Hampir dua minggu Hazal menjadi penghuni rumah sakit. Dokter Mitch sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Organ dalam Hazal tidak mengalami cedera yang serius. Hanya terdapat luka memar pada tubuh dan kepala gadis kecil itu. Tubuh putri Danner itu tampak kuat, tapi dia hanya perlu penanganan yang serius untuk mengatasi rasa takut nya akibat peristiwa dua minggu yang lalu.
Dokter Mitch membuka perban di kepala Hazal.
"Apakah kepalamu pusing saat perban ini kubuka?" tanya dokter Mitch ketika kain putih itu sudah terlepas semuanya dari kepala Hazal.
"Tidak." Hazal hanya menggelengkan kepalanya pelan
"Baiklah istirahatlah sebentar, Dokter Shuzan akan datang menemuimu." Dokter Mitch meninggalkan Hazal sendirian di kamarnya.
Dokter Shuzan adalah dokter terapis yang menangani masalah trauma psikis pada diri Hazal.
Dua jam kemudian, Dokter Shuzan menemui Hazal di kamarnya.
"Hai Hazal, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya dokter wanita yang usianya sekitar empat puluh tahun. Parasnya cantik dan keibuan.
"Baik." Hazal menjawab singkat sambil memainkan jari jemarinya.
"Aku punya kabar baik dan kabar buruk untukmu sayang. Kau ingin tau yang mana dulu?" Dokter Shuzan mendekatkan dirinya untuk duduk di samping Hazal.
"Katakan kabar buruk nya dokter cantik," ucap Hazal yang masih menundukkan kepalanya dan asyik dengan permainan jarinya.
"Kabar buruk nya adalah kita tidak akan bertemu lagi sayang." Dokter Shuzan memegang tangan Hazal, agar gadis kecil itu fokus mendengarkan perkataannya.
"Mengapa?" Hazal mulai mendongakkan kepalanya menatap dokter Shuzan dengan manik mata yang berkaca-kaca, seakan dia tidak ingin berpisah dari dokter cantik ini.
"Karena... kabar baik nya, kau akan segera keluar dari rumah sakit ini dan bisa pulang ke rumah." Dokter Shuzan tampak bersemangat.
"Benarkah?" manik mata Hazal membulat.
"Iya, gadis kecil. Kau sudah sembuh dan hari ini adalah hari terapimu yang terakhir, semoga setelah kau pulang ke rumah, kau bisa bermain seperti dulu lagi." Dokter Shuzan membetulkan posisi bantal Hazal.
"Bolehkah aku memelukmu?" tanya Hazal dengan penuh harap.
"Boleh sayang," kata Dokter Shuzan itu sambil merentangkan kedua tangannya dan memeluk Hazal.
Dokter dan perawat yang ada di rumah sakit ini sangat menyayangi Hazal. Mereka mendengar apa yang telah terjadi pada gadis kecil ini. Untuk kehidupan Hazal yang lebih baik, mereka harus rela berpisah dengan gadis kecil yang sudah mencuri hati mereka.
Sementara itu di kantor polisi Swiss..
Emir Aksal memukul meja petugas polisi yang ada di depan nya dengan sangat keras. Tampak dia sangat marah kepada petugas polisi itu.
"Tenangkan diri mu Tuan Emir. Ingat di sini kantor polisi!" seru salah seorang petugas berpakaian biru.
"Bagaimana aku bisa tenang, melihat cara kerja kalian yang sangat lamban!" teriak Emir yang masih berdiri di depan meja.
"Tidak semudah itu Tuan Emir, barang bukti dan rekaman CCTV juga tidak ada di jalan tersebut. Semuanya serba hitam. Tidak ada saksi mata yang lain yang melihat kejadian tersebut, hanya putri Tuan Danner yang melihat kejadian itu," jelas sang petugas polisi tersebut.
"Apa kesaksian dan gambar sketsa wajah dari Hazal itu kurang jelas, hah?" Wajah Emir nampak menegang.
"Dia hanya seorang anak kecil yang di bawah umur, bisa jadi dia hanya mengarang cerita, tanpa tahu cerita nya itu benar atau salah."
"Apa katamu?" Emir semakin marah dan menarik kerah baju petugas polisi itu, dia hendak memukul wajah polisi itu.
"Tuan Emir, jika kau tidak bisa mengendalikan diri mu di sini, aku pasti akan memasukkanmu ke ruang tahanan!" ancam petugas polisi itu.
"Berani nya kau!" umpat Emir.
Dia sudah melayangkan tinju nya ke petugas polisi itu dan menghajarnya. Perkelahian tidak terhindari.
"Cukup Tuan Emir! Kau bisa kena masalah, jika membuat keributan di sini. Mereka mungkin bisa mendeportasi dirimu Tuan," bisik Alfred. Pengacara Emir yang langsung tiba di kantor polisi.
"Masukkan pengacau ini ke sel tahanan." kata Kepala Polisi kepada bawahan nya.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriak Emir yang berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman dua orang petugas polisi yang akan membawanya ke ruang tahanan.
Setelah berada di ruang tahanan sekitar satu jam, Emir Aksal akhir nya di bebaskan.
"Tetaplah di sini Alfred, selesaikan kasus ini, aku ingin mendapat kabar baik dari mu. Aku akan ke rumah sakit, kemudian ke Bandara menuju Turki bersama Hazal," kata Emir kepada pengacaranya.
"Baik Tuan Emir," jawab Alfred.
Sampai di rumah sakit, Emir langsung menuju ke bagian administrasi untuk mengurus biaya rumah sakit Hazal. Setelah semuanya selesai, Emir melangkahkan kaki nya menuju ke kamar putri sahabatnya itu. Tak lupa dia membawa boneka beruang besar yang sebelumnya dia beli di toko mainan di dekat kantor polisi.
Tampak di sana ada Dokter Mitch, Dokter Shuzan dan beberapa perawat yang bertugas di area rawat inap anak-anak. Mereka memberikan ucapan selamat tinggal kepada Hazal. Ada yang memberikan coklat, buku bacaan, jepit rambut, bunga dan lain sebagainya.
Emir Aksal yang melihat pemandangan itu, tanpa sadar dia meneteskan air matanya.
Ternyata di tempat ini, ada banyak orang yang begitu menyayangi Hazal. Tiba giliran Emir untuk memberikan hadiah kepada gadis kecil itu. Dia memberikan boneka beruang besar tersebut. Tetapi putri Danner itu ragu menerima nya, karena ketika dia melihat boneka beruang tersebut, memori kejadian itu terlintas di pikiran nya. Memori dimana dia merangkul boneka beruang kecilnya di mobil, dan mobil yang ia tumpangi terbalik berulang-ulang.
Tangan Emir memegang tangan Hazal. "Apakah kau tidak suka boneka nya?"
Hazal hanya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin boneka, aku ingin segera bertemu dengan ayah dan ibuku. Kapan paman akan membawa ku pulang ke rumah?"
Mulut Emir seakan terkunci ketika mendengar perkataan Hazal.
"Kenapa Paman Emir diam saja?" desak Hazal pelan.
"Hari ini sayang. Hari ini kita akan pulang ke Turki. Paman akan mengantarmu pulang untuk bertemu dengan ayah dan ibumu," jawab Emir. Laki-laki itu mengusap puncak kepala Hazal.
"Benarkah? Apa mereka sudah menungguku di rumah?" Raut wajah Hazal tampak gembira dan senyumnya terlihat sumringah.
"Iya. Mereka menunggumu di rumah, sayang," kata Emir dengan manik mata yang berkaca-kaca.
Tak tahan mendengar setiap perkataan Hazal, Emir melangkahkan kedua kakinya keluar kamar. Dia ingin memukul dinding rumah sakit itu.
Hatinya hancur saat itu.
Apa yang harus aku lakukan, Erkan? Putrimu ingin mencari mu, aku harus membawa dia kemana?
🔥 Bersambung ❤️
Jangan lupa kasih Like, Komentar, Rate bintang lima dan Vote kalian ya 🤗 Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Erni Fitriana
😭😭😭😭😭😭😭😭aku terharu....keep strong hazal
2023-09-29
0
LALA
kasihan kamu hazal.jadi yatim piatu di saat bersamaan😭😭😭😭
ini tadi pembunuhnya berciri" botak terus ada tanda lahirnya🤔🤔🤔 kira" bermotif apa ya....pembunuhan ini🙄🙄🙄
penasaran banget🤔🤔🤔🤔
2020-11-06
2
Eny Budi Lestari
semoga novel in g mengecewakan ya kak....pernah baca yang awalnya sedih gini tapi pas di pertengahan menuju end cerita kayak benang kusut....cma muter'' disitu aja akhirnya mlas mau lanjut bacanya 😂😂😂semoga novel kaka sesuai harapanku...semangat kak
2020-10-12
1