Canggung, itu lah yang Kiren rasakan saat ini. Duduk diatas ranjang hanya berdua dengan Varo membuat Kiren nampak kikuk. Berbeda dengan Varo yang nampak biasa saja karna sibuk dengan gedgetnya.
Hari ini, Kiren dan Varo menginap di rumah Kiren, karna Laras mama Kiren memaksa mereka untuk menginap.
Kiren sih awalnya ok-ok saja, tapi setelah sadar dia akan satu kamar dengan Varo, membuat Kiren merutuki kecerobohanya itu. Mana ranjang kamar Kiren berukuran double bad lagi, membuat Kiren nyaris bersentuhan dengan badan kekar Varo. Dan itu semua, membuat jantung Kiren semakin jingkrak-jingkarak.
Tanpa sadar, Kiren sering menahan nafas karna aroma parfum Varo yang tercium oleh indra penciumannya. Belum lagi, Varo yang malam ini terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya. Membuat Kiren berulang kali menahan nafas. Dengan baju tidur berwarna hitam yang didapat Kiren meminjam dari papanya, membuat kadar pesona Varo menguap kemana-mana.
Anjrit otak gue jadi ngeres ini, gara-gara sering dicokolin mbak Hanum video mesum.
Berusaha mengalihkan perhatian kesembarang arah. Kiren berusaha mengabaikan pemandangan menggiurkan didepan matanya. Varo yang berganti posisi berbaring menyamping kearah Kiren, berulang kali melirik istrinya yang tidak mau diam, terus bergerak disampingnya.
Ini kenapa gue yang kayak cacing kepanasan sih. Bukannya seharusnya cowok ya yang begini..Lah ini kenapa jadi gue..... Ahhhh mama tolongin Kiren, sumpah grogi gue seranjang ama ini orang.
Lama-lama Varo pun terusik dengan pergerakan istrinya yang tidak mau diam.
Mengangkat alis heran. "Kenapa?" Tanya Varo heran.
"Hah?" Tanya Kiren yang gagal fokus.
"Ada masalah? Dari tadi kamu kayak gak nyaman gitu!! Gerak terus gak mau diam??"
"Oh itu....Gue kepanasan....Iya. Hehe iya cuman kepanasan." Cengir Kiren salah tingkah.
Mengangkat sebelah alisnya, Varo memperhatikan penampilan Kiren. Dari atas sampai bawah. Baju tidur panjang berwarna pink dengan gambar pororo besar didepannya. Benar-benar lucu dimatanya.
Merasa diperhatikan sebegitu lekat oleh Varo, membuat Kiren menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Kamu bisa nurunin suhu AC." Datar. Ucap Varo datar.
"Gue keluar aja deh cari angin." Jawab Kiren mencaro aman.
Membuka selimut yang menutup kakinya sebatas pinggang, Kiren langsung turun dari ranjang dengan cepat dan melangkah keluar kamarnya.
Gue gak bakal kuat lama-lama duduk disampingnya. Diliatin doang aja bikin jantung gue jingkrak-jingkrak, gimana kalau dia peluk gue, bisa rontok ini jantung dari tempatnya.
Melangkah keluar, pandangan Kiren langsung tertuju pada pintu depan yang terbuka lebar. Melirik jam dinding disamping kiri Keren. Jam sudah menunjukan jam 9 malam.
Siapa yang buka pintu jam segini. Pikir Keren.
Menuruti rasa penasaran, Keren melangkah kearah pintu keluar. Disana, Herman papanya sedang duduk dikursi teras dengan gadget ditangannya.
"Papa belum tidur?" Tanya Kiren berjalan mendekat kearah papanya.
Herman mendongak, anak gadisnya, ah ralat anak perempuannya sedang berjalan kearahnya. "Belum bisa tidur. Kenapa?"
Menarik kursi, Kiren ikut duduk disebrang meja Herman. "Sama, Kiren juga gak bisa tidur."
"Kenapa? ditinggal suami tidur duluan?" Goda Herman dengan senyuman jail. Yang dibalas Kiren mengangkat bahu cuek.
Hening. Kiren memperhatikan pria hebat didepannya yang terlihat tidak muda lagi. Bahkan banyak keriput disekitar wajahnya. Bahkan papanya harus menggunakan kaca mata untuk memperjelas penglihatannya.
Papanya ini, pria pertama yang mengajarkan banyak hal pada Kiren, tentang kehidupan, kasih sayang kemandirian, pilihan, dan masih banyak lagi.
"Bagus ini, papa mau beli ikan lagi." Ucap Herman menskrol layar gadgetnya.
Herman ini, papa Kiren memang hobi memelihara ikan hias. mulai dari ******, Discus, Candy Basslet, Koi dan masih banyak lagi.
Bahkan harga ikan hias papanya ini, bisa membuat Kiren ngelus dada karna takjub. Bahkan Laras, mamanya sering ngomel jika tau suaminya, Herman ketauan membeli ikan lagi.
"Buat apa sih pa....Papa kan udah punya banyak. Gak takut kena omelan mama emang?" Tanya Kiren sambil mencomot kue didepan mejanya.
"Ya jangan bilang-bilang biar gak tau." Jawab Herman enteng.
"Gimana gak tau, kalau ujung-ujungnya papa bawa pulang?" Jawab Kiren tak habis pikir dengan jalan pikiran papanya.
Herman terkekeh. " Iya..ya."
"Pa. Kiren boleh nanya gak?"
"Nanya apa?" Jawab Herman sambil membenarkan letak kaca matanya.
"Papa kok bisa sih nikah sama mama?"
"Ya bisalah, namanya jodoh Ren. Pertanyaan kamu kok aneh banget sih!!"
"Isss. Bukan gitu maksud Kiren papa!!" Gemas Keren. "Maksud Kiren...Papa kok bisa dulu suka gitu sama mama." Sambung Kiren memperjelas.
"Ya bisa lah, kan dulu mama kamu itu langka, unik terus lucu." Ucap Herman disela-sela senyumnya seperti mengenang masa lalu.
Lucu mana sama ikan hias papa. Seru Kiren didalam hati.
"Terus mama langsung mau sama papa?"
"Ya mau lah...Kan papa ganteng."
Kiren yg mendengar ucapan papanya hanya meringis pelan.
Demi apa??? Ternyata....Bapak gue diam-diam..
"Kata mama dulu papa yang ngejar-ngejar mama?"
"Mama kamu udah cerita?" Tanya Herman santai, tidak terganggu sedikit pun dengan pertanyaan Kiren.
"Udah. Kok bisa sih pah?" Tanya Kiren penasaran.
"Ya bisa lah. Apa sih yang gak bisa didunia ini Ren." Jawaban Herman membuat Kiren takjub.
Emang ya kalau namanya jodoh, dari segi jawaban aja bisa sama.
"Iya!! Kenapa harus mama papa? Emang gak ada perempuan lain yang papa suka selain mama?" Tanya Kiren sambil melirik-lirik takut kerah pintu. Takut-takut mamanya nongol tiba-tiba aja, bisa digorok habis Kiren malam ini.
"Ya namanya suka Ren. Apa lagikan, kita gak bisa ngontrol hati. Harus suka sama siapa."Jelas Herman. "Mama kamu itu dulu beda dari yang lainnya. Mandiri, apa adanya. Walau cerewet tapi sebenernya hatinya baik, gak suka neko-neko. Papa suka aja liatnya." Cerita Herman mendadak mengenang cerita masa lalunya dengan istrinya.
"Dulu papa cinta gak sama mama?" Tanya Kiren seraya membentuk jarinya seperti hati.
"Ya cinta lah, kalau gak cinta gak mungkin dinikah, sampai ada kamu lagi Ren." Ujar Herman enteng.
Uhhhh manisnya bapak gue.
"Ini gak bapak, gak anak sama aja. Udah tau... Udah malam, malah asik ngobrol disini. Kamu lagi Kiren... Suami malah ditinggal ngobrol disini. Sana balik kekamar." Omel Laras yang tiba-tiba muncul dari pintu.
Kiren yang medapat omelan hanya memutar bola matanya malas. Sedang Herman, hanya terkekeh pelan mendengar omelan istrinya.
"Iya-iya Kiren tidur ma." Gerutu Kiren sambil melangkah pergi.
Sesampainya didalam dikamar, Kiren melihat Varo yang sudah tertidur. Melangkah sepelan mungkin, Kiren langsung naik keatas ranjang. Dipandanginya wajah tampan suaminya yang tidur miring kearahnya.
Sempurna banget laki gue.
Mengulurkan tangan, Kiren mengabsen setiap wajah suaminya. Dari alis tebal yang hampir menyatu milik suaminya hingga turun kehidung mancungnya, dan bibir tipis suaminya semua nampak indah dimata Kiren. Tidak sadar karna perbuatanya mengusik tidur lelap suaminya.
Pelan-pelan mata Varo terbuka, Kiren yang melihat suaminya membuka mata langsung mematung kaku. Bahkan tangannya belum turun dari bibir tipis Varo.
Mati gue.
Varo menarik turun tangan Kiren. "Kamu belum tidur." Tanya Varo dengan suara serak khas bangun tidur.
Kiren menelan ludah gugup, bingung, malu jadi satu. Suaranya seperti tercekat ditenggorokan. Mencari aman, Kiren hanya menggeleng pelan.
Masih mengenggam tangan Kiren, Varo menatap intens mata Kiren. Pelan-pelan Varo mendekatkan wajahnya kewajah Kiren.
Kiren yg melihat wajah Varo terus mendekat pelan-pelan menutup matanya dan.
CUP
Merasa keningnya dicium Kiren langsung membuka mata melotot.
Gue kira dia bakal nyium bibir gue. Astaga otak gue.... Harus di ruqiyah ini.
"Jangan melotot." Ucap Varo tersenyum tipis.
Kiren yang merasa dipermainkan Varo langsung menarik tangannya dan berbalik memunggungi Varo. Maluuuuuu...
"Ren." Panggil Varo.
"Jangan ngomong, aku ngantuk mau tidur." Jutek Kiren.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
👋ghifa😘😘
seru
2020-11-01
1
Puan Harahap
Kiren he he he
2020-10-20
1
Dewi Ws
like..
2020-10-11
1