Resepsi pernikahan Iren dan Tyo digelar di salah satu hotel di Jakarta. Iren terlihat cantik dengan balutan gaun pengantin putih, dan Tyo pu terlihat sangat tampan dan gagah dalam balutan tuxedonya.
Vania, Tasya dan Devi terlihat memakai gaun pesta berwarna peach.
"Van, tinggal elo nih yang belum nikah" ucap Tasya.
"Iya, kemarin gue kira elo bakalan sama Alvian. Eh ternyata enggak" timpal Devi.
"Ya do'akan saja, semoga gue segera ketemu jodoh" sahut Vania enteng.
"Eh.. Eh.. Van.. Van.. Tuh waktunya lempar bunga, buruan sana" Tasya mendorong tubuh Vania agar mendekat ke arah pelaminan, karena Iren akan melempar bucket bunga pengantinnya.
"Satu.. Dua.. Tiga" Seru Iren dan segera melempar bucket bunga tersebut.
Hup, sekali lompatan Vania berhasil menggapai bunga tersebut. Namun Vania lupa bahwa dirinya kini sedang memakai high heels.
Tap
Vania menapakan kakinya di lantai, namun karena ia memakai high heels keseimbangannya pun menjadi terganggu dan..
"Aaaaa.." Vania menjerit dan memejamkan matanya, ia menyadari bahwa dirinya akan terjatuh.
Bruk
Vania terjatuh ke depan dengan posisi telungkup, tapi Vania merasa ada yang aneh dengan posisi jatuhnya. Ia tidak merasakan sakit karena terbentur lantai, Vania justru merasakan bahwa tubuhnya hangat dan dia juga merasakan hembusan hangat di pucuk kepalanya. Dengan perlahan Vania membuka matanya dan pandangannya langsung tertuju pada dada bidang seorang pria yang berbalut jas, aroma parfum maskulin dan tubuh pria tersebut tercium di indera penciumannya. Rana mendongakan kepalanya untuk melihat siapa orang yang ia tindih. Dilihatnya wajah pria tampan, dengan ekspresi yang sulit digambarkan. Aura dingin dan tatapan tajam dari pria tersebut membuat Vania segera bangun dari posisinya saat ini.
"Ya ampun Van.. Elo enggak apa - apa?" Devi dan Tasya membantu Vania berdiri.
"Elo tuh ceroboh banget sih. Enggak ingat kalau pakai high heels?" omel Devi. Vania hanya tersenyum kikuk.
Sementara pria yang ditabrak Rana pun sudah bangun dengan dibantu salah satu temannya.
"Wah bro, ditabrak cewek rezeki nomplok nih" ledek Daniel yang menarik Rikco untuk bangun. Ya pria yang ditabrak Vania adalah Rikco.
"Rezeki nomplok apanya? Yang ada punggung gue sakit" sahut Rikco dingin seraya merapikan penampilannya yang terlihat sedikit berantakan.
Kejadian itu menjadi perhatian beberapa tamu, tak terkecuali mama Mia yang tak sengaja melihat kejadian saat Vania berada tepat di atas Rikco.
"Ma.. Maaf.. Saya tidak sengaja" ucap Vania kepada Rikco.
"Hmm, lain kali lebih hati - hati" sahut Rikco dengan nada dingin, kemudian meninggalkan Vania.
"Elo Van.. Ampun deh, enggak kurang - kurang sifat cerobohnya" Devi membantu memapah Vania menuju kursi, karena ternyata akibat jatuh tadi kaki Vania terkilir.
"Hehehe.. Iya.. Iya.." Vania duduk di kursi.
"Ya ampun sayang, kamu enggak apa - apa?" tiba - tiba mama Mia datang menghampiri Vania.
Vania, Devi dan Tasya terkejut dengan kehadiran seorang wanita paruh baya yang langsung mendekati Vania lalu memanggil Vania dengan sebutan sayang. Devi dan Tasya langsung menatap Vania dengan tatapan penuh tanya. Vania mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban bahwa ia tidak tahu siapa wanita tersebut.
"Kaki kamu terkilir ya?" tanya tante Mia, yang tak memperdulikan tatapan penuh tanda tanya dari Vania, Devi dan Tasya.
"I.. Iya tante, maaf tante siapa ya?" akhirnya Vania memberanikan dirinya bertanya.
"Ish.. Kamu kok masib panggilnya tante sih. Panggil mama dong.." ucap mama Mia.
"Mama..??" seru Vania, Devi, dan Tasya berbarengan.
"Van, dia siapa? Perasaan elo manggil nyokap, ibu deh" bisik Devi.
"Gue juga enggak tahu Dev, sumpah" jawab Vania dengan berbisik juga.
"Aduh, mana sih Rikco. Kok calon istrinya sakit malah ditinggal" mama Mia mengedarkan pandangannya mencari Rikco.
"Hah..?? Calon Istri??" Vania, Devi dan Tasya kembali terkejut mendengar pernyataan mama Mia.
"Ma.. Maaf tante, sepertinya tante salah orang deh" ucap Vania. Mama Mia menatap Vania lalu tersenyum.
"Enggak kok, mama enggak salah orang" Mama Mia tersenyum.
"Tapi.. Tante, maaf saya tidak mengenal tante" Vania bicara dengan sangat hati - hati, khawatir menyinggung wanita paruh baya yang ada di hadapannya.
"Ya tentu saja kamu tidak mengenal tante, Ricko tidak pernah memperkenalkan tante ke kamu" sahut tante Mia.
"Ya ampun mama, dicariin dari tadi ternyata di sini" seorang pria paruh baya menghampiri mereka.
"pa, mana si Ricko?" tanya mama Mia kepada pria paruh baya tersebut, yang ternyata Papa Dimas.
"Tadi sih Ricko di sana Ma, sedang ngobrol sama Daniel" sahut Papa Dimas tersebut seraya menunjuk ke arah di mana Ricko berada.
"Eh.. Malah asyik ngobrol. Keterlaluan, padahal calon istrinya keseleo juga. Dia malah asyik ngobrol" omel mama Mia.
"Calon istri? Calon istri siapa ma?" tanya Pak Dimas bingung.
"Ih.. Papa ini bagaimana sih. Ya tentu calon istri Ricko lah" sahut Mama Mia.
"Tunggu sebentar ya sayang, mama panggilkan Ricko dulu. Ayo Pa" mama Mia bangkit lalu menggandeng papa Dimas.
Setelah mama Mia dan papa Dimas pergi, Devi dan Tasya bersiap menginterogasi Vania.
"Van.. Mending elo jawab jujur deh. Siapa Ricko?" tanya Devi seraya menatap Vania tajam.
"Sumpah, gue enggak tahu siapa Ricko, dan tante yang tadi juga gue enggak kenal" ucap Vania.
"Waduh.. Jangan - jangan mereka sindikat human trafficking Van" ucap Tasya dengan eskpresi takut
"Masa sih? Tapi bisa jadi si Sya" timpal Devi.
"Waduh, kalau benaran bisa gawat nih. Teman kita yang modelan begini cuma satu, harus dilindungi dan dilestarikan" balas Tasya.
"Woy.. Sembarangan. Elo kira gue badak bercula satu" kesal Vania.
"Eh.. Sudah, mending sekarang kita bawa Vania pergi dari sini" Devi dan Tasya pun segera membantu memapah Vania untuk pergi dari ruangan pesta tersebut.
Sementara di sisi lain pesta tersebut, terlihat mama Mia dan papa Dimas berjalan ke arah Ricko dan Daniel yang tengah berbicara.
"Ricko.." panggil mama Mia, mendengar namanya dipanggil Ricko pun mengalihkan pandangannya ke asal suara. Dan Ricko memandang heran ketika melihat mamanya yang menghampirinya dengan raut wajah yang kesal.
"Kamu ini bagaimana sih, calon istrimu lagi sakit kamu malah enak - enakan ngobrol di sini" omel mama Mia.
"Calon istri?" Ricko bingung.
"Keterlaluan kamu, ayo ikut mama" mama Mia menarik lengan Ricko untuk mengikutinya. Daniel dan Ricko saling bertatapan bingung.
"Ma.. Apaan sih, calon istri apa?" tanya Ricko bingung, namun mama Mia tak menjawabnya, mama Mia masih menarik tangan Ricko agar mengikutinya.
"Loh.. Kemana dia?" mama Mia merasa bingung ketika tak mendapati Vania di tempat semula.
"Ma.." panggil Ricko.
"Tuh kan, dia pasti ngambek nih sama kamu, makanya dia pergi" mama Mia menyalahkan Ricko, Rikco tergelak mendengar ucapan mamanya yang menyalahkan dirinya atas persoalan yang dia sendiri tidak tahu itu apa.
"Awas ya kamu, kalau sampai dia marah sama kamu" ancam mama Mia seraya memelototkan matanya ke arah Ricko.
Ricko menautkan kedua alisnya, keningnya berkerut. Ia tengah bingung dengan semua yang diucapkan mamanya dan juga ancaman dari mamanya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments