Kiren berdiri di samping meja mini bar Cafe. Memperhatikan beberapa pelayan yang berlalu lalang mengantar makanan.
Menjadi maneger di cafe membuat Kiren nampak sibuk di jam-jam makan siang seperti ini. Karna dia akan selalu membantu para pelayan yang nampak sibuk kewalahan melayani para pelanggan.
Walau hari ini cafe tampak sedikit lenggang, tapi tidak terlalu sepi juga. Karna masih banyak meja-meja yang terisi, walau tidak rame seperti biasanya.
"Ren?"
Merasa dipanggil, Kiren langsung menolehkan kepalanya cepat, mencari sumber suara. Disana, Hanum berdiri didepan pintu ruangannya.
"Sini." Panggil Hanum melambaikan tanganya kearah Kiren.
"Kenapa?" Tanya Kiren heran sambil mengerutkan kening bingung.
"Ngobrol di ruangan gue yuk." Jawab Haum mengajak Kiren masuk keruangan nya.
"Kenapa sih mbak?" Tanya Kiren heran.
Setelah duduk di sofa single yang ada di ruangan Hanum. Memperhatikan raut muka Hanum yang duduk disisi sofa lain disamping Kiren. Benar-benar terlihat mendung, tidak ada senyum di wajah itu.
"Gapapa..... Temenin gue ngobrol ah disini.... Otak gue lagi butek sekarang..." Jawab Hanum.
"Butek kenapa?"Tanya Kiren heran.
"Loe tau adek gue kan?" Tanya Hanum memandang lurus kearah Kiren.
Kiren menganggukkan kepalanya sekali."Emang kenapa?"
"Dia gagal nikah!" Jawab Hanum pelan.
"Loh kok bisa?" tanya Kiren agak heboh.
Pasalnya dua bulan yang lalu, Hanum mengatakan adiknya baru saja melangsungkan bertunangan. Walau acaranya lebih privasi dan hanya dihadiri oleh keluarga. Tapi tetap saja aneh, baru dua bulan tunangan masa udah gagal nikah aja.
Walau Kiren hanya bertemu beberapa kali dengan adik Hanum saat berkunjung ke caffe. Tapi Kiren tau, kalau adik Hanum ini. Nyaris sempurna tanpa cacat.
Jadi perempuan seperti apa yang mau membatalkan pernikahan dengan adik bosnya ini.
Dimulai dari tampang, Ok!!
Badan? Biuuuuuhhh jangan tanya, badan sekeren itu Kiren yakin pasti bisa ngalahin oppa-oppa korea yang sering Kiren liat di Video Yt.
Kaya? Jangan tanya, dari pakaian yang digunakan saja, sudah bisa ditebak kalau harganya ngalahin gaji Kiren sebulan.
Lalu apa yang membuat dia gagal nikah!!.
Memperbaiki letak duduknya, Kiren langsung memasang pendengaran dengan baik, takut-takut kalau salah dengar nanti.
Bahkan tingkat ke kepoan Kiren langsung melejit ke level tertinggi saat ini. Bersiap mendengarkan apa pun alasan yang akan diceritakan bos cantiknya ini. Kiren langsung duduk diam dengan perasaan penasaran setengah hidup.
Walau Hanum sudah menikah, tapi tidak merubah kadar kecantikan wanita 30 tahunan ini.
"Kayanya calon istrinya kabur."
"Kayak nya?" Ucap Kiren mengulang jawaban Hanum. "Kok kayaknya sih mbak?" Tanya Kiren heran.
"Iya. Soalnya perempuan itu tiba-tiba hilang....Gak ada yang tau kemana perginya tu cewek..... Keluarganya juga gak ada yang tau... Mana pernikahan tinggal tujuh hari lagi... Berasa mau pecah kepala gue Ren... Mikirin masalah ini." Jelas Hanum dengan nada frustasi.
"Udah coba cari tau ketempat-tempat yang sering dikunjungi?"
Hanum menganggukkan kepalanya pelan."Udah.... Tapi tetep aja gak ada hasil!" Menghela nafas lelah. "Varo bahkan udah berusaha nyari kemana-mana. Tapi hasilnya tetep nihil." Sambung Hanum lagi.
Melihat wajah mendung Hanum, membuat Kiren mau tak mau ikut merasakan prihatin.
Hanum itu, sudah dianggap Kiren seperti kakaknya sendiri. Kiren yang terlahir menjadi anak tunggal dari kedua orang tuanya. Tidak pernah merasakan bagaimana rasanya punya saudara. Dan saat mengenal dan bertemu Hanum, akhirnya Kiren bisa merasakannya.
Bangun dari sofa, Kiren berjalan kearah Hanum dan duduk disampingnya. "Sabar, mbak..... Pasti semua ada jalan keluarnya." Ucap Kiren memberi semangat, sambil menggenggam sebelah tangan Hanum, Kiren tersenyum tipis. Berharap dengan cara ini dapat menyalurkan sedikit semangat untuk Hanum.
BRAAAAAK......
"Kak Han, Mama masuk rumah sakit."
*******
Rumah sakit.Pradipta
Disinilah Kiren sekarang. Duduk menemani Hanum yang sedari tadi menangis karna merasa khawatir.
Khawatir pada sosok malaikat tanpa sayap. Wanita luar biasa yang sering kita panggil ibu.
Setelah insiden di ruangan Hanum tadi. Dengan datangnya adik satu-satu Hanum. Alvaro Pradipta.
Yang mengatakan ibunya masuk rumah sakit, karna mendengar calon menantunya hilang entah kemana. Padahal persiapan pernikahan sudah 90%. Langsung syok dan tak sadarkan diri.
Orang tua mana yang tidak akan syok, jika tau bahwa calon mempelai anaknya kabur. Disaat semua persiapan pernikahan hampir selesai. Ini waktu pernikahannya cuman tinggal satu minggu loh. Enak aja tu cewek main kabur-kaburan.
Mau cari pengganti,? Gak mungkin.
Mau dibatalin? Mau di taro dimana muka mereka membatalkan pernikahan yang hanya tinggal menghitung hari.
Diam-diam, Kiren memperhatikan Pria yang berdiri disamping pintu ACU.
Alvaro Pradipta, atau yang sering Hanum panggil dengan Varo. Pakaiannya terlihat sudah awut-awutan tidak jelas. Kemeja demin putih panjang bahkan sudah keluar dari celana hitam panjangnya dan terlihat sangat kusut. Bahkan lengannya pun sudah digulung sampai setengah siku. Juga ada guratan lelah di wajahnya yang begitu ketara, kantung mata hitam disekitar matanya.
Meski terlihat begitu berantakan, tapi jujur Kiren merasa kadar ketampanannya tidak berkurang sedikit pun. Malah, adik bosnya itu terlihat begitu seksi dengan rambut acak-acakan dan pakaian berantakan.
Dih, kok Kiren jadi mikirnya kemana-mana sih.
"Keluarga Nyonya Isa?" Panggil dokter saat baru keluar dari ruang ACU.
"Bagaimana keadaan mama saya dok?" Tanya Hanum dengan nada khawatir.
"Semua baik-baik saja, nyonya hanya kelelahan dan syok ringan....... Setelah istirahat, nyonya bisa dipindahkan keruang rawat inap..... Tapi saran saya.... Tolong jangan biarkan nyonya Isa berfikir yang berat-berat dulu..... Karna tidak baik untuk kesehatannya kali ini......" Jelas dokter panjang lebar. Yang langsung diangguki oleh Hanum dan juga Varo.
Sebelum pergi, dokter itu sempat melirik Varo sebentar dan menepuk pelan pundak Varo. Seperti memberi semangat dan menenangkan.
"Terimakasih dok." Ucap Varo bersamaan dengan Hanum.
"Mending kakak pulang, istirahat.... Biar Varo yang jaga mama disini." Ucap Varo pelan memandang Hanum lurus.
"Istirahat?" Tanya Hanum pelan dengan air mata yang belum kering di pipinya, atau bahkan sudah turun lagi tanpa komando.
" Kamu kira... Kakak--- bakal bisa istirahat dalam keadaan kayak gini--?" Ucap Hanum marah.
"Kakak tidak perlu mikirin masalah ini, ini masalah Varo. Biar Varo yang menyelesaikan semua masalah ini!"
"Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah ini? Hah? Bagaimana? Jawab kakak Varo?" Teriak Hanum marah. "Gimana?" Sambung Hanum lirih.
"Mbak tenang mbak..... Ini rumah sakit..... Mbak harus tenang sekarang..." Ucap Kiren mengusap punggung Hanum. Mencoba menenangkan Hanum yang terlihat sudah kehilangan kontrol.
Merosot kelantai, Hanum menangis pilu. Memikirkan keluarganya yang akan menanggung malu sebentar lagi. Hanum tidak yakin jika mamanya akan baik-baik saja, jika sampai pernikahan ini gagal.
Bahkan mereka sudah menyebar undangan begitu banyak, belum lagi keluarga besar mereka yang pasti menggunjingkan keluarganya. Semua itu pasti yang membuat mamanya syok dan stres.
Hanum manangis tergugu diatas lantai yang dingin dirumah sakit. Bahkan Kiren sudah ikut duduk dilantai samping Hanum. Mencoba menenangkan bosnya yang terus menangis. Bahkan, air mata Kiren pun ikut turun melihat Hanum yang menangis dengan suara menyedihkan. Ohhhhhh Kasian.
"Dari awal, hiks.....Kakak...Dan mama gak pernah setuju. hiks... Kamu berhubungan atau bahkan menikah dengan gadis itu. hiks..." Ucap Hanum disela-sela tangisnya.
"Tapi kamu.. hiks Selalu keras kepala.... Liat sekarang.... Wanita yang kamu bangga -banggakan menghancurkan semuanya... Hikssss... Semuanya Varo.. Semuanya... Puas sekarang kamu melihat mama terbaring dirumah sakit ini... Puas kamu menyoreng nama baik keluarga kita sekarang..." Sambung Hanum terus meracau dalam pelukan Kiren dan disela-sela tangisnya.
Berjongkok didepan Hanum. Varo hanya bisa memandang kakaknya dengan tatapan bersalah tanpa tau harus melakukan apa. Mengepalkan kedua tangannya kuat, Varo memandang lirih penuh rasa bersalah pada Hanum yang tampak hancur karna ulahnya. Tapi disini, bukan cuman Hanum yang hancur, Varo juga merasaknnya. Atau bahkan dua kali lipat kehancuran yang Varo rasakan saat ini.
Varo melihat kakaknya menangis pilu, hanya bisa diam tidak bisa berbuat apa-apa. Tangisan kedua Hanum setelah kepergian papa mereka.
Dulu, Varo berani memeluk kakaknya, berani menenangkannya atau bahkan menghiburnya. Walau hatinya ikut hancur karna kehilangan sosok pria hebat dihidupnya. Tapi Varo harus tetap tegar demi dua wanita hebat yang sangat dia sayangi.
Tapi sekarang lihat. Varo tidak bisa berbuat apa-apa selain memandang Hanum dengan pandangan menyesal dan rasa bersalah yang membuncah.
Jika dulu Varo pernah berjanji tidak akan membuat, mama atau kakaknya menangis untuk kedua kalinya. Berbeda dengan kali ini, Vro berjanji akan melakukan apa pun asal bisa menebus rasa sesal dan rasa bersalahnya terhadap kedua wanita hebat dalam hidupnya itu. Varo berjanji, akan melakukan apapun. Apapun yang bisa membuat senyum kedua wanita itu kembali seperti sedia kala. Meski harus mengorbankan kebahagiaannya atau masa depannya. Tapi, adakah cara untuk Varo melakukan semua itu.
Merasa gagal menjadi satu-satunya pria dikeluarganya. Varo semakin merasa bersalah kali ini, karna tidak memiliki berani untuk menenangkan Hanum. Sekedar memberi semangat atau pelukan pun Varo tidak berani. Membuat Varo semakin terlihat menyedihkan saat ini.
Dan pada akhirnya, Wanita asing lah yang memberikan pelukan kepada kakaknya. Wanita asing ini, yang mencoba menenangkan kakaknya. Dan memberi semangat kalau semua akan baik- baik saja. Semua pasti akan kembali seperti semula dan sediakala
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Letty Igor
msh lanjut bca..
2020-11-02
1
nuri nurdianti🐊🐊☪️
mampir lg
2020-11-01
1
👋ghifa😘😘
lanjut ah
2020-10-31
1