Lah Kok Gue?

"Mbak Hanum. Ini maksudnya apa sih?" Tanya Kiren Kesal.

Setelah kejadian di ruangan tadi. Yang membuat spot jantung Kiren naik turun gara-gara diajak nikah dadakan. Kiren langsung menarik Hanum keluar dari ruang rawat Isa. Setelah Isa dirasa sudah akan istirahat.

Lah dikira nikah itu masalah sepele kali ya. Kalau pacaran sih masih mending, lah ini nikah. Walau Kiren jomblo, tapi gak gini-gini amat kali.

Se'anggak nya Kiren juga punya kriteria calon suami. Yah, walau gak jauh-jauh dari Varo. Tapi tetep dong ini menyangkut masa depan Kiren harkat dan martabatnya.

Disinilah Kiren, duduk di kantin rumah sakit dengan Hanum yang cengar-cengir merasa tidak bersalah.

"Kan loe Ren, yang ngasih ide gue... Buat cari pengganti." Jawab Hanum beralasan.

"Ya! Tapi gak gue juga kali mbak." Ketus Kiren kesal.

"Ren loe kan tau, cuman loe yang gue percaya saat ini. Dan gue yakin loe gak bakal ngecewain gue. Ok deh anggep aja gue egois karna nyodor rin loe sebagai kandidat. Tapi waktu gue gak banyak Kiren." Ucap Hanum frustasi.

"Enam Hari, Ren! Enam hari. Sedangkan Varo dia udah kayak mayat hidup. Mikirin jalan keluar buat masalah ini. Bahkan nyokap gue..... Gak mau ngobrol sama Varo kalau masalah ini belum selesai! Gini aja, loe gak perlu jawab sekarang....Loe bisa pikirin matang-matang buat tawaran gue. Nah, setelah loe rasa udah punya jawabannya....Loe bisa hubungi gue. Gimana?" Ucap Hanum panjang lebar.

"Mbak, ini itu nikah mbak! Nikah!! Bukan cuman masalah dua orang yang bakal tinggal satu rumah. Tapi masalah masa depan..... Mau jadi apa masa depan gue, kalau nikah aja.... Sama orang yang bahkan gak gue kenal. Apa lagi gak tau gimana sifatnya. Bisa-bisa entar gue jadi janda muda lagi.....Dih amit-amit pokoknya." Jawab Kiren.

"Loe tenang aja deh Ren. Varo itu orangnya gak aneh-aneh kok. Dia tipe cowok setia... Pekerja keras... Gue jamin loe gak bakal nyesel kalau nikah sama adek gue."

"Tau ah mbak, pusing pala gue!" Omel Kiren.

"Tapi jujur deh Ren. Kriteria cowok loe yang gimana sih?" Tanya Hanum penasaran.

"Ya. Yang jelas cinta sama gue lah mbak." Ucap Kiren enteng.

"Salah satunya ganteng gak?" Pancing Hanum.

"Iya dong biar enak dipandang. Biar bisa merubah keturunan, juga."

"Suka yang pendek atau tinggi?"

"Tinggi lah."

"Pekerja keras atau pengangguran?"

Kiren mendelik mendengar pertanyaan abstrak Hanum."Ya pekerja keras dong mbak, masa pengangguran. Mau dikasih makan apa gue entar."

"NAHHH...." Teriak Hanum heboh.

Sampai membuat Kiren tersentak kaget.

"Apa sih mbak. Ngagetin aja loe."

"Yang loe sebutin itu semua masuk kriteria Varo. Apa lagi yang kurang coba?"

Kiren memutar bola mata malas. "Cinta." Ucap Kiren semangat.

Hanum berdecak. "Alasan." Cibir Hanum. "Cinta itu bisa tumbuh kali Ren, seiring berjalannya waktu." Sambung Hanum.

Kiren terkekeh, merasa lucu dengan obrolan mereka.

"Tapi ngomong-ngomong, Varo tau ide gila mbak ini?" Tanya Kiren.

"Tau lah." Jawab Hanum enteng.

Sampai membuat Kiren melongo mendengar jawabannya.

Et buset. Ni orang santai banget sih jawabnya.

Tersenyum sinis. "Jangan bilang loe gak percaya sama gue Ren."

Kiren menggeleng panik. "Percaya kok... Percaya.."

"Terus kenapa loe liatin gue begitu."

"Aneh lah liat mbak ngomong santai gitu. Sedangkan mbak kan tau gue sama Varo aja gak saling kenal." Jelas Kiren.

Hanum mendengus kesal mendengar jawaban Kiren. Mengambil ponsel didalam tas. Hanum mengotak atik ponselnya sebentar, dan menghubungi seseorang.

"Kekantin sekarang." Ucap Hanum datar pada orang disebrang telpon.

Kiren hanya diam memperhatikan Hanum yang berbicara dengan orang disebrang telponnya.

"Sekarang gue berani bertaruh. Kalau loe." Ucap Hanum menunjuk Kiren dengan jari tengahnya. "Gak akan bisa nolak." Sambung Hanum santai.

¤¤¤¤

Kiren berulang kali menipiskan bibirnya. Menahan diri agar tidak menyupah serapahi Hanum. Mendengus Kesal karna melihat senyum tipis dibibir Hanum.

Bosnya ini benar-benar menguji kesabarannya ternyata.

"Jadi kalian belum pernah Kenalan secara resmikan" Ucap Hanum. Memandang Varo dan Kiren bergantian.

"Alvaro Pradipta" Ucap Varo sambil meyodarkan tangan kananya kearah Kiren.

Tanpa senyuman sedikit pun.

Oh Astaga. Ni orang pelit banget sama senyum. Senyum kek dikit buat perkenalan. Model begini yang bakal nikah sama gue. Bahkan mukanya aja lempeng udah kayak papan seluncur.

"Kirenidiya Putri." Ucap Kiren mebalas uliran tangan Varo.

"Oh. ya Varo, Kiren udah mau pamit pulang nih.. Gih kamu anter dia pulang." Ucapan Hanum sontak mambuat Kiren langsung menoleh padanya.

Bos kampret. Ini kapan gue ngomong mau balik coba. Wah lama-lama mbak Hanum gue ruqiah juga ini.

"Kayaknya gue balik sendiri deh mbak. Gue bawa mobil soalnya." Ucap Kiren. Menunjukkan kunci mobilnya.

"No. No.No." Jawab Hanum menggoyangkan jari tengahnya di depan wajah. "Loe mending dianter Varo. Varo gak masalah kok kalau pulang naik taxi."

"Ribet kali mbak. Udah ah gue balik sendiri aja." Tolak Kirenkekeh.

"Gue gak mau denger penolakan." Ketus Hanum.

B**uset dah. Ni mbak Hanum ngebet banget sih. Mana yang disuruh nganter model laki begini, bisa mati kutu gue didalam mobil ma ni orang.

"Ayo. Saya antar pulang." Ajak Varo. Tanpa menunggu jawaban dari Kiren, Varo berjalan labih dulu keluar kantin.

Ckkkk. Ni cowok gak ada manis-manisnya yak.

"Kampret loe mbak." Sembur Kiren berapi-api.

Tawa Hanum pecah seketika. Melihat wajah kesal Kiren. Belum apa-apa bahkan Kiren sudah di buat tak berkutik didepan Varo. Sepertinya ide untuk menjadikan Kiren calon adik iparnya, bukan ide yang buruk.

¤¤¤¤¤

Canggung. Itulah yang dirasakan Kiren saat ini. Bagaimana tidak, Varo yang duduk disampingnya bahkan terlihat lebih menyeramkan dibandingkan kuburan dimalam jum'at.

Kenapa gue jadi bisa diam gini ya, kalau duduk samping ni orang. Kayaknya, bisa deh ni orang gue jadiin pawang biar gue keliatan anggun. Tapi mulut gue gatel ni pengen ngomong.

"Ehmmm." Dehem Kiren.

Varo melirik Kiren dengan ujung matanya sekilas. Hanya melirik tanpa mau mengajaknya mengobrol.

"Loe tau tentang ide gila mbak Hanum?" Tanya Kiren hati-hati.

"Hmmmm."

"Tentang loe disuruh nikah sama gue." Balas Kiren mencoba tetap sabar.

Varo meliriknya sekilas tak berkomentar sedikit pun.

Et, buset! ini gue dikacangin.

Perjalanan 30 menit berasa 30 tahun untuk Kiren. Tidak ada obrolan bahkan untuk bergerak pun Kiren takut. Lirikan Varo itu loh, serem banget. Lebih serem dari pada tanah kuburan yang masih basah.

Mengerutkan kening heran. Kiren memandang heran kearah halaman rumahnya yang dipenuhi dengan mobil.

Di rumah gue ada hajatan ya, perasaan tadi pas gue keluar mama gak ngomong apa-apa. Kenapa banyak banget mobil. Batin Kiren heran.

"Thank, Ya. Udah nganter gue balik." Ucap Kiren bersiap turun.

"Kamu gak nawarin saya masuk?" Tanya Varo.

"Kenapa gue harus nawarin loe masuk?" Balas Kiren.

Varo mengangkat bahu cuek. "Setidaknya, saya sudah mengantar kamu pulang."

Ni orang ikhlas gak sih ngantar gue balik. kok jadi kesannya tadi gue yang minta anter.

"Loe gak liat rumah gue lagi rame?" Tanya Kiren.

"Kamu ingin saya mampir kerumah kamu, saat rumah kamu sepi?" Tanya Varo balik.

"Bu---bukan gitu." Gagap Kiren. "Ahhhh. Ya udah deh.. Ayuk masuk." Ajak Kiren ketus.

"Kiren! Sama siapa?" Tanya Laras sok kaget yang baru keluar dari pintu utama rumanya.

Mampus gue.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

triana 13

triana 13

nyicil dulu ya kak,

2021-08-25

0

ms. Labil

ms. Labil

seru
kocak
suka.suka.suka 😍😍😍

2021-03-09

0

Letty Igor

Letty Igor

like

2020-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Hal baru 1
2 Awal yg baru
3 Belum berakhir
4 Syok
5 Lah Kok Gue?
6 Loh, loh kok jadi gini sih.
7 Itu sih maunya mama.
8 Kalau senyumnya model begini sih. Gue gak nolak.
9 Nikahan Gue gini amat yak.
10 Belum apa-apa udah buat darah tinggi.
11 Suasana Baru
12 Drama
13 Malam pertama
14 Malu
15 Rumah Mertua.
16 Tancap Gassss
17 Obrolan di malam hari
18 Salah langkah
19 Aku-kamu
20 Tetangga..
21 Panik
22 Tamu.
23 Rasa Baru
24 Gosip
25 Drama murahan.
26 Godaan pertama
27 Rindu
28 Emosional.
29 Bertemu
30 Bertemu 2
31 Kesel.
32 Cemburu.
33 Minder
34 Perhatian
35 Gadis ganjen
36 Nyasar.
37 Khawatir.
38 Prasangka Buruk.
39 Pelukan Hangat
40 Perlakuan Manis.
41 Obrolan tak berfaedah.
42 Mode Ngambek.
43 Amarah Varo.
44 Judulnya tentuin sendiri.
45 Sesi Curhat
46 Bahagia.
47 Malam yang tertunda.
48 Tamu tak diundang...
49 Syok
50 Cemburu.
51 Obrolan pagi
52 Peringatan awal
53 Kemenangan musuh
54 Marah.
55 Marah jilid 2
56 Pertengkaran.
57 Maaf.
58 Orang yang berbeda.
59 Orang yang berbeda jilid 2.
60 Menyebalkan.
61 Favorit.
62 Salah paham atau salah langkah.
63 Cincin.
64 Aneh.
65 Kejadian.
66 Perhatian.
67 Luka Hanum.
68 Ngidam pertama.
69 Sindrom Paksu.
70 Hal lain.
71 Dugaan Varo.
72 Bukan masalah besar.
73 Kejailan Hanum.
74 Dasar gak peka.
75 Rencana Varo.
76 Makan malam.
77 Pertemuan....Lagi!!
78 Berguru.
79 Pelajaran pertama.
80 Tidak baik-baik saja.
81 Seperti mimpi.
82 Bunga tidur.
83 Curiga.
84 Waspada.
85 Teror.
86 Perasaan was-was.
87 Masih Abu-abu.
88 Berusaha sekuat ku.
89 Melarikan diri.
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Awal Hal baru 1
2
Awal yg baru
3
Belum berakhir
4
Syok
5
Lah Kok Gue?
6
Loh, loh kok jadi gini sih.
7
Itu sih maunya mama.
8
Kalau senyumnya model begini sih. Gue gak nolak.
9
Nikahan Gue gini amat yak.
10
Belum apa-apa udah buat darah tinggi.
11
Suasana Baru
12
Drama
13
Malam pertama
14
Malu
15
Rumah Mertua.
16
Tancap Gassss
17
Obrolan di malam hari
18
Salah langkah
19
Aku-kamu
20
Tetangga..
21
Panik
22
Tamu.
23
Rasa Baru
24
Gosip
25
Drama murahan.
26
Godaan pertama
27
Rindu
28
Emosional.
29
Bertemu
30
Bertemu 2
31
Kesel.
32
Cemburu.
33
Minder
34
Perhatian
35
Gadis ganjen
36
Nyasar.
37
Khawatir.
38
Prasangka Buruk.
39
Pelukan Hangat
40
Perlakuan Manis.
41
Obrolan tak berfaedah.
42
Mode Ngambek.
43
Amarah Varo.
44
Judulnya tentuin sendiri.
45
Sesi Curhat
46
Bahagia.
47
Malam yang tertunda.
48
Tamu tak diundang...
49
Syok
50
Cemburu.
51
Obrolan pagi
52
Peringatan awal
53
Kemenangan musuh
54
Marah.
55
Marah jilid 2
56
Pertengkaran.
57
Maaf.
58
Orang yang berbeda.
59
Orang yang berbeda jilid 2.
60
Menyebalkan.
61
Favorit.
62
Salah paham atau salah langkah.
63
Cincin.
64
Aneh.
65
Kejadian.
66
Perhatian.
67
Luka Hanum.
68
Ngidam pertama.
69
Sindrom Paksu.
70
Hal lain.
71
Dugaan Varo.
72
Bukan masalah besar.
73
Kejailan Hanum.
74
Dasar gak peka.
75
Rencana Varo.
76
Makan malam.
77
Pertemuan....Lagi!!
78
Berguru.
79
Pelajaran pertama.
80
Tidak baik-baik saja.
81
Seperti mimpi.
82
Bunga tidur.
83
Curiga.
84
Waspada.
85
Teror.
86
Perasaan was-was.
87
Masih Abu-abu.
88
Berusaha sekuat ku.
89
Melarikan diri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!