Kiren sedang sibuk memasak didapur apartementnya. Untung isi kulkas di apartement Varo sangat lengkap jadi Kiren tidak perlu pusing untuk masalah memasak menu makan malam mereka malam ini.
Sambil memutar lagu lewat ponselnya, Kiren tampak asik sambil sesekali bersenandung ketika tau lirik lagu yang didengar. Sedang Varo jangan tanya suami papan seluncur Kiren itu.
Varo masuk kedalam sebuah ruangan saat mereka pertama kali masuk apartement tadi, dan belum keluar sampai sekarang. Kiren juga tidak masalah, selain Kiren masih malu juga Kiren butuh waktu untuk mempersiapkan diri jika nanti bertemu Varo.
Daaasar kau keong racunnnn
Baru kenal eh ngajak tidur
Ngomong gak sopan santun
Kau anggap aku ayam kampung..
Kau rayu diri ku
Kau goda diriku
Kau colek diriku
Hei kau tak tau malu
Tanpa basa basi kau aajak hapy hapyyy
Yuuhuuuuuuuiuu tarik manggggg
Lagu itulah yang keluar dari mukut Kiren. Kiren terus bernyanyi sambil teriak-teriak heboh. Kalau dirumah gue pasti diomelin sama mama ini. Nyanyi kayak begini, untung gue diapartement elite jadi mau teriak kayak gimana pun pasti gak ada yang denger. Kedap suara ini pasti ruanganya . Kiren terkikik geli membayangkan asumsi yang ada di dalam pemikiranya sendiri.
Gak nyesel deh gue nikah sama papan seluncur model begitu. Kalau bisa buat gue bebas dari omelan mama.
"Apa kamu tidak ada kerjaan lain selain teriak-teriak tidak jelas!!" Suara dingin Varo mengagetkan Kiren yang sedang menyusun ayam goreng dipiring. Untung reflek Kiren sangat cepat hingga bisa menahan piring yang hampir jatuh.
Astaga. Apa orang satu ini gak bisa liat hidup gue tenang sebentar aja. Kenapa sih selalu bikin gue kaget. Untung jantung gue udah mulai terbiasa sekarang, coba kalau gak bisa copot mendadak kan.
"Apa sih. Ganggu aja." Ketus Kiren.
Berjalan ke maja bar, dan meletakan sepiring ayam goreng disana. Bergabung dengan masakan yang lain. Tersenyum cerah, Kiren memandang bahagia hasil masakanya. Ada ayam goreng, tumis brokoli dengan hati juga ada sambal tempe favorit Kiren.
Varo mendengus keras mendengar jawaban istrinya. Istrinya itu benar-benar hebat dalam menguji kesabaran Varo belum genap seminggu mereka menikah tapi lihat sudah berapa kali Istrinya ini bertingkah nyeleneh dan menyebakan. Membuat Varo harus sering-sering menarik nafas untuk bersabar.
"Ayo kita makan." Ajak Kiren dengan suara ringan ketara sekali dia sedang bahagia.
Varo menurut menarik kursi disamping Kiren dan duduk dengan nyaman. Varo memperhatikan Kiren yang terlihat luwes menyiapkan makanan dipiringnya. Tidak sadar karna perbuatan sederhana istrinya sudut bibir Varo terangkat tipis, sangat tipis malah.
Kiren makan dengan tenang sesekali matanya melirik suaminya, Varo. Menerka-nerka apakah kira-kira Varo menyukai masakanya atau tidak. Tapi nyatanya expresi wajah Varo tidak berubah sedikit pun. Masih tetap sama datar, hanya saja bedanya makanya terlihat lebih santai dibandingkan di rumah mama Isa kemarin, terlihat kaku yang kesanya dipaksakan.
"Gimana? Enak gak?" Tanya Kiren setelah menggeser piringnya yang sudah tandas habis, alias kosong.
"Hmmmm." Jawab Varo datar.
"Isss. Ditanya juga!! Orang itu kalau nanya dihargai gitu loh, jangan cuman ham hem ham hem doang." Omel Kiren.
"Selagi masih bisa dimakan dan makanannya habis kenapa harus dipermasalahkan lagi sih." Jawab Varo malas-malasan. Terlalu malas meladeni omongan ajaib istrinya.
Turun dari Kursi. "Ckkk. Emang susah ya ngobrol sama papan seluncur, bawaanya tensi mulu." Gerutu Kiren.
Varo tak berkomentar sedikitpun mendengar gerutu istrinya, hanya diam memperhatikan Kiren yang mulai sibuk dengan piring-piring kotor sambil sesekali bersenandung. Tidak berniat sedikit pun untuk membantu.
Hampir 10 menit Varo hanya diam, lama-lama dia berjalan kerah Kiren.
Kiren yang mendengar suara kursi yang bergeser langsung menoleh mencari sumbar suara. Nafas nya tercekat begitu melihat Varo berjalan kearahnya dengan langkah lebar.
Menggeser tubuhnya kasamping hingga sampai pojok chicket set dapur ketika melihat Varo terus berjalan kerahnya.
Menutup mata ketika tangan Varo telulur kesamping wajahnya.
Apa Varo mau meluk gue, atau bahkan nyium gue.... Disini..
"Telinga saya sakit dengar suara berisik musik kamu." Ucap Varo yang langsung membuat Kiren membuka mata.
Dilihatnya Varo mengambil gadget Kiren dan mengotak-atiknya pas didepan Kiren. Menoleh ke Kiren yg tampak diam seperti patung membuat Varo heran. " Kenapa?"
"Lo-kamu gak bisa apa ngomong gak usah buat aku takut." Ucap Kiren.
"Kamu takut? Kenapa?" Tanya Varo mengalihkan pandanganya dari gadget kearah wajah Kiren.
"Ya--." Kiren terlihat berfikir mencari jawaban yg tidak akan membuatnya malu. Gak mungkin kan gue ngomong kalau cara jalanya kayak dia mau meluk gue.
"Apa?" Tanya Varo mencoba menunggu jawaban Keren.
"Loe keliatan serem tau kalau jalan sama expresi kayak gitu." Cerocos Kiren.
Varo menyentil kening Kiren pelan.
"Apa sih sakit tau." Ucap Kiren sambil mengelus keningnya yg disentil Varo.
"Kalau kamu masih terus bilang loe-gue aku bakal terus sentil kening kamu." Jawab Varo datar.
"Itu KDRT namanya."
"Kalau kamu gak mau disentil biasain pakek aku-kamu."
"Hissss. Ngeselin."
"Kiren."
"Iya-iya." Ucap Kiren kesal sambil meneruskan mencuci piring yang tertunda.
Selesai cuci piring Kiren berencana untuk mandi karna sepulang dari kerja tadi, Kiren belum membersihkan diri. Disebelah mana lagi kamarnya.
Kiren celingak-celinguk mencari dimana keberadaan Varo. Dimana lagi papan seluncur itu. Gue harus manggil dia gimana coba, masa mas? dikira mas-mas tukang bakso kali, kalau abg? geli banget gue dengernya apa lagi dia. Apa sayang aja kali ya, biar romantis....tis....tis..tis.
Senyum Kiren mengembang begitu melihat Varo keluar dari pintu coklat disampingnya.
"Kenapa?" Tanya Varo begitu melihat Kiren tersenyum memandangnya.
"Kamar nya dimana? Gu- aku mau mandi udah gerah." Jawab Kiren sedikit belepotan karna tidak biasa menggunakan kata aku.
Varo berbalik kearah pintu dibelakangnya.
"Masuk."
"Ini kamar kita?" Tanya Kiren begitu masuk.
Kamar nya tidak semenyeramkan kamar di rumah mama Isa. Karna disini dindingnya berwarna putih susu dengan gabungan warna biru dongker. Ranjang king size berwarna putih berada disebelah kiri dekat dinding kaca besar yang membuat kita bisa melihat pemandangan indah dari kamar ini. Tidak lupa ada empat lemari besaar berjejer rapi disebelah kanan. Kamar besar ini nampak begitu tersusun rapi dan bersih, bahkan ada rak buku super besar ditengah-tengah ruangan dengan sofa panjang berwarna biru dongker didepannya. Terlihat sekali jika suaminya ini hobi membaca, karna begitu banyak buku yg memenuhi rak besar itu.
Di samping tempat tidur terdapat dua meja nakas disisi kiri dan kanannya. Tidak ada hiasan yang mencolok bahkan foto dinding pun tak ada dikamar ini. Seharusnya kan foto pernikahan kami di pajang disini.
"Semua baju kamu sudah dimasukan kedalam lemari itu." Ucap Varo menunjuk pada dua lemari besar didekat pintu, sepertinya pintu kamar mandi.
"Apa kita juga bisa menikmati pemandangan matahari terbit selain bulan dan bintang dimalam hari?" Tanya Kiren mengabaikan ucapan Varo.
"Hmmmm, pergilah bukanya kamu tadi ingin membersihkan diri." Ucap Varo sambil duduk di sofa panjang tadi dan terlihat sibuk dengan buku ditanganya.
Mengabaikan ucapan Varo Kiren tetap berdiri di tempatnya semula tanpa bergeser seinci pun, karna dia sedang menikmati pemandangan yang super indah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Desrayanii
Datang lagi 💕💕
Salam "Kasih Yang Tertunda & Detektif Cinta Anti Cinta"
2020-10-25
1
Dian Anggraeni
Romatis Tor tspi agak misterius kok gak ada foto pernikahan ? lanjuut 👏👏👍👍👍👍
2020-10-25
2
Puan Harahap
lanjut Thor
2020-10-20
1