Makanan dan minuman telah tersaji di atas meja. Dan tanpa menunggu lama mereka semua langsung menyantap makanan mereka masing - masing.
"Bang, kabar Iren bagaimana? Sekarang kalian tinggal di mana? " tanya Vania yang teringat bahwa ia belum menanyakan kabar Iren, sahabatnya.
"Iren baik, untuk sementara waktu kita masih tinggal bersama mamanya Iren, Iren bilang masih mau sama mamanya" jawab Tyo.
"Oooo" sahut Vania.
"Kalau kamu?" tanya Tyo ambigu.
"Aku? Oooo.. Ya aku masih tinggal di rumah ayah ibu bang" jawab Vania.
"Maksud Bang Tyo, kamu masih sendiri Van?" Tyo menjelaskan maksudnya.
"Jomblo? makdud bang Tyo?" sahut Vania, Tyo pun mengangguk.
"Ya masih bang.." jawab Vania santai.
"PAS..!!" seru Tyo dan Daniel kompak. Vania dan Ricko kaget mendengar suara Tyo dan Daniel kompak mendongakan kepala mereka melihat ke arah Tyo dan Daniel.
"COCOK..!!!" seru Tyo dan Daniel bersamaan lagi. Vania menatap bingung ke arah Tyo dan Daniel bergantian. Sementara Devi yang sudah paham maksud Tyo dan Daniel pun tertawa.
"Kalian pada kenapa sih?" Vania bingung, namun bukannya mendapatkan jawaban Vania justru mendengar tawa Daniel, Tyo dan Devi yang semakin kencang. Vania pun memilih untuk mengabaikan mereka dan melanjutkan makannya.
"Van, kamu mau enggak abang kenalin sama teman abang?" tanya Tyo kemudian setelah ia berhenti tertawa.
"Kenalin apa jodohin bang?" sahut Vania to the point.
"Ya niat abang sih awalnya ngenalin kamu saja, tapi kalau ternyata berjodoh yang syukur Van" ucap Tyo lagi.
"Hmm.. Tapi kalau enggak jadi, abang jangan marah sama Vania apalagi sampai berantem sama teman abang"
"Maksud kamu?"
"Ya, Vania itu paling malas kalau ada teman yang berniat jodohin Vania sama temannya. Tapi kalau Vania sama temannya enggak cocok dan enggak jadi, kalau enggak dia marah sama Vania ya dia marah sama temannya. Nah itu yang Vania enggak mau" jelas Vania.
"Kalau feeling abang sih kayanya bakalah jadi Van" ucap Tyo lagi.
"Hmm.. Memangnya siapa bang temannya?" tanya Devi sambil menahan senyum.
"Ricko" jawab Bang Tyo.
"Uhuuuukk"
Ricko dan Vania kaget, keduanya pun sama - sama tersedak makanan mereka. Mereka pun segera meminum minuman mereka masing - masing.
"Kan.. Lihat tuh.. Kompak banget kan mereka. Jodoh ini sih.." timpal Daniel dengan senyum jahil.
"Apaan sih kalian ini" suara Ricko terdengar dingin.
"Maaf bang, yang lain saja ada enggak?" tanya Vania polos.
Mendengar pertanyaan Vania seketika membuat Ricko langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Vania. Dirinya merasa terhina, karena penolakan Vania yang langsung.
Mendapat tatapan tajam dari Ricko, Vania hanya bisa menelan salivanya lalu mengalihkan pandangannya sambil menutupi wajahnya dengan tangannya.
"Tuh mata tajam amat, kalah pisau" gumam Vania pelan, namun masih sedikit terdengar oleh Ricko.
"Apa kamu bilang?" tanya Ricko seraya mencondongkan tubuhnya ke Vania. Dan Vania otomatis memundurkan badannya menghindar dari Ricko.
"Eh.. Eng..enggak kok.. Enggak ngomong apa - apa" Vania nyengir untuk menutupi kegugupannya.
"Kamu pikir saya tuli?"
.
"Ya kalau dengar kenapa malah nanya. Dasar aneh.." Vania yang merasa terintimidasipun menjadi kesal, dan ia mendorong dada Ricko agar menjauh darinya. Namun, tanga Vania yang menempel di dada Ricko langsung dicekal oleh Ricko.
"Duuuuhh.. Mesranyaaaa" celetukan Daniel membuat Ricko dan Vania tersadar bahwa kini mereka tengah menjadi tontonan bagi ketiga temannya ini.
"Lepasin" Vania menghempaskan kasar tangan Ricko yang tengah menggenggam tangannya. Dan keduanya pun menjadi salah tingkah.
🍓🍓🍓🍓🍓
Sekitar jam 7 malam, Vania tiba di rumah. Setelah memasukan mobil ke dalam garasi, Vania pun segera masuk ke dalam rumah.
"Assallamu'alaikum" salam Vania seraya membuka pintu rumah.
"Wa alaikum salam" balas ibu dari arah ruang makan.
Vania menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan makan malam dan Vania mencium tangan ibu.
"Vania, mandi dulu ya bu" ucap Vania
"Ya Van" sahut ibu.
Sekitar 30 menit kemudian, Vania keluar dari dalam kamar sudah mandi dan sudah mengganti pakaiannya. Vania segera menghampiri ibu yang sedang duduk di kursi makan sambil menunggu kedatangan ayah dari masjid.
"Van, ibu mau ngomong sesuatu sama kamu" ibu memulai pembicaraan.
"Mau ngomong apa bu?" tanya Vania.
"Hmm.. Tapi kamu jangan marah ya sama ibu" ibu terlihat ragu - ragu.
"Marah kenapa bu? Memangnya apa sih yang mau ibu omongin?" Vania mulai bingung dan menjadi gelisah.
"Hmm.. Begini van.." ibu belum sempat melanjutkan ucapannya, tiba - tiba terdengar suara salam ayah yang baru pulang dari masjid.
"Assalamualaikum" salam ayah.
"Walaikum salam" jawab Vania dan ibu bersamaan.
"Dilanjut nanti ya obrolannya" ucap ibu, yang kemudian segera bangun dari kursi dan menyambut kedatangan ayah. Vania hanya mengangguk, meskipun kini ia sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh ibunya.
1 jam kemudian Vania, ayah dan ibu tengah bersantai sambil menonton televisi setelah mereka selesai makan malam.
"Van, ayah mau bicara sama kamu" ucap ayah kemudian menekan tombol off pada remote tv.
"Ini ayah sama ibu kok kompak banget mau bicara serius? Sebenarnya ada apa sih?" ucap Vania dalam hati, ia penasaran dengan apa yang sebenarnya akan disampaikan oleh kedua orang tuanya.
"Van" panggilan ayah menyadarkan Vania yang sempat melamun.
"Ya yah.." sahut Vania.
"Ayah mau bicara satu hal yang penting" ucap ayah memulai pembicaraan.
"Van, ayah dan ibu kan sudah tua. Ayah dan ibu mungkin hanya punya waktu yang sebentar buat menemani kamu.."
"Ayah kok bicara seperti itu?" suara Vania terdengar parau.
"Van sayang, usia kamu juga kan sudah cukup untuk menikah. Ayah dan ibu ingin sekali melihat kamu menikah dan punya anak. Setidaknya sebelum ayah meninggal, ayah ingin sekali menikahkan kamu langsung" suara ayah terdengar berat.
"Minggu depan ada teman ayah yang akan datang bersama keluarganya. Dia punya seorang anak laki - laki yang juga belum menikah. Ayah berniat mengenalkan kamu dengan dia, ya kalau berjodoh Alhamdulillah" ucap ayah.
"Apa?!" ibu kaget.
"Enggak Yah, ibu enggak setuju" ucap ibu tiba - tiba.
"Loh, kenapa bu? Usia Vania kan sudah cukup matang untuk menikah" ayah bingung melihat ibu yang tidak setuju dengan idenya.
"Karena, Vania akan ibu kenalkan dengan anak laki - lakinya Mia" jawab Ibu.
"Loh.. Memangnya ibu tahu latar belakang anak tersebut. Ibu kan sudah lama tidak bertemu dengan Mia" sahut ayah.
"Yah, meskipun ibu sudah lama tidak bertemu dengan Mia. Tapi ibu bisa jamin kalau bibiy bebet bobot keluarga mereka bisa dipertanggung jawabkan"
Ibu dan ayah terus berdebat, Vania hanya diam sambil memperhatikan perdebatan kedua orang tuanya tersebut.
"Yah.. Bu.. Vania ke kamar dulu ya" Vania yang merasa bosan dengan perdebatan ayah dan ibunya memilih untuk masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di dalam kamar, Vania langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Kepalanya pusing, bagaimana tidak dalam 1 hari ia mendapatkan 3 perjodohan.
"Ya Tuhaaaaann" ucap Vania setengah berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Baanu Almaida
3 perjodohan ,dengan 1 orang
2021-01-24
1