Siang ini Kiren dan Yuli nampak sibuk di caffe mempersiapkan acaran nanti malam. Karna malam ini caffe sedang dibooking untuk acara lamaran salah satu pengunjung. Kiren akan menjadi sangat sibuk dari hari biasanya.
"Re." Panggil Yuli pada Kiren yang sibuk menyuruh anak buahnya menyusun beberapa bunga.
"Apaan?"
"Gue baru engeh kalau loe pakek cincin dijari manis sebelah kanan?" Tanya Yuli sambil memicing kan mata curiga.
Cincin..... cincin apaa? Pikir Kiren.
"Oh ini, buat gaya-gayaan aja. Iya buat gaya-gayaan aja." Jawab Kiren setelah sadar cincin pernikahan yang dimaksud Yuli.
"Bohong. Loe kemarin ambil cuti jangan-jangan, nikah lagi!!" Tuduh Yuli.
Kiren meringis saat mendengar tuduhan Yuli. "Apa, sih loe. Ngomongnya sembarangan! Udah buruan itu loe kelarin nyusun bunganya, awas aja entar siang belum kelar juga, gue potong gaji loe!!" Acam Kiren,
Yuli menatap jengkel Kiren. Atasanya ini ancamanya pasti gak jauh-jauh dari potong gaji. Gak tau apa gaji Yuli itu seiprit, kalau harus dipotong lagi gimana dia bisa nyambung hidup coba.
"Iya sih ya. Loe kan jomblo!! Gak mungkin banget loe mendadak nikah, kecuali kalau loe nikah sama jin baru gue percaya."
"Sekali lagi loe buka mulut gue bakalan potong gaji loe." Ancam Kiren langsung saja membuat Yuli panik.
"Iya, iya. Ibuk Kiren."
Kiren berdecih pelan. "Ckkkkk. Malah ngeledek lagi loe!!"
"Woy Kiren." Teriak Hanum sambil berjalan kearah Kiren, membuat perhatian Kiren teralihkan.
Kiren mendelik. " Loe gak bisa ya mbak normal dikit, gak usah teriak-teriak gak jelas." Ucap Kiren.
"Gue ada kabar gembira buat loe." Ucap Hanum mengabaikan ucapan Kiren.
"Apa'an?" Tanya Kiren bernada malas.
"Cus. Kita keruangan gue sekarang." Ajak Hanum semangat.
"Mau ngomong apa sih mbak?" Tanya Kiren begitu sampai diruangan Hanum.
"Entar deh kita nunggu orangnya dulu!!" Ucap Hanum ambigu.
"Orang ?Siapa?"
"Entar juga loe tau!!" Ucap Hanum.
Tidak berapa lama, terdengar suara pintu diketuk.
"Masuk." Teriak Hanum setelah mendengar suara pintu diketuk.
"Nah itu dia, Sini Gas masuk." Suruh Hanum begitu melihat pria jangkung yang tadi sempat mangetuk pintu ruangan Hanum.
"Nah kenalin Ren, ini Bagas Chef baru kita disini. Dan Bagas kenalin, ini Kiren meneger disini." Ucap Hanum memperkenalkan.
Kiren yang masih agak bingung, hanya menerima saja uluran tangan pria jangkung didepannya.
"Bagas." Bagas mengulurkan tangannya ke Kiren.
"Kiren." Balas Kiren menerima uluran tangan Bagas singkat.
"Nah jadi Bagas ini Ren bakal jadi Chef menu makanan korea disini, loe ingetkan bulan lalu gue pernah bahas ini?"
Kiren mengangguk dengan binar bahagia. "Wah berarti kita jadi keluarin menu itu mbak?" Tanya Kiren semangat dengan senyum cerah diwajahnya.
Bagas menoleh mendengar nada semangat Kiren. Bagas yang melihat senyum cerah Kiren sampai tidak berkedip.
"Yap. Dan gue udah pikir mateng-mateng buat ide ini." Jawab Hanum. "Ok loe bisa anter Bagas kenalan sama anak-anak yang lain kan Ren?" Tanya Hanum Kiren langsung mengacungkan kedua jempolnya.
"Yuk Gas." Ajak Kiren.
...----------------...
Kiren hari ini pulang sedikit larut karna harus menunggu acara selesai. Berhubung Kiren tadi naik taxi tidak membawa mobil alhasil sekarang Kiren harus menunggu ada taxi lewat. Gak mungkin kan Kiren minta jemput Varo, bisa hujan badai kalau Varo mau menjemput Kiren. Jalan aja suka ditinggal apa lagi minta jemput bisa langsung kena talak kali Kiren. Kiren meringis membayangkan isi pikiranya sendiri.
"Hai."
Kiren menoleh mendapati Bagas berdiri disampingnya. Dengan senyuman menghiasi wajahnya. Kiren membalas senyum ramah Bagas, cuman senyum loh gak yang aneh-aneh. Dia bakal setia kok sama suami papan seluncurnya. Bisa digorok dia sama mamanya berani berpaling dari mantu kesayangan Laras.
"Mau pulang?" Basa-basi bagas.
Kiren mengangguk singkat.
"Mau bareng?" Tawar Bagas.
Mendengar tawaran Bagas Kiren langsung sedikit panik. Bisa gawat kalau Bagas mengantar Kiren pulang, bisa kebongkar dong rahasia dia. Kiren belum siap kalau harus memperkenalkan statusnya pada anak buahnya. iya kalau mereka menganggapnya positif kalau negatif gimana.
Lagian siapa sih yang gak mikir aneh-aneh kalau tiba-tiba nikah, mana gak pernah denger kabar pacaran terus tiba-tiba nikah siapa yang gak syok coba. Belum lagi Varo sering datang ke caffe bersama MANTAN tunanganya, bisa dikira pelakor Kiren.
"Oh gak usah deh, gue mau mampir kesuatu tempat dulu soalnya."
"Gue gak masalah kok kalau nganter, lagi free juga."
Entah perasaan Kiren saja atau bukan. Sedari tadi Bagas selalu tersenyum lebar.
"Oh. Thanks deh buat tawaranya." Tolak halus Kiren.
Bagas tersenyum dan menganggukan kepalanya mengerti.
"Oh, itu ada taxi gue duluan ya. Bye." Pamit Kiren sambil tersenyum tipis kearah Bagas. Terlihat sekali jika Kiren mencoba menghindar.
"Oh. Ok hati-hati." Bagas balas tersenyum manis pada Kiren. Dia bahkan sampai melambaikan tangan nya kearah Kiren.
"Menarik." Bisik Bagas pada dirinya sendiri.
Kiren beberapa kali melirik jam diergelangan tangannya. Sudah hampir jam 10 malam, sedang Kiren tidak mengatakan pada Varo jika dia akan pulang larut seperti ini. Lagian kan Kiren tidak punya kontaknya hp Varo, bagaimana dia mau memberi kabar suaminya. Bisa saja Kiren minta pada mbak Hanum tapi alasan apa yang akan dia berikan pada kakak iparnya itu. Mana mbak Hanum itu orangnya nyebelin bisa seharian Kiren di bully.
Kiren sedikit berlari ketika sudah memasuki lobi apartemen, selain buru-bruu Kiren juga ngeri. Ini juga sudah larut bagi Kiren, walau tidak gelap tapi sudah agak sepi. Tau sendiri Kiren itu penakutnya minta ampun.
Denting pintu lift disusul dengan pintu yang terbuka membuat Kiren buru-buru masuk. Menekan tombol angka 18, Kiren menunggu tidak sabaran.
"Kiren."
Kiren menoleh dan matanya melotot begitu tau siapa yang berada satu lift dengannya. Bahkan Kiren hampir terkena serangan jantung ketika dia melihat orang yang baru dia tolak tawaranya beberapa jam yang lalu ada di satu lift yang sama dengan nya.
"Bagas."
"Hai. Loe tinggal disini?"
Untuk pertama kalinya Kiren menyesal telah tinggal di apartement elite ini. Kenapa kemarin Kiren tidak minta rumah saja dengan Varo, setidak nya mungkin dia akan memilih rumah yang mahal agar anak caffe tidak ada yang mampu beli, dengan begitu Kiren akan aman dengan rahasianya. Apa Kiren terlalu jahat berfikir seperti itu.
"Iya." Jawab Kiren sekenanya.
"Dilantai berapa?" Bagas bertanya masih dengan senyuman dibibirnya. Entah sudah sejak berapa kali Bagas bertemu Kiren hari ini, dengan Bagas yang tersenyum selebar ini.
"Delapan belas." Cicit Kiren pelan.
"Oh ya? Wow. Kebetulan yang tak terduga." Kata Bagas terdengar sangat senang.
"Maksudnya?"
"Kayak nya kita tetangga, gue juga lantai 18."
Ya tuhan. Bumi bisa tolong telan gue sekarang juga.....
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Dian Anggraeni
Hahaha seruuuu lanjuut Toor 😘😘😘 ditunggu di Dunia Pararel yaaa
2020-10-29
2
Puan Harahap
tenang aja Kiren, Bagas ini kok
2020-10-20
0
Dewi Ws
like.
2020-10-11
1