Beberapa hari kemudian, Vania sudah kembali ke Jakarta. Vania sedang sibuk di ruangannya menyusun data yang diminta oleh tim audit. Tak jauh berbeda, Devi pun terlihat sama sibuknya hingga di antara mereka tak ada yang saling mengingatkan untuk makan siang.
Tok tok tok, pintu ruangan Vania diketuk.
"Masuk" sahut Vania tanpa mengalihkan fokusnya pada layar laptop.
"Permisi, mbak Vania mau minum apa siang ini?" tawar Bu Yana.
Vania melirik jam di layar laptopnya.
"Astagfirullah, ternyata sudah jam setengah 2" ucap Vania terkejut.
"Hmm.. Bu, tolong bikinkan saja saya teh seperti biasa dan maaf kalau saya merepotkan, bisa tolong belikan saya roti di toko roti yang ada di lobby?" Vania mengambil dompet dari dalam tasnya dan mengambil 1 lembar uang 100 ribu dan memberikannya kepada Bu Yana.
"Enggak kok mbak, ibu enggak repot. Ya sudah nanti ibu belikan dulu rotinya ya mbak" sahut Bu Yana.
"Iya bu, tolong belikan semua saja. Terima kasih ya bu" tulus Vania yang dia sangat terbantu dengan bu Yana.
"Sama - sama mbak, ibu permisi dulu" Bu Yana pun keluar dari ruangan Vania.
Vania melihat ke ruangan Devi yang tepat di sampingnya. Ruangan mereka bersebelahan dan yang membatasinya adalah kaca, yang kalau tidak ditutup tirainya maka dapat saling melihat. Dilihatnya Devi yang tampak sangat serius membaca sebuah dokumen.
Vania pun meraih gagang telepon yang ada di atas mejanya, kemudian dia menekan nomor extention ruangan Devi.
"Dev, belum sholat dzuhur kan lo ? Sholat yuk" ajak Vania ketika Devi sudah menerima panggilannya.
"Astaghfirullah.. Iya Van, gue belum sholat. Yuk.." sahut Devi yang terkejut karena ia melewatkan waktu istirahatnya.
Devi dan Vania pun keluar dari ruangan masing - masing dan langsung menuju ke mushola untuk melaksanakan sholat.
Selesai melaksanakan sholat, keduanya berniat untuk kembali ke ruangannya untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
"Dev, tadi gue minta tolong Bu Yana beli roti, elo tadi enggak sempat makan siang juga kan? Nanti sebelum ke ruangan, elo ambil roti di tempat gue ya" ucap Vania.
"Wuuuiihh siap bu manager" sahut Devi.
Ketika melewati ruang rapat, tiba - tiba mereka dikejutkan oleh Wahyu dan beberapa karyawan laki - laki yang berlarian masuk ke dalam.
"Ada apa ya Van?" tanya Devi bingung.
"Enggak tahu, yuk lihat" Vania dan Devi mempercepat langkahnya untuk melihat apa yang terjadi.
Baru saja keduanya tiba di depan ruang rapat.
"Awas..!! Minggir..!! Tolong beri jalan..!!" teriak Wahyu berusaha membuka jalan untuk tiga orang yang sedang menggotong pak Bagus. Perawakan pak Bagus yang tinggi besar, sehingga membutuhkan 3 orang untuk mengangkatnya.
"Yu, ada apa? Kenapa?" tanya Devi.
"Pak Bagus tiba - tiba pingsan" jawab Wahyu sambil berlari.
"Van, pak Bagus kenapa ya?" tanya Devi bingung, Vania menggeleng tanda ia tak tahu.
Vania melihat ke dalam ruang meeting banyak berkas di sana dan laptop yang digunakan oleh Pak Bagus dan Tim ada di sana. Vania lalu menutup pintu tersebut dan menguncinya.
" Ayo Dev, kita tunggu saja kabar dari Wahyu" ucap Vania. Devi dan Vania pun kembali ke ruang kerjanya untuk melanjutkan pekerjaan mereka, begitupun dengan para karyawan yang lain sudah kembali ke tempatnya masing - masing.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17.00, dan saatnya pulang kantor. Vania merapikan berkas - berkas yang ada di atas mejanya dan meletakannya kembali di tempat semula agar mudah mencarinya.
Tok..tok.. tok... Pintu ruangan Vania diketuk
" Masuk " sahut Vania.
" Permisi bu " ucap salah satu *cleaning service *dengan sopan.
" Ya Lu, ada apa ?" tanya Vania pada *cleaning service * yang bernama Jalu.
" Hmm.. itu bu, ada yang mencari kunci meeting room " ucap Jalu.
" Oh iya, sebentar " Vania menghentikan kegiatannya dan langsung menuju ke *meeting room * untuk mengetahui siapa yang mencari kunci *meeting room * tersebut.
" Itu bu orangnya " ucap Jalu seraya menunjuk kepada seornag laki - laki yang sedang berdiri membelakangi mereka sambil menelepon.
" Baik, terima kasih " sahut Vania. Vania kemudian Vania pun menghampiri laki - laki tersebut.
" Permisi, apa bapak yang mencari kunci meeting room ? " tanya Vania.
Laki - laki tersebut tak menjawab, ia menengok ke belakang untuk melihat siapa yang sedang bertanya padanya.
" Vania ?" seru Daniel terkejut.
" Bang Daniel ?" seru yang juga terkejut.
" Oooo kamu bekerja di sini toh, tahu begitu aku saja yang kemarin mengaudit di sini " ucap Daniel, Vania hanya tersenyum.
" Oh ya Bang, abang ada keperluan apa ya ?" tanya Vania sopan.
" Ini loh Van, abang disuruh Pak Bagus untuk mengambil beberapa data dan juga laptop pak Bagus " jawab Daniel.
" Memangnya abang siapanya pak Bagus ?" tanya Vania sedikit bingung.
" Pak Bagus itu adalah bos abang " jawab Daniel, Daniel pun segera mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya pada Vania.
" Ooo.. iya Bang, tunggu sebentar " ucap Vania kemudian segera mendekat ke pintu dan membukanya.
Vania dan Daniel pun masuk ke dalam meeting room, Daniel segera mendekat ke laptop dan beberapa berkas yang diminta oleh Pak Bagus, sementara Vania hanya melihatnya saja, tanpa membantunya.
" Oh ya Bang. Bagaimana kondisinya Pak Bagus ?" tanya Vania bingung.
" Kondisinya sudah berangsur membaik. Tadi itu Pak Bagus lupa meminum obat darah tingginya, sehingga dia pingsan. Ditambah lagi dia ternyata Diare sejak pagi, sehingga lemas" jelas Daniel.
" Ooo seperti itu. Semoga Pak Bagus lekas sehat ya " ucap Vania tulus.
🍓🍓🍓🍓🍓
Satu bulan kemudian, proses audit di kantor sudah selesai dua hari yang lalu. Dan seperti tahun sebelumnya, mereka mengadakan syukuran atas terlaksananya audit yang lancar dan semoga hasilnya adalah Wajar tanpa pengecualian.
Jam sudahmenunjukkan pukul 11 malam, Vania dan Devi terlihat keluar dari sebuah restoran tempat perusahaan mereka mengadakan syukuran. Vania dan Devi berjalan menuju mobil Vania yang terparkir di dekat pintu masuk restoran tersebut.
" Van, alhamdulillah ya akhirnya selesai juga. Liburan yuk " ajak Devi.Dan keduanya masuk ke dalam mobil Vania.
"Memangnya papanya Arka enggak marah, istrinya enggak menyambut kedatangansuaminya yang pulang berlayar " sahut Vania seraya menyalakan mesin mobilnya.
"Justru karena ayahnya Arka belum pulang Van. Kalau sudah pulang mana bisa gue jalan - jalan " seru Devi.
Perlahan mobil Vania terlihat meninggalkan restoran tersebut. Jalanan tampak lengang karena memang sudah cukup larut malam.
" Oke deh.. Kemana ya enaknya Dev ?" tanya Vania.
" Bali ? " usul Devi.
" Hmm.. boleh juga sih.. ayo deh " Vania setuju.
" Ajak Tasya dan Iren juga " ucap Devi.
" Tasya enggak bisa pastinya "
" Kok enggak bisa, kenapa ?" tanya Devi.
" Tasya lagi hamil 6 minggu " jawab Vania sambil tetap konsentrasi menyetir.
" WHAT..?? Hamil lagi ?" Devi terkejut. Vania mengangguk sambil terkikik menahan tawa.
" Gila, mau bikin kesebelasan sepak bola kali ya dia.. hahaha " sahut Devi sambil tertawa.
" Si Aqila saja baru umur setahun kan ? " tanya Devi memastikan usia anak kedua Tasya.
" Yap..!! betul sekali, anda benar ..!!" seru Vania.
" Mantuuuuulll.. Hahahhaha " seru Devi dan Vania bersamaan, lalu keduanya pun tertawa.
“ Eh.. kalau Iren bagaimana?” tanya Vania.
“ Dia kan masih pengantin baru” sambung Vania.
“ Besok gue tanyain deh, gue telepon dia “ sahut Devi.
Tak berapa lama kemudian, ponsel Devi berdering, dan muncul nama Iren di sana.
Drrt... drrtt...
“ Panjang umurnya nih anak” ucap Devi, kemudian menekan tombol hijau di layar ponselnya lalu menekan tombol loudspeaker.
“ Haalloooo “ sapa Vania dan Devi bersamaan.
“ Hallo.. Hmm.. kalian curang ya, pergi enggak ajak – ajak. Kalian di mana ? Jam segini kok masih barengan ?” tanya Iren.
“ Kita baru pulang say, habis makan – makan “ jawab Devi.
“ Asyik nya, enggak ajak – ajak aku ih.. sebal ..” sahut Iren.
“ Hahhaha.. acara kantor beib “ sahut Vania.
“ Eh ya, bagaimana proses audit di kantor kalian?” tanya Iren.
“ Alhamdulillah sudah selesai, tinggal tunggu hasilnya. Makanya ini tadi kita makan - makan " jawab Devi.
" Ooo.. begitu, berarti kalian sudah enggak sibuk kan ?" tanya Iren.
" Ya sudah agak santai sih.. Kenapa memangnya?" tanya Devi, sementara Vania tetap konsentrasi menyetir sambil mendengarkan percakapan kedua sahabatnya itu.
" Kita liburan yuk, sudah lama nih kita enggak liburan bareng " ajak Iren.
" Ayo, ini kita baru saja mau ngajakin elo liburan. Kita memang sehati ya beib " Devi terdengar senang.
" Wah.. ayo.. ayo.. Kita liburan ke Malang bagaimana ?" usul Iren.
" Malang ? Hmm.. kita sih tadinya berencana ke Bali Ren " sahut Devi.
" Bali ? " Iren berfikir.
" Hmm..Boleh juga sih, ya sudah kita ke Bali saja" sahut Iren.
" Oke, ke Bali ya. Tentukan deh waktunya " ucap Devi.
" Bagaimana kalau hari Kamis minggu depan kita berangkat ? kan Kamis tanggal Jum'at tanggal merah tuh, jadi kita berangkat Kamis sore. Bagaimana ?" tanya Iren.
" Boleh juga tuh, manfaatkan long weekend " sahut Vania, Devi pun mengangguk setuju.
" Oke Fix ya, biar tiket gue yang cariin " seru Iren.
" Eh dicariin doang ? Dikirain dibayarin juga.. Hahhahaha " sahut Devi.
"Yeee.. Enak di anda dong.. Hahhahaha " balas Iren, dan ketiganya pun tertawa.
Tepat pukul 23.30 Vania tiba di rumahnya. Vania membuka pintu rumahnya dengan perlahan agar tak mengganggu ayah dan ibunya yang pasti sudah beristirahat.
Vania kemudian segera masuk ke dalam kamar, karena dia sangat lelah dan ingin cepat beristirahat. Hari ini dia lumayan lelah, setelah sampai di dalam kamar, Vania langsung menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya tersebut. Sesegera mungkin ia membersihkan dirinya, setelah selesai membersihkan dirinya Vania pun langsung membaringkan tubuhnya dan tak berapa lama kemudian dirinya sudah terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulis Setyorini
good job
2021-01-23
0