Dua belas tahun kemudian.
Setelah kejadian Hazal terkunci di dalam gudang. Emir Aksal memutuskan untuk memberi hukuman kepada Yafet, dengan memasukkan anak lelakinya itu ke dalam sekolah asrama khusus anak laki-laki, sampai dia menyelesaikan pendidikan Senior High School nya. Kemudian Yafet melanjutkan kuliah di Columbia of University yang ada di New York, Amerika Serikat dan mengambil jurusan ekonomi bisnis untuk melanjutkan bisnis ayahnya.
Sementara Hazal masih berada di Istanbul, Turki. Tinggal dengan keluarga Aksal. Orang tua angkatnya memasukkan nya ke sekolah umum internasional. Saat ini dia duduk di kelas XII di International Senior High School of Istanbul.
Sejak mereka berpisah, kedua anak Aksal ini jarang bertemu dan jarang berkomunikasi satu sama lain. Mereka menghabiskan waktu mereka masing-masing dengan kegiatan yang berbeda. Di saat mereka liburan sekolah, mereka juga tidak menghabiskan waktu bersama. Dari kecil mereka tidak bisa dekat seperti layaknya dua orang bersaudara. Entah bagaimana mereka bertemu ketika mereka sudah beranjak dewasa?
🔥❤️🔥❤️
Hazal mengamati dirinya sendiri di depan cermin besar di sebuah butik ternama milik desainer terkenal di kota Istanbul. Gadis kecil itu telah beranjak menjadi seorang gadis yang akan melewati masa remajanya. Dua hari lagi dirinya akan merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Dia tidak sabar menantikan hal itu. Orang tua angkatnya akan membuat pesta yang sangat meriah di hotel milik keluarga Aksal.
"Sempurna." Satu kata yang keluar dari bibi merah Hazal ketika dia mencoba gaun pesta ulangtahun nya.
"Kau terlihat sangat cantik, Hazal," ucap Alina Gurman desainer muda yang merancang gaun pesta Hazal.
"Benarkah?" tanya Hazal dengan raut wajah senang dan manik mata yang berseri-seri.
"Itu benar, Nona Aksal. Kau seperti seorang tuan putri. Tuan Putri Aksal. Setelah selesai acara pesta ulang tahunmu nanti, pasti akan banyak lelaki yang akan mengajakmu berkencan," kata Alina yang sibuk memeriksa gaun yang dikenakan oleh Hazal.
"Apa yang kau katakan? Ayah dan Ibu pasti akan menginterogasi mereka satu per satu," ucap Hazal sambil tertawa renyah.
Setelah mengatakan hal tersebut, terlintas dalam pikirannya sebuah nama yang sudah lama tidak ia jumpai. Ada seseorang yang ia harapkan kedatangannya di hari ulang tahunnya. Entah bagaimana kabarnya saat ini, apa yang sedang ia lakukan. Perpisahan mereka tanpa ucapan satu katapun. Bukan perasaan rindu atau cinta sepasang kekasih, tetapi lebih kepada perasaan bersalah dan hutang suatu penjelasan yang belum diselesaikan.
Bagaimana sikapnya jika ia bertemu denganku nanti? Apakah dia masih membenciku seperti dulu? Apakah dia akan datang ke pestaku nanti?
"Apa yang kau pikirkan, Hazal? Apakah kau sudah menemukan pangeran mu?" tanya Alina yang melihat Hazal yang tampak terbengong menghadap cermin. Desainer muda itu mencoba menggoda Hazal.
"Mak...maksudmu pangeran untuk pasangan dansa ku?" jawab Hazal gugup dan tersipu malu.
"Bukan, yang aku maksudkan adalah pangeran mu yang sesungguhnya," ucap Alina dengan wajah serius.
Hazal tertawa dengan wajahnya yang bersemu merah.
"Kau ini, masih saja terus menggodaku." Gadis itu menjawab perkataan Alina sambil memutar badannya di depan cermin. Mengamati gaun indah yang menempel di tubuhnya.
"Lihatlah wajahmu memerah. Padahal kau belum memakai make-up," ujar Alina yang masih penasaran dengan sikap Hazal yang malu-malu.
"Dasar kau ini...!" gurau Hazal sambil mencubit lengan Alina.
Setelah Hazal selesai mencoba gaun pestanya di butik Alina Gurman, kemudian Hazal menyuruh sopir pribadinya untuk menuju ke HOTEL AKSAL.
Hotel mewah kelas bintang lima ini milik ayah angkatnya, Emir Aksal. Hotel yang akan dia gunakan untuk merayakan pesta ulang tahunnya nanti.
VISUALISASI HOTEL AKSAL
Ketika Hazal sudah sampai di lobby hotel, dia langsung di sambut oleh petugas hotel dengan senyuman dan sapaan yang ramah. Hazal pun menjawab sapaan mereka dengan anggukan dan senyuman. Dia langsung berjalan menuju ke sebuah lorong di sebelah kiri meja resepsionis.
Lorong tersebut berdinding kayu berwarna coklat tua. Terdapat 3 buah pintu lift yang saling berhadapan. Hanya satu pintu lift yang paling ujung di sebelah kanan yang punya akses untuk langsung menuju ke ruang Presiden Direktur, tempat ayah angkatnya bekerja. Hazal masuk menggunakan lift tersebut.
Saat ini Hazal sudah berada di lantai 15. Pintu lift terbuka, gadis itu berjalan lurus sepuluh langkah, kemudian belok ke sebelah kanan. Di depan dia melihat Nyonya Rachel, sekretaris ayah angkatnya yang sedang mengerjakan sesuatu di depan komputer.
Wanita yang berumur sekitar 40 tahunan itu sudah bekerja sangat lama di hotel ini. Wanita itu menyapa dan memberi senyuman kepada Hazal.
"Halo, Nona Hazal?" sapa Nyonya Rachel dengan senyumannya yang mengembang.
"Halo Nyonya Rachel. Apa ayahku ada di dalam?" tanya Hazal yang berdiri di depan sekretaris ayah angkatnya.
"Ya. Tuan Emir ada di dalam. Masuklah...," jawab Nyonya Rachel yang berjalan dan berdiri di depan pintu ruangan Emir Aksal.
Hazal berjalan ke tempat di mana Nyonya Rachel berdiri dan mulai mengetuk pintu kayu tersebut.
"Masuk...!" seru Emir dari dalam ruangan nya.
Hazal membuka pintu dan berjalan mendekati ayah angkatnya.
"Hai Ayah...," sapa Hazal kemudian dia mencium kedua pipi Emir.
"Hai anak Ayah yang cantik. Bagaimana dengan gaun pestamu? Apa kau menyukainya?" tanya Emir dan membalas ciuman pipi Hazal.
"Aku sangat menyukainya, Ayah. Gaun itu sangat cantik dan indah. Bahkan Alina mengatakan kalau aku seperti seorang tuan putri ketika aku memakainya. Aku sudah membawanya dan menaruhnya di dalam mobil. Dua hari lagi aku akan mengenakan gaun itu," jawab Hazal dengan sangat antusias. Ia terlihat sangat ceria hari ini.
"Bagaimana dengan persiapan pestanya? Apakah kau sudah memberitahu teman-temanmu?" tanya Emir yang mengajak Hazal untuk duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruangan.
"Sudah, Ayah. Aku sudah memberitahu semua temanku untuk datang ke pesta ulang tahunku. Semuanya sudah siap, Ayah. Termasuk ruangan dan dekorasi yang akan di gunakan sesuai dengan keinginanku," ucap Hazal menjelaskan semuanya dengan senyum manisnya. Ia membayangkan bagaimana nanti pesta ulang tahunnya akan berlangsung.
"Baiklah kalau begitu. Ayah harap kau sangat menikmati pestanya nanti," kata Emir sambil mengusap puncak kepala Hazal.
"Ayah, terimakasih untuk semua ini." kata Hazal sambil memeluk ayah angkatnya.
🔥❤️🔥❤️
Sore harinya, Hazal berada di dalam studio tari milik salah seorang teman ibu angkatnya. Di sana dia sedang latihan dansa bersama seorang teman sekelasnya yang bernama Ozcan. Anak lelaki ini akan menjadi pangeran bertopeng di acara pesta ulang tahunnya nanti.
Mereka telah menempati posisi masing-masing. Hazal mengalungkan kedua tangannya di belakang leher Ozcan. Sedangkan kedua tangan Ozcan menyentuh pinggang rampingnya Hazal.
Terdengar alunan musik romantis di ruangan tersebut.
"One... and two... and three... and four...!" teriak instruktur dansa mereka.
"Auww...!" teriak Hazal kesakitan.
Ternyata Ozcan menginjak kakinya. Gadis itu melepaskan tangannya dari leher Ozcan.
"Maaf, Hazal. Aku tak sengaja," kata Ozcan.
Dia tidak fokus latihan hari ini, karena sejak dari tadi Hazal memandanginya. Pemuda itu sangat senang, Hazal memilih dirinya untuk menjadi pasangan dansanya.
Hazal adalah murid yang terkenal karena kecantikan dan kepintarannya. Banyak murid laki-laki yang ingin menjadi pasangan dansa Hazal, tetapi gadis itu menolak mereka semua, dan lebih memilih Ozcan. Oleh sebab itu, dia tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini.
"Tak apa," jawab Hazal sambil tersenyum manis.
Hazal, kau sangat cantik ketika tersenyum mani seperti ini
Ozcan semakin tidak fokus dan lupa setiap gerakan dansanya.
"Fokus Ozcan! Tinggal dua hari lagi acaranya!" seru instruktur itu mengingatkan Ozcan.
"Baiklah, ayo kita mulai dari awal lagi," ajak Hazal.
Setelah mengulang gerakan dansanya sampai lima kali, barulah Ozcan bisa memberikan performa terbaiknya.
Instruktur menyudahi latihannya, dan mengatakan bahwa hari ini adalah latihan terakhir buat mereka.
Ozcan mengajak Hazal untuk ikut pulang bersamanya. Tetapi Hazal menolaknya dengan alasan sopir pribadinya sudah menunggunya di luar. Mereka pun berpisah di pintu keluar.
"Sampai jumpa dua hari lagi di hotel ya." kata Hazal sambil melambaikan tangannya ke Ozcan.
"Oke," jawab Ozcan yang membalas lambaian tangan Hazal.
🔥❤️🔥❤️
Di benua yang berbeda di kota New York, Amerika Serikat.
Yafet sedang berada di dalam sebuah mall terkenal di pusat kota. Dia sedang keluar masuk dari toko satu ke toko lainnya. Ibunya meminta dia untuk datang ke pesta ulang tahun Hazal.
Satu minggu yang lalu...
Yafet yang sedang berbaring di atas tempat tidur di apartemen nya di kejutkan oleh bunyi dering ponselnya. Tertera di layar ponselnya nama ibunya.
"Halo...," sapa Yafet dengan suara parau khas bangun tidur.
"Yafet, ibu sudah memesankan tiket penerbangan untukmu. Pulanglah ke Turki saat ulang tahun Hazal," ucap ibunya dari balik ponsel Yafet.
(Yafet mendengarkan perkataan ibunya)
"Apa aku harus datang?" tanya Yafet yang ingin menghindari pertemuan nya dengan Hazal.
"Pertanyaan bodoh macam apa itu? Tentu saja kau harus datang, ini adalah ulang tahunnya yang ke tujuh belas!" teriak ibunya.
(Yafet menjauhkan sedikit ponselnya dari daun telinganya)
"Lalu...?" pertanyaan bodoh yang pernah di ucapkan oleh Yafet.
(Meral menghembuskan nafasnya dalam-dalam, suara hembusan napas itu terdengar sampai ke telinga Yafet)
"Jangan datang dengan tangan kosong, bawalah suatu hadiah yang indah untuknya," sambung ibunya.
Pembicaraan internasional itupun terputus.
Kini Yafet tampak kebingungan memilih hadiah untuk Hazal.
Apa yang harus aku berikan pada Hazal? Aku tidak tahu apa kesukaannya. Bahkan aku sudah lupa seperti apa wajahnya saat ini.
Kemudian dia berhenti di sebuah toko baju wanita yang menjual gaun pesta. Yafet bertanya kepada karyawan toko tersebut, "Gaun mana yang cocok untuk pesta ulang tahun ke tujuh belas?"
Karyawan toko mengambil lima buah gaun dan menunjukkannya pada Yafet. Putra Emir itu menolak semuanya. Karyawan toko mengambil tiga buah gaun yang lain. Tetapi Yafet menggelengkan kepalanya.
"Apa ada gaun yang lainnya lagi?" tanya Yafet kepada karyawan toko tersebut.
"Tidak ada lagi, Tuan," jawab karyawan toko dengan sopan.
"Menurut pendapatmu, hadiah apa yang cocok untuk seorang anak perempuan yang berusia tujuh belas tahun?" tanya Yafet kepada karyawan toko.
"Apa kau punya foto gadis itu? Supaya aku bisa menolongmu untuk mencari hadiah yang cocok untuknya," ucap karyawan toko.
"Ehm..., aku tidak punya," jawab Yafet sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau begitu, maaf. Aku tidak bisa membantumu, Tuan," kata karyawan toko tersebut kemudian meninggalkan Yafet berdiri sendiri.
Benar juga kata karyawan itu, tapi darimana aku bisa mendapatkan foto Hazal? Apa aku harus memintanya pada gadis itu? Nomor ponselnya saja, aku tidak tahu.
Yafet keluar dari toko pakaian tersebut, dan mulai sedikit frustasi.
Oh Yafet... bukankah di kampus kau terkenal playboy? Hanya karena membeli hadiah untuk seorang Hazal saja sudah membuat kepalaku pusing.
Putra Emir itu mengeluarkan ponsel yang ada di kantong celana jeans-nya. Dia menelepon ibunya dan meminta ibunya untuk mengirimkan foto terbaru Hazal.
Satu menit kemudian, terdengar bunyi pesan masuk dari ponsel Yafet. Dilihatnya pesan masuk itu, ternyata dari ibunya. Kemudian Yafet membuka pesan tersebut, tampaklah foto Hazal saat ini....
Dipandanginya terus menerus foto Hazal sambil tersenyum.
Cantik juga gadis kecil itu....
Kemudian dia menyimpan foto Hazal di galeri ponsel nya.
Ya... aku tahu apa yang harus aku berikan untuknya. Sebuah kejutan untuk kucing kecilku itu....
🔥 Bersambung ❤️
Jangan lupa kasih tip dong buat Author 😊 gak pakai mahal kok 😆 hanya berupa Like, Komentar, Rate bintang lima, atau Vote kalian 🤗 Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Erni Fitriana
senyum" ntar bucinnnnn
2023-09-29
0
LALA
benci jadi cinta loh fet💝💝💝
lebih tepatnya kucing cantik&imut sebutan untuk hazel😁😁😁
2020-11-06
0
Esthi
uwuw cantik banget 😍
2020-06-19
1