Senin pagi, di awal bulan. Vania sekali lagi mengecek penampilannya di cermin, diperhatikannya penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dan setelah memastikan penampilannya rapi, Vania melangkahkan kakinya keluar kamar untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.
"Van, ingat ya. Naik jabatan itu berarti tanggung jawab kamu makin besar" nasihat ayah pada Vania disela aktivitas sarapan mereka.
"Iya Yah, Vania akan berusaha melakukan yang terbaik" sahut Vania.
"Oh ya Yah, ayah ingat kan teman ibu yang kemarin bertemu di supermarket?" tanya bu Zahra.
"Iya ingat, kenapa bu?" tanya ayah balik.
"Dia bilang, hari sabtu mau ke sini ya. Boleh kan?" ucap ibu.
"Loh ibu ini bagaimana? Kan ayah kemarin bilang kalau mau ada teman kuliah ayah yang datang" sahut ayah.
"Oh iya ibu lupa, ya sudah nanti ibu bilang deh ke Mia buat minggu depannya saja lagi. Tapi boleh kan Yah?"
"Iya bu, boleh" sahut Ayah dengan tersenyum.
" Bu, Yah.. Vania berangkat dulu ya" Vania meletakan mug yang tadi berisikan cokelat hangat ke atas meja.
"Ya sayang, hati - hati ya" ucap bu Zahra.
"Assallamu alaikum" Vania mencium tangan kedua orang tuanya, lalu ia pun pamit untuk berangkat bekerja.
Sekitar 45 menit kemudian Vania tiba di kantornya. Setelah memarkirkan mobilnya, Vania berjalan memasuki lobby gedung kantornya.
"Selamat pagi bu manajer" sapa Wahyu yang kebetulan juga baru memasuki lobby.
"Pagi juga pak manajer" sahut Vania. Keduanya pun berjalan beriringan menuju lift.
Tak butuh waktu lama untuk Vania dan Wahyu tiba di lantai yang mereka tuju. Keduanya kemudian berpisah di menuju ruangan mereka masing - masing.
Di tengah perjalanan menuju ruangannya, Vania bertemu dengan bu Yana.
"Bu Yana" panggil Vania.
"Iya mbak, eh bu Vania" Bu Yana tergagap karena ia belum terbiasa memanggil Vania dengan sebutan ibu.
"Ish.. Mbak saja bu Yana. Jangan panggil ibu, seperti biasa saja mbak" ucap Vania.
"I.. Iya mbak. Ada apa mbak?" tanya bu Yana.
"Bu, tolong buatkan saya teh madu ya. Terima kasih" ucap Vania kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.
"Duh.. Bu manajer, pagi ini cerah banget wajahnya" goda Devi sesaat sebelum Vania masuk ke dalam ruangannya.
"Ish.. Apa sih Dev" Vania merasa malu.
"Ehm.."
Obrolan Vania dan Devi terhenti ketika mendengar suara Pak Deny.
"Selamat pagi pak" sapa Vania dan Devi bersamaan.
"Bu Vania, Bu Devi Jam 10 nanti kita meeting untuk persiapan auditing besok" ucap pak Deny.
"Baik pak" sahut Vania dan Devi kompak, Pak Deny pun kemudian meninggalkan mereka.
"Dev, selamat ya" Vania mengucapkan selamat pada Devi, karena selain dirinya Devi pun mendapatkan promosi kenaikan jabatan.
"Makasih ya beib" Devi tersenyum. Vania pun segera masuk ke dalam ruangannya untuk mempersiapkan data - data untuk rapat nanti.
Tepat jam 10 Vania, Devi, Pak Deny dan beberapa staf lainnya telah siap di ruang rapat. Mereka sedang menunggu kedatangan tim audit yang akan segera datang.
Tok tok tok
Pintu ruangan rapat diketuk, dan tak lama munculah Wahyu bersama 3 orang auditor yang mereka tunggu.
"Selamat pagi pak Bagus. Selamat datang di PT. Elang Anugrah Perkasa" Pak deny menyambut kedatangan tim auditor.
"Selamat pagi pak Deny, apa kabar?" balas Pak Bagus seraya menerima uluran tangan pak Deny.
"Harus baik pak" sahut pak Deny dengan penuh semangat.
"Oh.. Ya pak perkenalkan ini Bu Vania, manajer keuangan di sini. Bu Devi manajer pemasaran, dan ini tentu pak Wahyu manajer operasional. Nanti mereka dan staf yang akan membantu Pak Bagus dan tim dalam proses mengaudit di sini" Pak Deny memperkenalkan Vania, Devi dan Wahyu.
"Selamat pagi pak Bagus" sapa Vania sopan.
"Selamat pagi bu Vania. Masih muda sudah dipanggil ibu, memang sudah ibu - ibu ya?" goda pak Bagus.
"InsyaAllah.. Coming soon pak" sahut Vania masih dengan nada sopan.
"Oh ya, baik ini perkenalkan mereka ada tim saya. Ini Dika dan ini Benny, mereka yang akan membantu saya mengaudit di sini" Pak Bagus memperkenalkan timnya.
"Ya sudah, mari kita mulai saja rapatnya. Bagaimana pak Bagus?" usul pak Deny.
"Ya baiklah kalau begitu, kalau begitu kita mulai saja rapatnya.
Sementara itu di tempat lain, terlihat Ricko dan Tyo berjalan memasuki lobby sebuah perusahaan. Dan mereka terlihat disambut oleh 2 orang staf di sana.
"Selamat pagi, selamat datang Pak Ricko dan Pak Tyo. Saya Anton, manajaer keuangan di PT. Cahaya Cemerlang Perdana. Dan ini Stevi, staf keuangan yang akan membantu untuk proses audit" ucap pria yang bernama Anton sopan, seraya menjabat tangan Ricko dan Tyo.
"Selamat pagi pak Anton, selamat pagi Bu Stevi " sahut Tyo ramah sementara Ricko tetap bermuka datar dan cenderung dingin.
"Mari pak, saya antarkan ke ruang meeting" ajak Pak Anton.
Ricko dan Tyo pun mengikuti langkah kedua staf tersebut yang berada di depannya. Mereka akan mengadakan meeting sebelum proses audit dimulai besok.
"Ko, si Daniel mana?" tanya Tyo kepada Ricko dengan berbisik.
"Masih di jalan, kejebak macet di tol" jawab Ricko.
Sesaat kemudian, mereka sudah tiba di ruang rapat, tanpa menunggu kedatangan Daniel rapat pun segera dimulai.
30 menit rapat berjalan, Daniel baru tiba di perusahaan tersebut dan segera menuju ruang rapat yang telah diberitahukan sebelumnya oleh Ricko.
"Selamat siang semuanl, maaf saya terlambat karena tadi di jalan saya terjebak kemacetan" Daniel meminta maaf, dan kemudian segera bergabung dalam rapat tersebut.
"Lama banget Lo Nil" tegur Tyo.
"Maaf yo, benaran tadi enggak bisa gerak sama sekali. Ada kecelakaan beruntun" ucap Daniel dengan berbisik.
"Ehm.." deheman keras dari Ricko langsung membungkam mulut Tyo dan Daniel.
1 jam kemudian, rapat telah selesai. Ricko, Tyo dan Daniel pun segera keluar dari ruang rapat tersebut dan ketiganya memilih untuk makan siang bersama di luar.
🍓🍓🍓🍓🍓
Vania dan Devi terlihat memasuki sebuah restoran. Mereka menebar pandangannya, suasana restoran cukup ramai karena saat ini jam makan siang. Dan ketika melihat satu tempat yang kosong, keduanya pun langsung berjalan ke tempat kosong tersebut.
Seorang pelayan menghampiri mereka untuk memberikan buku menu dan mencatat pesanan mereka.
Seraya menunggu pesanan mereka, mereka pun asyik dengan ponsel mereka masing - masing. Devi langsung memanfaatkan waktu untuk berkomunikasi dengan putranya yang masih balita. Sementara Vania, asyik membuka sosial media miliknya.
Ricko, Tyo dan Daniel tiba di sebuah restoran. Namun sayangnya restoran tersebut terlihat penuh dan ramai.
"Yah padahal gue lagi kepengen makan sop buntut di sini" ucap Daniel kecewa.
"Ya mau gimana lagi Nil, penuh begini. Cari tempat lain saja yuk" ajak Tyo. Ketika mereka akan pergi meninggalkan restoran tersebut tiba - tiba
"Bang Tyo" Devi memanggil Tyo, lalu melambaikan tangannya. Tyo yang melihat Devi pun segera menghampiri meja Devi.
"Eh Devi, Hai Van" sapa Tyo ketika sampai di meja Devi.
"Hai bang" sahut Vania seraya memasukan ponsel ke dalam tasnya.
"Bang Tyo baru mau makan apa sudah selesai?" tanya Devi.
"Rencananya sih mau makan di sini tapi penuh enggak kebagian tempat" jawab Tyo.
"Ya sudah bang, gabung sini saja" ajak Vania.
"Abang sama teman - teman abang. Benaran enggak apa - apa?" Tyo ragu namun penuh harap.
"Enggak apa - apa bang. Teman abang orang kan?" sahut Vania.
"Ya orang lah Van. Ya sudah, sebentar abang panggil teman abang dulu ya" Tyo pun segera melangkahkan kakinya untuk memanggil Ricko dan Daniel.
"Bro, gabung sama teman gue saja yuk. Mereka cuma berdua, jadi kita bisa gabung" ajak Tyo.
"Ya kalau gue sih mau saja, enggak tahu nih si tuan muda" Daniel melirik Ricko.
"Ya sudah ayo" Ricko pun setuju. Lalu ketiganya berjalan menuju meja Vania dan Devi.
"Van.. Dev, kenalin ini teman abang. Yang ini Daniel, ini Ricko" Tyo memperkenalkan Daniel dan Ricko kepada Vania dan Devi.
Vania terkejut ketika melihat Ricko, orang yang dia tabrak di pesta pernikahan Tyo dan Iren. Vania dengan susah payah menelan salivanya.
"Ka.. Kamu" Ricko pun sedikit terkejut melihat Vania, ia langsung teringat akan kejadian memalukan di pesta Tyo dan Iren.
"Ha.. Hai.." sapa Vania gugup.
"Loh kalian sudah saling kenal?" tanya Tyo bingung. Sementara Daniel yang akhirnya teringat akan kejadian itu pun tertawa.
"Hahahaha.. Elo cewek yang meluk Ricko di pesta kan?" ucap Daniel disertai tawa.
"Meluk? Ish.. Siapa yang meluk? Gue enggak sengaja nabrak dia terus jatuh" ucap Vania tak terima dengan ucapan Daniel.
"Terus pas jatuh, elo ngapain?" Daniel masih meledek.
"Ya.. Enggak sengaja meluk sih" cicit Vania.
"Hahahahahaha.." tawa Daniel pun pecah, kali ini Tyo pun ikut tertawa. Wajah Vania memerah menahan malu, sementara Ricko menatap Vania dengan tatapan yang sulit diungkapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rin
6 like untukmu ❤️
2020-09-20
0