pulang ke rumah," kata Emir yang mencoba melerai pertemuan kucing dan anjing ini.
Ketika hendak memasuki mobil, Hazal menarik tangan Emir agar tidak masuk ke dalam mobil.
"Dimana orang tua ku, Paman? Apa mereka tidak menjemput ku di sini?"
"Mereka menunggumu di rumah, Hazal," jawab Emir sambil berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan tinggi badan Hazal.
Meral hendak membuka suaranya, tapi ia melihat Emir memberikan isyarat agar dia tetap diam.
Sebenarnya Meral ingin memberitahu Hazal keadaan sebenarnya, akan tetapi dia melihat situasi saat ini yang tidak memungkinkan, dia takut kalau Hazal belum siap menerimanya.
Anak itu masih terlalu kecil untuk menerima bahwa saat ini ia hidup sebatang kara.
Sekitar pukul lima sore waktu setempat, mereka sampai di rumah keluarga Hazal di Istanbul. Di depan dinding rumah itu tertulis WATERSIDE MANSION DANNER. Tampak di sana bangunan rumah yang sangat besar dan megah. Bangunan dengan tiga lantai. Mereka harus melewati penjaga gerbang, berjalan masuk menyusuri halaman depan yang di penuhi dengan taman yang indah. Mansion ini hanya di huni oleh tiga orang anggota keluarga, sepuluh orang pelayan dan tiga orang penjaga rumah. Pemandangan di belakang mansion tersebut menghadap ke Laut Selat Bosphorus yang terkenal.
Emir Aksal menekan bel rumah. Kepala Pelayan membuka pintu besar Mansion tersebut dan menyambut kedatangan mereka. Hazal langsung berlari menuju kamar orang tuanya yang berada di lantai dua. Dia memanggil ayah dan ibunya. Tetapi dia tidak melihat orang tuanya. Kemudian Hazal berlari menuju kamarnya yang berada di dekat kamar orang tuanya. Kamar tersebut juga kosong. Kemudian dia berlari menuju lantai tiga, membuka setiap ruang kamar, tak nampak sosok ayah dan ibunya. Gadis kecil itu berlari menuju ruang kerja ayahnya, ke dapur, ke ruang keluarga, dan setiap sudut Mansion. Tapi sosok ayah dan ibunya tidak ada. Hingga akhirnya dia kembali ke ruang keluarga.
"Dimana Ayah dan Ibu?" katanya kepada semua orang yang ada di ruangan tersebut.
Tetapi tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan Hazal. Kemudian tatapan gadis kecil itu tertuju kepada Emir Aksal.
"Kata Paman, ayah dan ibu ku sudah menunggu di rumah, tapi di mana mereka? Apa mereka sedang bermain petak umpat? Atau mereka sedang pergi ke luar? Bukankah mereka sudah tahu kalau aku akan pulang hari ini?" rengek Hazal sambil mengayunkan tangan Emir.
Belum sempat Emir menjawab, terdengar suara Yafet yang semula duduk di sofa dan segera bangkit berdiri.
"Hei, anak kecil! Ayah dan ibumu itu sudah tidak ada lagi! Mereka sudah meninggal! Pasti mereka mengatakan kalau ayah dan ibumu pergi ke Surga, tetapi sebenarnya mereka itu tidak akan pernah kembali lagi, mereka sudah mati! Apa kamu mengerti? Jadi jangan menyusahkan Ayah dan Ibuku dengan pertanyaan konyol mu itu!"
"Yafet!" teriak Emir dengan nada suaranya yang tinggi.
"Aku benarkan, Ayah? Ayah dan ibunya sudah meninggal, untuk apa dia terus berteriak-teriak memanggil ayah dan ibu nya? Jika ayah dan ibu nya datang, pasti mereka adalah hantu Paman Erkan dan hantu Bibi Ayla!"
"Kau!" Emir semakin marah dan hendak memukul anak nya.
Yafet kemudian pergi meninggalkan mereka semua, dia berjalan menuju halaman belakang untuk menikmati pemandangan laut di sana.
Hazal yang mendengar hal itu, langsung menangis sejadi-jadinya. Meral langsung memeluk putri Danner itu.
Istri Emir itu membawa anak yatim piatu itu ke dalam pelukannya, bagaikan seorang ibu kandungnya.
"Maafkan kami nak. Kami tidak ingin membuatmu sedih, karena itu kami tidak memberitahumu bahwa orang tuamu sebenarnya udah meninggal. Kami pikir kau masih terlalu kecil untuk mengerti tentang hal ini," jelas Meral yang masih memeluk Hazal.
Setelah Hazal mulai tenang, Emir Aksal mengajak putri sahabatnya itu untuk tinggal di rumah keluarga Aksal. Ia pun bertanya kepada istrinya.
"Apakah kau setuju dengan ide ku?"
"Ya sayang. Aku setuju dengan pendapatmu. Bagaimana kalau kita memasukkan Hazal ke dalam daftar nama keluarga kita?" tanya Meral yang ingin mengadopsi Hazal.
"Itu ide yang bagus sayang." Emir tertarik dengan ide istrinya itu.
Kemudian Meral mendudukkan Hazal di atas sofa ruang keluarga. Ia berjongkok sambil memegang tangan kecil itu.
"Hazal, kemasi barang-barangmu dan mulai hari ini ikutlah tinggal bersama kami," ucap Meral dengan lembut.
"Apakah aku boleh membawa foto ayah dan ibu ku?" tanya Hazal sambil mengusap wajahnya yang basah dengan telapak tangan kecilnya.
"Boleh, sayang. Bawalah sebanyak yang kau mau." Meral mengusap puncak kepala Hazal.
Emir meminta kepada kepala pelayan dan seorang pelayan untuk membantu Hazal membereskan barang-barang nya.
🔥 Bersambung ❤️
Jangan lupa kasih Like, Komentar, Rate bintang lima dan Vote kalian ya 🤗 Terimakasih 🙏
Foto Keluarga Danner
Foto WATERSIDE MANSION DANNER (Rumah Keluarga Danner)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Erni Fitriana
beehasil sekali kamu thor menarik emosi para reader...aku😭😭😭😭😭😭😭
2023-09-29
0
Lili Aprilia
bagus loh Thor karyamu ini....heran kok sedikit pembacanya.....
gaya menulis nya juga rapih, enak dibaca....aku padamu thor
2023-09-17
0
Lina aja
😭😭😭😭😭
2023-09-07
1