"Kiren! Sama siapa?" Tanya Laras sok kaget yang baru keluar dari pintu utama rumahnya.
Mampus gue.
"Hallo, Tante!" Sapa Varo ramah.
Mendengar nada ramah Varo, Kiren langsung menoleh cepat kearahnya.
Ni orang bisa ramah juga?.
"Hallo. Siapanya Kiren? Ayo-ayo masuk.... Kita ngobrol didalam." Ajak Laras semangat. Terlalu semangat bahkan, sampai Laras langsung menggandeng sebelah tangan Varo.
Merasa diabaikan Laras, Kiren langsung mencak-mencak karna gemes liat mamanya mulai kepo.
"Ras sama siapa?" Tanya Tuti. Kakak ipar Laras, yang kebetulan sedang berkunjung kerumah Laras.
Melihat Laras menggandeng pria muda tampan membuat Tuti penasaran.
"Calonnya Kiren." Celetuk Laras asal.
Bukan apa-apa, Tuti ini orangnya ngeselin. Selalu saja, bisa buat Laras mengelus dada kalau sudah ngomong. Belum lagi dengan semua kesombongannya itu loh, bikin Laras gemes pengen ngetok kepalanya. Selalu saja pengen menang sendiri.
Laras sampai heran, kok bisa sih suaminya yang kalem ini punya saudara model begini. Berkunjung kalau ada maunya, atau mau pamer sesuatu.
Pokoknya, gak boleh ada yang lebih baik dari apa yang dia punya. Kadang buat Laras gemes, karna omongannya yang setinggi langit.
Contohnya hari ini, ngomongnya cuman berkunjung nanyain kabar Laras dan keluarga. Padahal Laras tau, kalau Tuti mau pamer pacar anak sulungnya. Yang baru direkrut menjadi maneger perusahaan besar ditempatnya bekerja.
"Nak Varo mau minum apa?" Tanya Laras.
"Gak usah repot-repot tante." Jawab Varo.
"Ah gak repot kok." Ucap Laras hangat. "Kiren sana buatkan nak Varo minum." Sambung Laras menyuruh Kiren saat melihat Kiren baru masuk kedalam rumah.
"Ma-" Belum sempat Kiren ngomong. Sudah mendapat pelotottan garang dari Laras. Mau tidak mau, Kiren pun berjalan kearah dapur. Dari pada di giles habis oleh mamanya. Lebih baik Kiren nurut buat cari aman.
Berjalan ke dapur. Dilihatnya Dimas, anak dari sepupunya Yuni sedang makan bolu diruang tv. Lupa dengan tujuan awal, Kiren pun langsung berbelok kearah tv.
"YUHU. Dimas ponakan onti Kiren yang paling ganteng ngalahin aliando." Teriak Heboh Kiren. Sampai membuat Yuni mengelus dada karna kaget.
Diciuminya bocah 3 tahun itu sampai terkikik geli dan berusaha menjauh dari Kiren.
"Loe bisa gak sih Ren. Waras dikit jadi orang." Omel Yuli.
"Apa sih mbak, ngomel mulu loe kayak emak gue."
"Gue laporin tante Laras loe!" Ancam Yuli.
"Bodo."
"Jangan cium-cium anak gue loe." Kesal Yuli.
"Itu didepan mobil siapa sih mbak, rame banget." Tanya Kiren mengalihkan pembicaraan.
"Tante Tuti sama para kaumnya." Asal Yuli.
Yuli ini anak dari adik Laras, jadi dia lumayan dekat dengan Laras mau pun Kiren. Tidak heran jika dia berada dirumah Kiren sudah seperti rumahnya sendiri.
"Mau apa mereka kesini?" Tanya Kiren.
"Katanya sih berkunjung. Siap-siap deh loe Ren."
"Siap-siap apa?" Tanya Kiren.
"Dia kan kesini bawa calon Siska. Katanya maneger perusahaan besar."
"Lah, hubungannya sama gue apa?"
"Kan loe jomblo. Siap-siap aja loe dapat nyinyiran tante Laras soal mantu."
Menepuk jidat." Mampus gue." Ucap Kiren berdiri dari duduknya.
"Kenapa?" Tanya Yuni.
"Gue disuruh buat minum sama mama."
"Buat siapa?" Tanya Yuni.
"Buat temen gue, didepan."
"Cewek apa cowok?"
"Cwok." Jawab Kiren sambil berjalan kearah dapur.
"Pacar loe?"
"Kepo loe mbak."
¤¤¤¤¤¤
Diruang tamu.
"Cowok ini, beneran calon Kiren Ras?" Tanya Tuti yang sudah duduk di samping sisi kiri Laras. Sedang Varo disisi kanannya.
Yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Laras." Nak Varo, kata Kiren mamanya lagi sakit? Gimana keadaannya sekarang?" Tanya Laras.
"Baik tante. Alhamdulillah sudah lebih baik." Jawab Varo kalem.
Udah ganteng, ramah, tajir lagi. Cocok ini jadi mantu. Pikir Laras.
"Nak Varo kerja dimana? Tadi kesini naik mobilnya Kiren ya?" Tanya Tuti mulai kepo.
"Saya kerja di perusahaan VMC Group tante." Jawab Vero.
"Oh sebagai apa? Kenalkan, ini Pras. Pacar anak tante. Dia maneger marketing di VMC Group loh." Tunjuk Tuti pada pria yang duduk di sofa ujung dekat wanita cantik yang memakai dress sedikit ketat dan dandanan sedikit berlebihan.
Varo tidak menjawab hanya mengangguk sopan.
"Nak Varo sudah makan? Sekalian saja makan malam disini." Ucap Herman.
"Terimakasih Om."
Kiren masuk ruang tamu. Membawa beberapa minuman dan cemilan.
"Lama banget sih Ren cuman buat minuman juga? Kasian nak Varo udah nunggu lama" Ucap Laras.
"Nak Varo kenal dimana sama Kiren?" Tanya Tuti.
Ni orang kepo banget sih. Batin Laras.
"Varo ini adik bosnya Kiren mbak." Bukan Varo tapi Laras yang menjawab lebih dulu.
"Oh adik bos to." Celetuk Tuti. "Soalnya tante itu, tau gimana Kiren!! Anaknya susah bergaul, udah gitu pecicilan juga sih. jadi aneh aja kok bisa kenal sama cowok ganteng kayak nak Varo." Sambung Tuti tak berperasaan.
Sedang Kiren, jangan tanya bagaimana raut wajahnya saat ini. Sudah merah seperti kepiting rebus, karna menahan kesal dan malu. Enak aja menjelek-jelekkan dirinya didepan Varo dan pacar sepupunya. Kiren kan jadi malu.
Kalau Tuti bukan adik ayahnya. Kiren yakin, dia pasti sudah mencerca habis-habisan wanita paruh baya ini, dengan kata-kata pedasnya plus kalimat-kalimat mercon nya.
"Yah maklum mbak, Kiren itu kan cari suami bukan sebatas pacar. Kalau bisa langsung minggu depan nikah, gak perlu acara tunangan-tunangan segala. Jadi, wajar kalau dia mau cari yang pasti-pasti dan serius." Ucap Laras kalem melirik Kiren.
"Lagian walau anaknya pecicilan tapi Kiren itu gak pernah aneh-aneh dan nurut." Sambung Laras santai.
Ada yang bilang, jika ibu adalah malaikat tanpa sayap. Dan seorang ibu, akan selalu membela anaknya. Seburuk apa pun anaknya, seorang ibu tidak akan peduli yang terpenting mereka akan selalu menyayangi dan mencintai sepenuh hati. Dan Kiren mempercayai itu sekarang.
Walau Kiren jarang akur dengan Laras. Tapi Kiren tau jika Laras sangat menyayanginya. Begitupun sebaliknya.
Varo tidak tau harus menanggapi seperti apa. Karna situasi seperti ini. Dia juga belum begitu mengenal dekat Kiren. Jadi, bingung harus bersikap bagaimana.
Tapi Varo tau, Kiren sepertinya gadis yang baik. Terbukti, kakaknya Hanum adalah orang yang jarang akrab dengan orang lain. Terutama orang-orang baru.Tapi dengan Kiren, kakaknya itu terlihat nyaman-nyaman saja.
"Mbak tadi katanya gak bisa lama?" Ucap Laras mengusir halus Tuti.
"Ah. Kayaknya aku mau ikut acara makan malam disini. Kan udah lama kita jarang kumpul, terus makan malam rame-rame." Jawab Tuti.
"Alasan." Pikir Kiren.
"Ya udah ayuk bantu aku masak-masak di dapur mbak." Tarik Laras.
"Gak Kiren aja?" Ucap Tuti sedikit enggan.
"Kiren ada temennya. Kasian temennya kalau ditinggal. Pa tolong potongin ayamnya ya. Mama mau masak semur buat calon mantu." Celetuk Laras sambil melirik Kiren dengan senyum misterius.
Mama ihhh. Malu-malu in aja sih.
Entar apa coba yang dipikirin Varo tentang gue? Entar dikira gue ngebet minta kawin lagi.
"Nak Varo tante tinggal ke dapur dulu ya?" Ucap Laras berdiri dari duduknya.
"Iya tante." Jawab Varo pelan.
Setelah para tetua pergi meninggalkan ruang tamu. Hanya tinggal anak muda yang duduk diam dikursi masing-masing. Sibuk dengan pikiran-pikiran masing-masing.
"Emang bener Ren ini calon loe?" Tanya Siska memulai obrolan.
Ni orang ya. Gak anak, gak emak kok sama aja sih. Sama-sama kepo.
"Benar, saya calonnya Kiren." Jawab Varo.
Loh. Loh, yang ditanya siapa yang jawab siapa? gimana sih ini!!
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
ms. Labil
mantap bang varo 😘
2021-03-09
0
Sri Lestari
mantep Cari.gue sukak gaya loe
2020-11-05
0
👋ghifa😘😘
Cuy lanjut
2020-10-31
2