Kiren menggeliat dalam tidurnya. Badanya terasa sakit seperti ditimpa beban yang berat. Bahkan menggerakan badanya saja terasa sangat sulit.
Membuka mata yabg masih terasa lengket. Akhirnya Kiren bisa membuka matanya dan menyesuaikan cahaya dikamarnya. Melirik kearah perut, Kiren menahan nafas ketika tau tangan kokoh Varo lah yang berada disana. Suaminya ini pagi-pagi sudah buat spot jantung saja.
Pelan-pelan Kiren memindahkan tangan Varo dari perutnya. Tapi setiap Kiren berusaha memindahkan tangan Varo, pria itu selalu menggeliat tidak nyaman. Karna posisi tidur Varo yang telungkup dan wajahnya menghadap Kiren sedikit sulit memindahkan tangan besar Varo.
Tangan berotot itu sangat berat dan kaku seperti expresi wajahnya. Sambil mengangkat tangan Varo Kiren menggeser tubuh langsingnya kesamping. Cuman itu satu-satunya cara agar Varo tidak terusik sama sekali.
Kiren baru bisa bernafas lega ketika dia bisa menyingkir dari pelukan ah-ralat dekapan tangan besar Varo. Melirik jam diatas meja nakas, mata Kiren melotot begitu tau jam menunjuk kan pukul 9 pagi.
Sial. Gue telat lagi.
Pelan-pelan Kiren melangkah kekamar mandi, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Takut-takut Varo akan terbangun jika Kiren menimbulkan kehebohan.
Selesai mandi, Kiren bersiap-siap akan kecaffe. Untung semlam Kiren sempat membawa ganti untuk berjaga-jaga kalau mereka harus menginap. Jadi tidak perlu repot untuk masalah ganti, karna Kiren itu tipe perempuan yang tidak mau ribet soal steal. Misalnya saja sekarang dengan kemeja satin panjang berwarna biru dongker dengan kerah v dan sedikit hiasan ditengah kemeja tidak lupa juga blejer hitam senada dengan celana bahan panjang sudah membuat Kiren nampak rapi dan cantik.
Melirik Varo yang masih asik bergulung dibalik selimut tebalnya. Sedikit mengusik perasaan Kiren. Gue bangunin jangan ya. Pikir Kiren.
Semalam.
Varo terus menekan belakang kepala Kiren, memperdalam ciuman mereka. Sedang Keren hanya diam pasrah karna badanya terasa seperti jelly tak bertulang.
Mungkin jika Varo tidak menahan berat tubuhnya, sudah dipastikan jika Kiren akan jatuh luruh kelantai. Ini adalah ciuman kali pertama untuk Kiren, tidak ada ciuman panas seperti di tv-tv hanya ciuman biasa tapi terasa memabukan untuk Kiren.
Menarik kepalanya menjauh, nafas memburu Varo menerpa wajah Kiren. Keren bahkan hampir kehabisan nafas karna begitu lama mereka berciuman.
Masih dengan memeluk Kiren. "Kita perlu bicara." Bisik Varo disela-sela nafas memburunya.
"Y---A." Jawab Kiren.
Melepaskan Kiren dari pelukanya. "Bisa lepaskan tangan kamu dari pinggang ku, aku ingin berganti baju."
"Oh...O Ma---af. Maaf.." Ucap Kiren gugup sambil melepaskan tangannya dari pinggang Varo.
Dasar tangan gak punya akhlak...
Selesai berganti baju Varo melirik Kiren yang berbaring diatas ranjang. Terlihat tidak nyaman karna sedari tadi terus bergerak.
Kiren merasa diperhatikan menoleh kearah Varo yang berjalan kearah sisi ranjang. Dengan kaos abu-abu panjang dan celana trening hitam panjang.
Naik keatas ranjang." Bisa kita bicara sekarang?" Tanya Varo sambil duduk bersandar dikepala ranjang.
Kiren ikut duduk dan bersandar di kepala ranjang seperti Varo. "Mau bicara apa?"
Jangan bilang soal ciuman tadi, kan yang nyium gue dia. Awas aja kalau samapi dia nyalahin gue. Dan bilang gue yang godain dia duluan. Gue gak bakalan terima. Awas aja gue babat habis itu pisan, eh kok pisang sih. Hubunganya apa coba. Isss Kiren fokus.. fokus..
Menyentil kening Kiren. "Jangan mikir yang bukan-bukan. "Ucap Varo cuek.
"Isss enak aja. Siapa juga yang mikir yang bukan-bukan." Elak Kiren sambil mengusap keningny.
"Muka kamu itu sudah menjelaskan." Jawab Varo datar.
"Sok tau." Ketus Kiren yang dijawab decakan oleh Varo.
"Terserahlah."
"Jadi mau ngomongin apa?" Tanya Kiren.
"Kamu tau pernikahan kita bukan main-mainkan?" Tanya Varo dengan menyilangkan kaki panjangnya dan melipat tanganya didepan dada.
Mendengar pertanyaan Varo kepala Kiren langsung menoleh cepat kearahnya.
"Maksudnya?"
"Saya tidak akan buat perjanjian pernikahan seperti yang saya jelaskan saat dikantor. Jadi--" Menoleh kearah Kiren. "Disini kita menjalani pernikahan sungguhan seperti pasangan pada umumnya. Saya akan bertanggung jawab sebagaimana janji saya sebagai suami, tapi saya ingin kamu juga melakukan sama halnya seperti saya!! Melakukan kewajibanmu sebagai istri."
Apa maksudnya kami juga bakal memproduksi bayi..kayak pasangan lain.Ckkkkk Keren fokus...
"Hmmm ok." Jawab Kiren sambil mengangguk setuju.
"Saya tidak perlu menjelaskan apa saja tugas kamu kan?" Tanya Varo cuek.
Kiren mengangguk.
"Ada yang ingin kamu sampaikan?"
"Apa gue boleh ikut campur urusan pribadi loe?" Tanya Kiren melirik takut-takut Varo.
"Bukankah saya sudah katankan jika kamu istri saya? Apa yang menurut kamu tidak nyaman kamu bisa membicarakannya dengan saya!!" Jawab Varo yg membuat senyum dibibir Kiren terbit.
"Dan."
"Dan?" Kiren membeo.
"Saya risih kamu pakai loe-gue. Harus dibiasakan aku-kamu!!" Jelas Varo.
"Loe aja pakek saya." Elak Kiren.
"Tadi kan saya udah pakek aku-kamu." Ucap Varo.
"Kapan?"
"Waktu tadi kita selesai ciuman." Ucap Varo cuek.
Kiren langsung memutar kepalanya memandang Varo. Ni cowok santai banget sih ngomongnya. Gak tau apa omonganya itu bikin gue malu.
Merasa tidak mendapat respon, Varo menoleh kearah Kiren. " Kenpa?
"Enggak." Ketus Kiren berbalik tidur.
Lama-lama ketidak peka'an Varo bikin jengkel juga.
Tubuh Kiren langsung kaku saat merasakan tangan kekar melingkar diperutnya. Saat Kiren ingin berbalik.
"Ssssstttt. Udah tidur." Ucap Varo cuek.
"Tapi tangan lo-"
"Kamu." Potong Varo dingin.
Kiren langsung diam mendengar nada dingin dari Varo. Suaminya ini sudah susah senyum, ngomongnya kalau gak dingin, datar, cueknya minta ampun. Kiren bahkan sanksi jika Varo bisa tertawa. Bisa-bisa gigi Varo rontok kali ya kalau tertawa. Ckkkkk.
Sekarang...
Membayangkan semalam membuat Kiren tanpa sadar menyentuh bibirnya. Gak usah gue bangunin deh, biarin aja tidur. Lagian masih malu gue gara-gara semalam.
Akhirnya Kiren memutuskan keluar kamar tanpa membangunkan tidur nyenyak Varo.
"Suittt....Suitttt.... Adek iper gue. Udah rapi aja." Goda Hanum yang sedang duduk di ruang tengah.
Memutar bola mata malas. "Teraserah loe deh mbak. Mama Isa kemana?" Tanya Kiren.
"Udah pergi dari jam 7 tadi. Ada arisan." Jawab Hanum santai. "Loe mau kemana?" Sambung Hanum sambil memperhatikan penampilan Kiren.
"Ke caffe lah mbak." Jawab Kiren gemes.
"Loe kan masih ada cuti?"
"Gue masuk aja deh kasian Yuli kayak nya repot banget gue tinggal."
"Loe udah ngomong sama Varo kalau loe tetap kerja?"
"Belum sih, tapi kayak nya dia gak masalah. Lagian dia gak masalah kok denger gue masuk kerja hari ini." Jelas Kiren panjang lebar sambil melangkah keluar.
"Loe naik apa kekantor? Varo mana kok gak dianter dia?"
"Dia masih tidur."
"Serius? Demi apa?" Tanya Hanum tidak percaya.
"Ya serius lah. Loe kalau gak percaya liat aja sendiri."
"Loe buat adek gue gempor? Emang berapa ronde kalian main?" Tanya Hanum takjub.
"Otak loe, isinya apa sih mbak, kok jadi ngeres mulu bawaannya. Sini gue bersihin, biar sedikit warah loe. " Ketus Kiren.
Hanum langsung cengengesan tidak jelas. " Habis gue kaget aja gitu Ren, Varo itu anaknya disiplin banget. Secapek apapun dia, dia pasti bisa bangun pagi walaupun itu hari libur. Karna dia itu anaknya juga susah tidur sih. Mangkannya gue sempet heran pas tau jam segini dia belum bangun." Jelas Hanum panjang lebar.
"Terserah loe deh mbak. Naik darah gue lama-lama ngobrol sama loe." Jawab Kiren ketus yang langsung mendapat cibiran dari Hanum.
"Ya udah gue jalan dulu ya."
"Eh Ren tunggu gue anterin.," Teriak Hanum sambil berlari menyusuk Kiren.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Puan Harahap
malam pertama kapan
2020-10-20
2
Dian Anggraeni
Aku datang lagi Tor dengan dobel like lanjuuuuttttt 👏👍👍👍👍✌️💞
2020-10-16
2
Helna Bint Daud
mau satu kyk Varo.
2020-10-11
1