Pegunungan Alpen, Swiss 04 Januari 2000
Keesokan paginya, terlihat kerumunan orang-orang yang ingin melihat kejadian tersebut. Tampak beberapa mobil polisi dan mobil ambulans telah datang ke lokasi kejadian. Mereka memasukkan tubuh keluarga Danner ke mobil ambulans untuk di lakukan otopsi.
Petugas polisi memberikan garis pembatas berwarna kuning di sekitar mobil tersebut. Tim penyelidik itu berusaha mencari barang bukti atau petunjuk yang bisa membantu penyelidikan kasus ini.
Banyak wartawan dalam dan luar negeri yang meliput kejadian ini. Menurut para jurnalis itu, kejadian ini akan menjadi berita paling Top pada minggu ini. "TRAGEDI KELUARGA DANNER. Pengusaha sukses asal Turki ini tewas bersama anak dan istri nya saat liburan di Pegunungan Alpen, Swiss."
Sementara itu di dalam mobil ambulans, salah satu tangan Hazal bergerak pelan. Jari telunjuknya sedikit terangkat ke atas. Tampak ada seorang suster yang melihat hal itu, dan mencoba memeriksa denyut nadi nya.
"Dokter, gadis kecil ini ternyata masih hidup."
"Apa kau yakin?"
"Iya betul Dok. Denyut nadi nya masih terasa."
"Cepat berikan aku stetoskop! Aku akan memeriksa nya sekali lagi!" seru Dokter tersebut.
Setelah Dokter memeriksa, ternyata Hazal memang masih bernapas. Hanya saja denyut nadi nya lemah dan dia tidak sadarkan diri. Dokter meminta sopir ambulans untuk secepatnya membawa mereka ke Rumah Sakit terdekat.
Mobil ambulans telah tiba di rumah sakit. Hazal langsung di bawa menuju ke ruang UGD untuk di periksa lebih lanjut. Suster memakaikan alat bantu pernapasan dan infus pada makhluk kecil itu.
Dokter memberikan informasi kepada pihak polisi, bahwa putri Tuan Danner masih hidup dan saat ini dalam masa perawatan di Rumah Sakit. Kepala Polisi memerintahkan beberapa anak buahnya untuk berjaga-jaga di depan pintu kamar Hazal, untuk mencegah kemungkinan penjahat tersebut mencoba membunuh Hazal kembali. Pihak Kepolisian juga menutup informasi tentang masih hidupnya Hazal Danner dari media publik, demi keselamatan gadis kecil itu.
Pukul 12 siang waktu setempat, Hazal membuka matanya, dia melihat sekelilingnya. Saat ini ia berada di dalam sebuah kamar dengan nuansa warna putih dengan jendela yang pintunya terbuka keluar. Hazal melihat dirinya memakai alat bantu pernafasan dan infus di tangannya.
Aku dimana?
Dia melihat ke kiri dan ke kanan, tidak ada seorang pun. Ayah dan ibunya juga tidak ada. Ia segera melepas alat bantu pernapasannya. Belum berhenti rasa penasaran nya, tiba-tiba pintu kamar nya terbuka. Seorang perawat yang masih muda datang menghampirinya.
"Hai gadis kecil, kau sudah bangun rupanya. Siapa namamu?" tanya perawat tersebut sambil berdiri di samping ranjang Hazal.
"Hazal. Aku di mana? Di mana ayah dan ibuku?" tanya Hazal lirih. Manik mata kecil itu membulat, menunggu jawaban dari petugas berbaju putih itu.
"Sekarang kamu berada di Rumah Sakit. Nanti kamu bisa tanyakan sendiri pada dokter tentang ayah dan ibu mu." Perawat itu mengusap rambut coklat Hazal.
"Bisakah kau panggilkan tuan dokter, kakak cantik?" Bibir kecil itu menyunggingkan sebuah senyuman tipis.
"Baiklah, tunggu sebentar gadis kecil."
Hazal menganggukkan kepalanya saat perawat muda itu berkata demikian. Dia melihat perawat itu keluar dari kamar nya. Ia berusaha mengingat kejadian semalam. Tanpa ia sadari air matanya menetes membasahi bantalnya.
"Ayah... ibu... di mana kalian? Aku takut. Bawa aku pulang ayah. Aku mau pulang ke rumah," isak Hazal yang berada sendirian di dalam kamar rumah sakit.
Beberapa menit kemudian, seorang dokter yang berusia sekitar empat puluh tahun masuk ke kamar Hazal.
"Halo anak manis, siapa nama mu?" tanya dokter tersebut dengan jas putihnya.
"Hazal. Apakah kamu Tuan Dokter?" tanya Hazal dengan nada suara khas anak kecil berusia lima tahun.
"Iya betul. Aku Tuan Dokter. Namaku Mitch," sambil tersenyum Dokter Mitch memperkenalkan diri nya pada Hazal. Telapak tangan besar dan telapak tangan kecil itu saling berjabat tangan.
"Kata kakak cantik itu, Tuan Dokter tahu di mana ayah dan ibuku. Dimana mereka?" Hazal yang terduduk di atas ranjang mulai menegakkan tubuhnya. Wajahnya seakan memohon dengan penuh harapan.
"Hazal, Ayah dan Ibu mu...." Perkataan Dokter Mitch terputus. Dokter itu tidak sanggup memberitahu anak kecil itu tentang kejadian yang sebenarnya.
"Katakan Tuan Dokter. Kumohon, waktu itu ibuku juga tidak bisa mengatakan apa yang terjadi dengan ayahku. Padahal aku melihat ayah tertidur di depan setir kemudi." Hazal menceritakan dengan polos kejadian sewaktu kecelakaan itu terjadi.
"Ayah dan ibumu.... Mereka saat ini berada di Surga." Dokter Mitch menghembus napasnya. Ia melepaskan kacamatanya dan mulai mengusap cairan bening yang sudah membasahi kelopak matanya.
"Di Surga? Kenapa mereka tidak mengajak aku? Aku juga ingin bermain bersama mereka di Surga," terdengar suara Hazal masih ceria. Dokter Mitch hanya menatap manik mata Hazal dalam diam.
"Kapan mereka akan pulang, Tuan Dokter? Kenapa mereka meninggalkan aku di sini? Apakah karena aku nakal dan suka menangis?" Tangan kecil itu mulai mengguncang tangan Dokter Mitch dengan berbagai pertanyaan.
"Aku janji, Tuan Dokter. Aku tidak akan nakal lagi dan tidak akan menangis lagi." Suara Hazal mulai terdengar lirih.
"Tapi jangan tinggalkan aku sendirian di sini," isak tangis Hazal mulai pecah memenuhi ruang kamarnya.
Sementara itu di hari yang sama di Perancis...
Seorang pengusaha Turki yang bernama Emir Aksal sedang berada di Perancis untuk menikmati liburan musim dingin dengan keluarganya. Ia mendapat kabar yang sangat mengejutkan tentang kematian keluarga Danner, sahabatnya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Emir bergegas menuju Pegunungan Alpen ke Rumah Sakit dimana Hazal di rawat. Sedangkan istri dan anak nya bertolak menuju Istanbul, Turki.
Emir memberitahukan kepada Polisi dan dokter, bahwa dia adalah kerabat dari keluarga Danner. Dengan proses yang panjang, akhirnya Emir mendapatkan ijin untuk bertemu dengan Hazal.
Sesampainya Emir di kamar Hazal, gadis kecil itu sedang tidur karena kelelahan menangis. Dia tidak menyangka bahwa Hazal harus kehilangan kedua orang tuanya di usianya yang masih anak-anak.
Suami Meral Aksal ini menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa melindungi Erkan dan keluarganya. Seandainya saja, dia dan keluarganya juga ikut berlibur ke Swiss, tragedi ini tidak akan terjadi.
"Aku harus menghukum pembunuh itu, aku tidak akan membiarkannya lepas begitu saja! Nyawa harus di bayar dengan nyawa! Penjahat itu hampir melenyapkan seluruh keluarga Danner, maka aku akan melenyapkan seluruh keluarganya!" seru Emir dengan penuh amarahnya.
Kemudian Emir menelepon istrinya dan memberitahukan tentang kondisi Hazal. Dia memutuskan untuk tinggal di Swiss sampai Hazal di ijinkan pulang oleh Dokter, dan dia ingin menyelidiki kematian sahabatnya itu.
Emir menatap wajah gadis kecil yang ada di depannya. "Apa yang harus aku lakukan dengan putri Erkan ini?" gumamnya pelan.
🔥 Bersambung ❤️
Jangan lupa kasih Like, Komentar, Rate bintang lima dan Vote kalian. Lanjut baca jika kalian menyukainya. Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
✒ Viee ✒
keren thor, makin penasaran
2023-09-30
0
Erni Fitriana
kasian hazal😭😭😭😭😭
2023-09-29
0
Lina aja
alur nya bagus....apakah sebelum cerita ini ada cerita mula nya
2023-09-07
0