Tersenyumlah sebagai mana semestinya. Dan menangislah sewajarnya.
Jangan terlalu memaksakan sesuatu yg akan menyakitimu.
Kiren duduk santai dengan berkas-berkas didepannya. Menjadi manager tidak selalu membuat Kiren bisa berleha-leha dan bersantai. Contohnya hari ini, karna sudah hampir 1 minggu mengambil cuti akhirnya tugas Kiren menumpuk dan butuh perhatian penuh. Bahkan waktu sudah menunjukan jam pulang pun, tidak ada tanda-tanda Kiren akan beranjak pulang.
Karna Kiren menikah tidak memberi tahu satupun anak-anak caffe. Banyak yang penasaran dengan cuti yang diambil Kiren. Termaksud salah satunya Yuli.
Dari pertama Kiren menginjakan kaki di caffe Yuli sudah seperti wartawan yang banyak pertanyaan, tingkat Keponya bahkan sudah meraja lela. Beruntung Kiren diselamat kan dengan kehadiran Hanum. Karna tidak lama Hanum masuk menyusul Kiren dan membuat Yuli langsung melarikan diri karna takut kena omelan Hanum, bosnya. Bosnya itu kalau lagi marah kayak singa betina yang kehilangan anak nya, nyeremin ples nakutin.
Di jam istirahat juga Yuli selalu mencuri-curi kesempatan untuk mengorek informasi pada Kiren. Benar-benar tingkat penasaran anak itu sudah kronis sepertinya. Bahkan Yuli tidak gentar dengan tatapan kesel Kiren, yang ada bocah itu malah terus bertanya ini, itu yang tambah membuat kepala Kiren mau pecah mendengarnya.
Dengan perasaan dongkol setengah hidup Kiren langsung mengomeli Yuli dengan kata-kata pedasnya. Dan Kiren bersyukur karna semua itu berhasil, Yuli langsung ngacir lari dari ruangan Kiren dan tidak kembali lagi.
"Woy. Sok sibuk banget sih loe." Teriak Hanum yang mengintip lewat selah pintu yang dibuka sedikit, hanya kepalanya yang masuk sedang badanya ada di luar.
Mendongak sebentar, Kiren kembali menunduk memeriksa berkas-berkas begitu tau Hanum yang bertanya. Sama sekali tidak ada niatan Kiren untuk meladeni. Gak bawahan, gak bos sama aja. Seneng banget gangguin hidup orang.
"Najisss. Gue dicakangin." Ucap Hanum sambil masuk lebih dalam keruangan Kiren.
"Berisil loe mbak."
"Ckkkkk. Kalau bukan karna ancaman adek gue, ogah gue masuk keruangan loe. Mana suruh nganter loe pulang." Dumel Hanum yang masih didengar Kiren.
"Loe ngomong apa mbak?" Tanya Kiren.
"Gak usah pura-pura gak denger deh loe. Ren!!"
"Ckkkkk.. Terserahlah."
"Buruan deh Ren, loe siap-siap. Gue anter balik!!" Ucap Hanum sambil berjalan kearah sofa, duduk dengan santai.
"Gue bisa balik naik taxi, loe balik duluan deh mbak. Masih banyak solanya kerjaan gue." Tolak Kiren tanpa mengalihkan perhatianya dari berkas-berkas. Kerjaannya benar-benar banyak sekarang. Walau Keren tingkah nya ajaib dan kadang nyeleneh tapi dia adalah sosok yang bertanggung jawab kalau masalah kerjaan. Hanum selalu puas denga hasip kerja Kiren. Bukan karna mereka akrab ya. Tapi karna bawaan Keren yang selalu bisa diandalkan oleh Hanum.
"Emang loe udah tau alamat apartemant Varo?" Tanya Hanum sanksi. Karna adiknya tadi berpesan untuk mengantar Keren pulang, karna Kiren belum tau jalan arah Apartemant. Bisa saja Hanum memberi alamat apartemant Varo tapi saat mendengar Varo tidak setuju dan menyuruh Hanum yang mengantarnya membuat ide jail Hanum langsung keluar.
Eh iya ya gue sampe lupa. Mana gue gak punya nomor hpnya Varo lagi, mau pulang kemana coba gue, kalau kerumah mama Laras udah jelas bakal dapat sidang panjang lebar gue. Belum omelan yang bikin pengeng kuping. Kalau ke mama Isa lebih gak mungkin bisa mikir yang aneh-aneh dia. Batin Kiren Sambil menepuk kening dengan sebelah tangan.
"Oh iya ya gue lupa mbak. Ya udah deh gue beres-beres dulu."
"GAK PAKEK LA-MA." Ucap Hanum menekan setiap kata.
"Bawel loe mbak."
Membereskan semua berkas-berkas diatas meja. Kiren langsung bersiap-siap untuk pulang.
...----------------...
Jam 7 malam Kiren baru sampai didepan apartemant Varo, Hanum tidak bisa mengantar sampai dalam karna ada janji makan malam dengan suaminya.
Walau sudah diberi tau oleh Hanum apartement Varo berada dilantai berapa dan Unit berapa. Tidak membuat Kiren langsung tenang, karna ini kedua kalinya Kiren masuk ke gedung ini. Bagamana jika sekuriti atau penjaga apartemant bertanya aneh-aneh pada Keren. Maklum ini adalah apatemant kelas atas jadi bukan sembarang orang bisa keluar masuk.
Saat baru sampai di lobi, senyum Kiren langsung mengembang saat matanya menangkap sosok Varo yang berdiri di lobi.
Apa Varo nunggu gue.
Melangkah dengan langkah lebar, senyum Kiren tidak luntur sedikit pun. Saat mendapati suaminya juga sedang menatap kearahnya.
"Hai." Sapa Kiren ringan setelah sampai di depan Varo.
Varo langsung melengos begitu Kiren berdiri didepannya. Bahkan tidak mmbalas sapaan Kiren sama sekali.
Kiren melongo melihat Varo yg pergi tanpa membalas sapaannya. Kampret gue dicueki. Ini orang gak ada manis-manisnya sih. Senyum dikit kek buat balas sapaan gue.
Menggelengkan kepala dramatis, Kiren mengikuti Varo dari belakang. Tidak ada obrolan sama sekali yang keluar dari bibir mereka. Bahkan sampai lift pun Varo masih bungkam, tanpa mau repot-repot membuka mulut untuk mengajak Kiren mengobrol.
Kiren yangg masih sedikit dongkol karna sapaannya dicuekin memilih diam. Malas banget gue ngajak ngobrol papan seluncur, bukan ditanggepi yang ada gue dikira radio rusak lagi ngoceh gak jelas.
Keluar lift Kiren langsung jalan lebih dulu dari Varo. Bahkan langkahnya dibuat selebar mungkin agar Varo tidak bisa mengejarnya. Bodo amat bakal gue bales loe. Dulu pernah ninggalin gue.
"Ren." Panggil Varo yang sama sekali tidak Kiren gubris atau jawab, boro-boro jawab ngeliat aja Kiren udah malas.
"Kiren?" Ulang Varo lebih kuat.
Panggil aja deh terus sampe mulut loe berbusa jangan harap gue bakal berbalik dan nunggu loe. Mimpi. Teriak Kiren dalam hati sambil menahan senyum.
"Kiren?" Panggil Varo lebih lembut.
Kiren hampir jatuh tersandung kakinya saat mendengar Varo memanggilnya lebih lembut. Itu tadi yang manggil gue Varo bukan sih. Menetralkan raut wajah sebisa mungkin Kiren menahan senyum dibibirnya. Merasa menang karna berhasil balas dendam pada suaminya. Berbalik menghadap Varo.
"Apa?" Tanya Kiren galak.
"Kamu mau kemana?" Tanya Varo.
Mengerutkan alis bingung. Jawaban Varo lewat telunjuk langsung membuat Kiren malu setengah mati.
"Apartemant kita disini." Jelas Varo.
Ember.....mana emberrrrr. Please gue butuh ember sekarang. Muka gue butuh ember sekarang.. Mama Kirenn maluuuuuu....Gue butuh ember buat nutupin muka gue...
Sangking malunya rasa-rasanya Kiren ingin guling-guling sekarang...Nasib punya IQ jokok ini susah banget mengingat sesuatu.
Tidak menunggu reaksi Kiren lebih lama. Varo langsung masuk lebih dulu kedalam apartement. Mengabaikan wajah merah istrinya dan pandangan Kiren yg siap menguliti Varo kapan saja.
Kiren yang melihat suaminya meninggalkannya untuk kesekian kalinya ditambah dengan perasaan malu setengah mati cuman bisa kembang-kempis menahan emosi. Semua amarah yang bergejolak seakan hilang digantikan rasa malu yang luar biasa. Ditambah suaminya terlihat tidak perduli sama sekali membuat Kiren cuman bisa menghentak-hentakan kaki nya kesel.
Ada gak sih tempat buat tuker tambah suami, gue mau tuker kalau ada....
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
ms. Labil
😂🤣😂🤣😂🤣
2021-03-10
0
Sri Lestari
hemmmm sabar sabar....🤣🤣🤣🤣
2020-11-05
0
Dian Anggraeni
Hahaha tiker tambah pake rice cooker dan rantang Tot seruuuu 👍👍👍👍👍👏
2020-10-22
2