Perpisahan bukan berarti berhenti menyatukan hati meski tidak ada di suatu tempat (Kata Mutiara)
Sejak kejadian semalam, Yafet tidak bisa tidur dengan nyenyak di malam itu, pikiran nya masih melayang-layang atas perkataan Hazal dan sikap gadis itu yang membuatnya penasaran.
Tok......tok.....tok....
Terdengar suara ketukan kamar Yafet. Ibunya mengetuk pintu kamarnya hendak membangunkannya. Mendengar pintunya di ketuk oleh seseorang, dengan cepat Yafet bangun dari tempat tidurnya, melangkah untuk menggapai daun pintu dan membuka pintu kamarnya.
"Hazal..." sapa Yafet ketika dia membuka pintu kamarnya. Dia berpikir bahwa orang yang mengetuk pintu kamarnya adalah Hazal.
"Apa kau masih mengantuk? Hingga kau tidak bisa membedakan antara ibu dan Hazal." tanya ibunya yang langsung melangkahkan kedua kakinya masuk ke kamar Yafet.
Mendengar pertanyaan ibu nya, Yafet hanya bisa memijat keningnya dan mengusap wajahnya. Wajah Hazal sudah merasuki pikirannya saat ini.
"Kelihatannya kau sangat lelah, Yafet ? Apa kau sakit ?" tanya ibunya yang melihat wajah pucat Yafet.
"Tidak, Bu. Aku tidak sakit. Oh iya, dimana Hazal? Aku belum melihatnya pagi ini."
"Apa kau lupa, kalau sekarang adalah hari Sabtu. Dia masih ada di sekolahnya."
"Apa dia tidak akan mengantarkan aku ke Bandara?"
"Entahlah, tadi dia tidak bilang apa-apa kepada ibu. Sebaiknya jangan ganggu dia, biarkan dia menyelesaikan sekolahnya dulu. Ibu akan menunggumu di bawah."
Tiga puluh menit berlalu, Yafet sudah selesai mandi dan bersiap-siap. Ketika dia akan keluar dari kamarnya, pandangannya beralih ke pintu kamar Hazal yang tertutup. Dia berjalan mendekati pintu kamar Hazal dan membukanya, dilihatnya jaket coklat tua miliknya terlipat rapi di atas ranjang tempat tidur Hazal. Tangannya menyentuh jaket itu, dan merasakan wangi parfum Hazal. Kemudian di letakkan nya kembali jaket miliknya itu ke tempat semula.
"Yafet !!" panggil ibunya dari bawah.
Suara ibunya mengejutkan Yafet. Dengan cepat dia keluar dan menutup pintu kamar Hazal. Pria itu menapaki anak tangga yang ada di dekat kamarnya. Dilihatnya ayah dan ibunya sudah bersiap-siap untuk mengantarnya ke bandara.
*******
Pukul 1 siang, Yafet dan orang tuanya sudah tiba di Bandara Internasional Ataturk. Mereka bertiga menuju ke ruang tunggu bandara. Pukul 2 siang, pesawat Turki Airlines akan membawa Yafet terbang menuju ke New York.
Yafet mencoba menghubungi ponsel Hazal. Tapi seperti nya ponsel tersebut tidak dapat di hubungi. Berulangkali dia terus mencoba, tetapi hasilnya tetap sama. Hanya terdengar suara operator yang mengatakan bahwa ponsel Hazal sedang tidak aktif. Yafet mengusap wajahnya dengan keras, dan mencoba untuk mengirim pesan singkat kepada Hazal.
Hazal buka ponsel mu. Aku sedang menunggumu di Bandara. Aku ingin melihat mu dan bertemu dengan mu saat ini. Sebelum aku pergi ke New York.
Tidak ada notifikasi dari ponsel Yafet. Pria itu sudah hampir putus asa. Melalui detik demi detik yang akan memutuskan pertemuannya dengan Hazal.
Tiba-tiba suara Emir mengejutkannya...
"Apa yang kau pikirkan ?"
"Tidak ada Ayah."
"Ayah juga pernah muda sepertimu, jadi ayah tau pasti kau sedang memikirkan seseorang saat ini. Jujur Ayah akui, kita berdua sangat jarang berkomunikasi, tetapi bukan berarti Ayah mengabaikan mu. Kau tetap lah anak Ayah, darah daging Ayah." ujar Emir menepuk pundak Yafet.
"Bagaimana rasanya Ayah mencintai seseorang dan Ayah tidak bisa mendapatkan nya ?"
"Kau sedang patah hati?"
"Belum....mungkin hampir...entahlah."
"Berjuanglah anak ku...sampai kau bisa mendapatkan cintanya. Asal wanita itu belum menjadi milik pria lain. Cinta yang tulus butuh pengorbanan, nak."
Kata-kata ayahnya bagaikan air terjun yang mengalir di tanah kering yang membasahi hati Yafet saat ini. Di tengah keputusasaan nya, dia memperoleh semangat dari Ayahnya.
"Terimakasih Ayah." ucap Yafet sambil memeluk Ayahnya.
Meral datang dari toilet dan menghampiri mereka berdua. Wanita senja yang masih terlihat awet muda ini, bertanya kepada mereka setelah dia melihat ayah dan anak ini berpelukan.
"Ada apa? Sepertinya aku melewatkan sesuatu dari pandangan ku?"
"Lihat anak mu, sayang. Dia sudah dewasa, dan sekarang dia sedang jatuh cinta."
"Kenapa kau tidak menceritakan nya pada ibu? Siapa gadis itu? Apakah kau punya fotonya?"
Yafet menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa mengatakan kepada mereka, kalau gadis itu adalah Hazal.
"Dia belum menjadi kekasihku, aku hanya mengaguminya saja."
"Oh....Mungkin kau bisa membawa gadis itu untuk pulang ke Turki bersama mu, dan mengenalkan nya kepada kami."
Mendengar perkataan ibu nya, Yafet hanya tersenyum simpul tanpa bisa berkata apa-apa.
*******
Para murid langsung berhamburan keluar kelas, begitu bel istirahat berbunyi. Melepaskan penat selama pelajaran, melepaskan rasa haus dan rasa lapar. Suara hiruk pikuk di kantin, tak membuat pandangan Hazal beralih dari syal yang ada di genggaman tangan nya. Syal yang di buang oleh Yafet di lantai kamarnya kemarin malam.
Kelihatannya Yafet membenci ku, dia bahkan membuang syal ini.
Sama seperti Yafet, dia masih mengingat kejadian semalam. Bahkan ciuman dari Yafet masih terasa di bibirnya sekarang. Berbeda dengan ciuman pertamanya dengan Yafet di pesta ulang tahun nya dulu. Kali ini berbeda dari sebelumnya, ada sebuah emosi perasaan dan hasrat yang tersalurkan dari setiap sentuhan mereka. Ingin rasanya waktu cepat berlalu, ingin rasanya jam pulang sekolah segera usai dan dia ingin segera berlari menuju bandara.
Aku tak ingin perpisahan kali ini seperti dua belas tahun yang lalu. Tanpa sepatah katapun. Meskipun Yafet tidak ingin melihat ku, aku akan tetap ke bandara.
Hazal kembali masuk ke kelas nya. Tak sengaja syal nya jatuh dari genggaman tangannya. Seseorang yang ada di belakangnya mengambil syal Hazal, dan melihat tulisan nama Yafet di pinggir syal itu.
"Hazal....kau menjatuhkan syal mu." panggil Ozcan.
"Oh iya....aku tak sengaja menjatuhkan nya. Terima kasih kau sudah mengambilnya." ucap Hazal.
Ozcan memberikan syal itu kepada Hazal.
"Kenapa kau menulis nama Yafet di syal itu?"
"Karena aku ingin memberikan syal ini untuknya."
"Kau sangat menyayangi kakak mu itu ya?"
"Ya Ozcan. Hari ini Yafet akan pulang kembali ke New York. Aku ingin memberikan syal ini kepada nya. Agar dia selalu mengingat ku."
"Aku iri melihat kedekatan kalian."
"Kenapa kau iri melihat kedekatan kami?"
"Kalian berdua tidak seperti adik kakak pada umum nya."
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Entahlah....hanya perasaan ku saja."
Setelah mengatakan hal itu, Ozcan berjalan ke tempat duduk nya.
Kriiiing........Kriiinggg......
Bel pulang sekolah berbunyi. Hazal cepat-cepat berjalan ke pintu kelas nya dan berlari menuju halaman sekolah. Hampir saja gadis itu bertabrakan dengan temannya. Gadis itu tidak melihat kanan kirinya. Yang ada di benak nya, dia tidak ingin terlambat menemui Yafet. Sopir pribadinya telah menunggu nya sejak tadi di halaman sekolah.
"Ayo, pak. Cepat antar aku ke bandara." kata Hazal kepada sopir pribadinya.
Mobil Hazal langsung melaju kencang membelah keramaian lalu lintas kota Istanbul.
Hazal melihat ponsel miliknya ada di tempat duduknya.
Ternyata ponsel ku tertinggal di mobil. Ya ampun....aku lupa mengisi baterainya semalam.
Lalu lintas menuju ke Bandara sangatlah padat. Banyak kendaraan bermotor berjalan merambat. Di tempat duduk penumpang, Hazal tampak gelisah. Andaikan saja dia punya sayap, maka dia ingin langsung terbang ke bandara. Sopir pribadi nya berusaha mencari jalan pintas untuk menuju bandara.
Sekarang pukul 13.30, Yafet akan terbang pukul 14.00, tinggal setengah jam lagi waktu ku. Kumohon Tuhan, bawa aku cepat ke bandara.
"Ayo Pak, bisa sedikit lebih cepat lagi." kata Hazal menepuk pundak sopir pribadinya.
"Aku sedang berusaha, Nona. Kita pasti bisa sampai ke Bandara sebelum jam 2 siang." ucap sopir pribadinya.
Tangan Hazal menggenggam erat rok seragam sekolahnya, dia benar-benar tidak sabar menunggu ini semua. Rasanya ingin dia berteriak "Yafet.....tunggu aku !!!"
Ciiiit..........
Sopir pribadi Hazal menghentikan mobilnya di depan halaman pintu keberangkatan. Dengan cepat Hazal turun dari mobilnya. Dia berlari ke arah ruang tunggu. Tapi rupanya kesialan melanda dirinya, ketika hendak melangkah menaiki eskalator seorang petugas sekuriti menghentikan nya.
"Maaf Nona, kau hendak kemana?"
"Aku ingin bertemu dengan keluarga ku. Ayah, ibu dan kakak ku menungguku di ruang tunggu."
"Bisa kau tunjukkan tiket penerbangan mu, Nona."
"Apa? aku tidak punya tiket penerbangan. Aku hanya ingin mengantar kakak ku ke New York."
"Maaf Nona, kau tidak bisa masuk. Kau harus tunjukkan tiket penerbangan mu dulu, maka kau boleh masuk."
"Apa ?? Kumohon Pak....aku bisa terlambat. Aku tidak punya banyak waktu sekarang. Jam 2 siang penerbangan kakak ku. Kumohon."
"Maaf Nona....aku tidak bisa mengijinkan mu masuk."
Hazal ingin menangis ketika petugas sekuriti melarang dirinya untuk masuk ke ruang tunggu.
Bagaimana ini? tinggal 15 menit lagi. Aku tidak ingin ketinggalan pesawat. Aku harus bertemu dengan Yafet. Oh Tuhan, bantu aku bertemu dengan nya.....
Hazal mengusap air mata yang membasahi wajahnya. Dia masih berdiri di depan eskalator, ketika petugas sekuriti itu sedang berjalan ke arah lain, tiba-tiba Hazal memberanikan diri melangkahkan kaki nya berlari menaiki eskalator yang akan membawanya ke ruang tunggu bandara.
Sampailah Hazal di ruang tunggu bandara, jam tangan nya menunjukkan pukul 13.48. Hazal melayangkan pandangan nya mencari keluarga nya. Tapi tidak di jumpai mereka di sana.
Di mana mereka ? Kenapa mereka tidak ada di sini. Ayah, Ibu, Yafet di mana kalian?
Hazal terus berputar-putar di ruang tunggu tersebut. Kemudian terdengar sebuah pengumuman penerbangan ke New York akan segera berangkat, dan meminta seluruh penumpang jurusan Istanbul - New York untuk segera masuk ke gate 8.
Hazal berlari menuju ke gate 8. Sesampai di sana.......
*****
Yafet yang sejak dari tadi menunggu Hazal di ruang tunggu Bandara, merasa penantian nya hari ini akan sia-sia. Yafet menatap ponsel nya untuk yang terakhir kalinya, tidak ada balasan pesan atau telepon dari Hazal.
Aku akan mencoba menelepon nya sekali lagi, ini yang terakhir. Masih tetap sama, ponsel Hazal tidak aktif.
Kemudian dia mematikan ponsel nya, dan memasukkan nya ke kantong celana jeans nya. Dengan wajah yang lesu dan langkah kaki yang gontai, Yafet menuju ke depan pintu gate 8 bersama orang tuanya. Kemudian mereka saling berpelukan, dan mencium pipi Yafet
"Kau sudah dewasa, sayang. Jaga dirimu baik-baik di sana." ucap ibu nya sambil mengusap puncak kepala Yafet.
"Jaga diri mu, nak." peluk Emir kepada anak tunggalnya ini.
Yafet masih menolehkan pandangannya ke belakang, kiri dan kanannya. Berharap gadis yang di cintai nya itu akan datang. Tapi sosok Hazal tidak di lihatnya.
Begitu di dengar pengumuman dari staf bandara, agar seluruh penumpang jurusan Istanbul - New York untuk segera masuk ke gate 8. Emir dan Meral menyuruh putranya itu untuk segera masuk agar tidak ketinggalan pesawat.
Satu langkah.....dua langkah......terasa berat kaki Yafet meninggalkan negaranya. Tiga langkah....empat langkah....Yafet menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Lima langkah....
"Yafet........!!!!" terdengar teriakan keras dari seorang gadis yang memanggil nama nya mengejutkan diri Yafet.
Dia tahu itu suara Hazal. Yafet berlari keluar dari pintu gate 8 dengan semangat. Dicari nya asal suara gadis itu.
"Yafet......!!!" gadis itu berteriak lagi.
Kemudian Yafet mengarahkan pandangan nya searah jarum jam sembilan. Dia melihat seorang gadis muda dengan seragam sekolah nya, tersenyum padanya. "Hazal." teriaknya memanggil nama gadis itu.
Hazal berlari mendekati Yafet. Berlangsung begitu cepat, Yafet menangkap tubuh Hazal dan memeluknya. Memeluknya sangat erat. Mata mereka berkaca-kaca dengan tangis bahagia, seakan ingin agar Tuhan menghentikan waktu ini sebentar.
Yafet melepaskan pelukannya, dia memegang tangan Hazal dengan erat. Memandang Hazal sambil berkata...
"Terimakasih kau mau datang, aku ingin melihatmu untuk yang terakhir kalinya, aku..."
Hazal menyentuh bibir Yafet dengan telunjuknya dan berkata....
"Tidak Yafet, ini bukan pertemuan terakhir kita. Aku masih ingin bertemu dengan mu, tunggu aku....tunggu aku di New York. Setelah menyelesaikan sekolah ku, aku akan meminta ijin Ayah agar aku bisa kuliah di New York."
"Kau ingin tinggal di New York ?"
Hazal menganggukkan kepalanya nya. "Karena aku ingin bertemu dan bersama mu."
Yafet memeluk tubuh Hazal dan berkata di telinga gadis itu "Aku menunggumu...dan akan terus menunggu mu." kemudian Yafet mencium kening dan pipi Hazal.
Tetapi ada dua pasang mata senja yang melihat kejadian dua anak muda ini. Emir dan Meral melihat apa yang terjadi dengan anak-anak mereka.
"Apa yang terjadi dengan mereka?" tanya Emir kepada Meral.
"Mereka seperti sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta." ucap Meral.
"Tidak....itu tidak boleh terjadi. Mereka adalah adik kakak. Kita pasti salah mengartikan kedekatan mereka." kata Emir yang mengernyitkan alisnya di hadapan Meral.
"Itu tak masalah sayang, mereka tidak ada hubungan darah. Lagipula aku setuju jika Yafet bersama Hazal. Aku tidak ingin Yafet menikah dengan gadis lain selain Hazal" jelas Meral kepada suaminya itu sambil tersenyum bahagia. Membayangkan andai saja Hazal menjadi pengantin Yafet kelak.
"Apa kau lupa ? Kita telah berusaha sampai saat ini untuk menyembunyikan identitas Hazal yang sebenarnya, dengan mengubah nama belakang Hazal menjadi Aksal, agar seluruh masyarakat tahu bahwa dia adalah putri Aksal. Bukan putri Danner. Jika mereka punya hubungan, apa kata masyarakat yang melihat adik kakak saling jatuh cinta? Maka identitas Hazal akan segera terbongkar. Kau paham Meral ?"
Sang istri yang diajak bicara hanya diam saja, dan masih melihat kedua anak muda itu berpelukan.
"Meral.....!!! Kau harus bantu aku untuk memisahkan mereka !!" nada suara Emir meninggi.
❤️ Bersambung ❤️
Terimakasih buat para readers yang sudah mampir dan membaca novel pertama ku. Jangan lupa untuk kasih...
🤗 Like
🤗 Rate
🤗 Komen dan
🤗 Vote kalian
Dukungan kalian yang membuatku semangat untuk melanjutkan kisah ini. Semoga kalian menyukai tulisan ku ini. Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Erni Fitriana
pak emirrrr...pada saat latar belakang hazal terungkap...sydah banyak tangan tuhan yg akan menolong hazal...plisss jngn pisahin hazal yafet🙏🙏🙏🙏🙏
2023-09-30
0
Nana Jompang
kasianx klu dipisah kan..sedih 😭
2020-10-28
1
Nina Puji Handayani
awal kisah cinta yang rumit 😊smg berjodoh
2020-05-20
1