Hari minggu, jam menunjukan pukul 7 pagi. Vania terlihat baru saja keluar dari kamar, ia langsung menuju dapur untuk mengambil minum.
"Kaki kamu kenapa Van?" tanya ibu ketika melihat jalan Vania yang pincang.
"Sepertinya keseleo bu" jawab Vania.
"Loh.. Kok bisa?" tanya bu Zahra seraya memasak nasi goreng untuk sarapan.
"Iya, semalam terjatuh di acara Iren bu" jawab Vania seraya menuang air ke gelas.
"Ckckck.. Kamu itu memangnya ngapain kok bisa sampai jatuh?" Bu Zahra menggelengkan kepalanya, sudah paham betul dengan sifat ceroboh putrinya ini.
"Hehehee.." Vania hanya memberikan cengiran saja.
"Ayah belum bangun bu?" tanya Vania mengalihkan pembahasan mengenai kaki.
"Ayah sudah dari subuh ke masjid Van" jawab ibu.
"Dari subuh sampai sekarang? Lama banget" Vania duduk di kursi makan.
"Habis subuh, biasanya ada kajian Van kalau hari minggu" Bu Zahra menuangkan nasi goreng ke tempat nasi. Vania hanya mengangguk - angguk mengerti.
"Tadinya ibu mau minta tolong antarkan kamu ke supermarket, tapi melihat kakimu yang pincang, ibu minta tolong ayah saja deh" bu Zahra meletakan nasi goreng di atas meja makan.
"Kamu sudah telepon Mak Yah? Itu harus segera diurut loh" sambung bu Zahra.
" Sudah bu, nanti siang Mak Yah datangnya" jawab Vania.
"Ya sudah, kamu mau sarapan sekarang atau nunggu ayah?" tanya bu Zahra lagi.
"Nanti saja bu, bareng ayah" jawab Vania.
"Oh ya Van, mau ngadain syukuran enggak?" tanya Bu Zahra lagi yang teringat akan kenaikan jabatan anaknya tersebut.
"Hmm.. Berbagi sama yang kekurangan saja bu, enggak usah ngadain acara. Bagi sembako saja sama yang membutuhkan" Vania membuka toples yang berisikan keripik kentang lalu memakannya.
"Ya sudah, enggak apa. Begitu juga bagus, yang penting jangan lupa untuk selalu bersyukur. Ibu mau mandi dulu ya" ucap Bu Zahra seraya berjalan ke arah kamarnya.
" Iya bu" sahut Vania seraya memakan keripik kentang dan memainkan game di ponselnya.
30 menit kemudian ibu keluar dari kamar, dan langsung duduk di samping Vania.
"Ayah belum pulang Van?" tanya ibu, karena belum melihat keberadaan suaminya di ruang makan.
"Belum bu" jawab Vania.
"Assallamu alaikum" terdengar suara Pak Agus, ayah Vania.
"Wa alaikum salam" sahut Vania dan ibu bersamaan.
Ayah masuk ke dalam, dan langsung menuju wastafel yang berada di dekat dapur untuk mencuci tangannya. Setelah mencuci tangannya, ayah langsung duduk bergabung bersama dengan anak dan istrinya.
"Tumben yah, sampai jam segini" ucap ibu seraya melihat jam sudah menunjukan hampir pukul 9.
"Ooo.. Iya, tadi pak Saeful mengajak ikut kajian di masjid lain" jawab ayah.
"Ayah mau makan sekarang?" tanya ibu.
"Boleh" jawab ayah, ibu oun dengan sigap mengambilkan makanan untuk ayah.
"Bu, minggu depan ada teman ayah yang mau datang ke sini" ucap ayah disela - sela makannya.
"Teman waktu kuliah dulu, tadi tidak sengaja bertemu di masjid" sambung ayah lagi.
"Iya yah.." sahut ibu.
🍓🍓🍓🍓🍓
Ricko baru saja selesai bermain futsal bersama Daniel dan beberapa teman lainnya. Kini ia dan Daniel sedang duduk di tepi lapangan, seraya meluruskan kaki mereka dan mengatur nafas mereka.
"Ko, elo ya diam - diam ternyata sudah punya calon istri" Daniel meninju bahu Ricko.
"Calon istri apa?" Ricko minum air yang ia bawa dalam tumbler.
"Agh.. Pakai pura - pura segala. Itu kemarin di pestanya Tyo kan nyokap lo sendiri yang bilang" ledek Daniel seraya mengelap keringat di lehernya dengan handuk kecil yang ia bawa.
"Terserahlah" Ricko malas menanggapi ledekan Daniel, dan ia memilih untuk bangkit dan meninggalkan Daniel.
"Yah.. Dia ngambek" ucap Daniel setelah melihat Ricko pergi meninggalkannya.
"Ko tunggu" Daniel mengejar Ricko.
"Hari ini jadi enggak kita datang ke reunian ?" tanya Daniel yang sudah mensejajarkan dirinya dengan Ricko.
"Hmm.. Malas gue ikut reunian" jawab Ricko singkat.
"Yee.. Ayolah Ko, kan jarang - jarang kita reunian" bujuk Daniel.
"Malas gue, salam saja lah" Ricko masuk dalam mobilnya.
"Hmm.. Ya sudah deh, calon pengatin lagi dipingit ya" ledek Daniel sekali lagi, sebelum Ricko melajukan mobilnya meninggalkan Daniel yang sejak tadi meledeknya.
"Aduh mama.. Mama.." Ricko merasa pusing dengan sikap mama mia di pesta Tyo kemarin.
Ketika sedang konsentrasi menyetir, tiba - tiba ponsel Ricko berdering. Ricko menepikan mobilnya terlebih dulu sebelum menerima panggilan telepon yang masuk.
"Assallamu alaikum" salam Ricko.
"Wa alaikum salam, Ricko kamu dimana?" tanya mama Mia.
"Rikco lagi di jalan ma, habis main futsal" jawab Ricko.
"Ya sudah, kamu cepat ke sini. Mama mau minta tolong sama kamu" titah mama Mia.
"Tapi mama janji ya, untuk tidak bahas lagi tentang calon istri" Ricko bernegosiasi.
"Iya..iya.." mama Mia menyetujui. Kemudian, mama dan Ricko saling memutuskan panggilan telepon. Ricko kembali melajukan mobilnya, kini tujuan menjadi ke rumah orang tuanya.
Siang hari, di rumah keluarga Pak Agus. Vania sedang duduk menonton televisi.
"Van, ibu sama ayah ke supermarket dulu ya" ucap Bu Zahra yang baru saja keluar dari dalam kamar bersama ayah.
"Iya bu, ayah dan ibu hati - hati ya"
"Van, ayah pakai mobil kamu ya. Mobil ayah sepertinya sedang bermasalah besok baru mau di bawa ke bengkel" ucap ayah.
"Iya yah, pakai saja. Kunci di tempat biasa" jawab Vania.
"Maaf ya Yah, Vania enggak bisa ambilin kaki Vania terasa sakit banget" Vania tak enak hati.
"Iya, enggak apa - apa" sahut Ayah.
"Bu, jangan lupa titipan Vania ya" Vania mengingatkan ibunya.
"Iya Van, nih sudah ibu catat. Ya sudah ibu berangkat dulu ya" ibu dan ayah segera menuju carport.
Tak berapa lama setelah ayah dan ibunya pergi, Mak Yah tukang urut yang ditelepon Vania datang. Kaki Vania pin segera diurut oleh Mak Yah.
"Non tuh memangnya ngapain? Kondangan kok sampai keseleo begini" tanya Mak Yah sambil mengurut kaki Vania.
"Ketinggian sandalnya Mak.." jawab Vania seraya meringis menahan sakit.
"Ck.. Ck..ck.. Si Non, hati - hati atuh non"
"Hehehehe"
🍓🍓🍓🍓🍓
Ibu dan ayah tiba di sebuah supermarket, ayah mendorong troli mengikuti ibu yang berjalan di depannya.
"Yah, ayah malam ini mau makan ikan atau daging?" tanya Ibu seraya berjalan menuju area fresh food.
"Ikan saja deh bu, sepertinya pindang patin enak bu" jawab ayah, ibu pun mengangguk mengerti.
"Bu, ayah ke tempat kopi dulu ya" ucap Ayah.
"Iya Yah, ibu ke tempat ikan ya" sahut ibu.
"Zahra..?" tiba - tiba seorang menepuk pundak ibu ketika ibu sedang memilih ikan. Ibu menoleh ke samping dan mendapati seorang wanita yang seusianya tengah tersenyum. Ibu terlihat bingung seraya mengamati dengan seksama.
"Yaa Allah.. Mia?? Kamu Mia kan?" tebak ibu dengan yakin.
"Iya, aku Mia" dan kedua wanita paruh baya tersebut kemudian saling berpelukan. Wanita yang menyapa ibu ternyata adalah mama Mia.
"Kamu apa kabar Ra?" tanya Mia.
"Alhamdulillah baik, kamu sendiri bagaimana Mi?"
"Alhamdulillah baik.. Yaa Allah sudah lama sekali ya kita tidak bertemu. Kamu sama siapa?" tanya mama Mia
"Aku sama suami, kamu sama siapa?"
"Aku sama anakku, Ricko" jawab mama Mia
"Oooo.. Ricko, ya ampun sudah bujang ya sekarang. Eh apa sudah menikah?" tanya ibu Zahra.
"Duuuhh.. Boro - boro Ra, sibuk kerja saja tuh. Pacarannya sama kalkulator" mama Mia malah curhat.
"Hahaha.. Bisa saja kamu Mi, eh ya.. Main - main ke rumahku"ajak ibu.
" Boleh, boleh.. Oh ya aku minta no teleponmu dong" ucap mama Mia, dan keduanya pun saling bertukar nomor telepon.
"Bu, sudah milih ikannya?" ayah datang menghampiri ibu.
"Eh ayah, sudah Yah. Oh ya Yah, kenalin ini Mia teman ibu waktu kuliah, yang pernah ibu ceritakan itu loh Yah" Ibu Zahra memperkenalkan mama Mia kepada pak Agus.
"Oh.. Iya, ayah ingat. Saya Agus, suaminya Zahra" ayah mengulurkan tangannya ke mama Mia.
"Mia" sambut mama Mia sopan.
"Yuk bu, masih banyak loh yang belum dibeli" ucap Ayah.
"Iya, Yah. Mia aku duluan ya, sampai ketemu" ibu pun berpamitan dengan Mia, teman yang sudah lama sekali tidak bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rhanny Veronica
thor siapakah Rana?
2021-01-24
0